Sekedar berbagi bahan renungan...
Sebuah tulisan yang ane copas habis dari Majalah Intis*ri edisi Agustus 2014, rubrik Lentera, hal. 194.

"Indonesia benar-benar negara orang merdeka !
Orang bebas berjualan di trotoar, menempati tanah kosong yang bukan miliknya, membuang sampah sembarangan, melakukan kecurangan saat kampanye, menjual CD bajakan, corat coret grafiti, bahkan menganiaya warga lain hanya karena mereka berbeda..."

Itu kata Raisa, yang sudah sepuluh tahun menetap di salah satu negara maju. Ketika belum lama menetap di negara barunya, seorang polisi memperingatkan, "Ada pengemudi yang melapor, Anda mengemudi dengan cara yang membahayakan orang lain."

Di salah satu lounge Bandara Internasional Tao Yuan, Taipei, tertulis peringatan untuk tidak berbicara keras-keras atau mengaktifkan bunyi ponsel, agar tidak mengganggu orang lain.

Raisa sudah mengalami bahwa di negara-negara maju, terasa benar banyak aturannya, dari cara membuang sampah, antre, di sisi mana mesti berdiri pada eskalator, yang jelas membatasi gerak seseorang. Aturan-aturan tersebut ditaati, dilaksanakan, dan bila dilanggar konsekuensinya jelas tanpa pengecualian.

Terasa "kurang merdeka" jadinya, karena enggak bisa "semau gue".
Namun Nelson Mandela pun, yang 27 tahun dipenjara karena politik apartheid, menyimpulkan, "Merdeka itu tak cuma bebas dari belenggu yang mengikat kita, tetapi juga hidup sedemikian rupa sehingga kita menghargai dan meningkatkan kebebasan orang-orang lain juga."

Menghargai orang lain ternyata adalah bagian dari hakikat kebebasan juga.