gacoAvatar border
TS
gaco
Operasi “Rösselsprung”: Perburuan Tito oleh Pasukan Payung SS Elite
Pada pagi hari, 25 Mei 1944, pukul 6.35 jam, Josip Broz Tito berdiri di depan pondok yang menjadi markasnya. Tempat yang berada di jurang berhutan sekitar Drvar, Bosnia, itu masih diselimuti kabut pagi. Pemimpin kaum Partisan itu sedang bersiap-siap untuk menghadiri pesta ulang tahunnya yang ke-52, yang akan diadakan oleh para petani setempat.

Tiba-tiba, terdengar gemuruh pesawat-pesawat terbang Jerman, yang menjatuhkan bom dan memberondongkan kanon serta senapan mesinnya. Di tengah-tengah serangan udara ini, 40 pesawat layang meluncur turun ke atas Drvar. Mereka diikuti oleh pasukan payung yang melompat turun dari pesawat-pesawat angkut Ju-52 dan terjun dengan parasut. Secara keseluruhan, 600 prajurit payung elite Waffen-SS diterjunkan di Drvar. Sasaran mereka: menangkap atau menyingkirkan Tito dan stafnya.

Tidak seperti para pemimpin gerilyawan anti-Nazi lainnya di Eropa yang dikuasai Hitler, Tito tahu bagaimana cara mengacaukan pasukan Jerman di Balkan: 300.000 Partisan Yugoslavia yang dipimpinnya merupakan kekuatan yang tangguh dan sangat aktif melawan pendudukan Poros selama tiga tahun lebih di negeri Balkan tersebut. Dengan cerdik, dia memosisikan anak buahnya di Drvar, sebuah kota Bosnia yang merupakan daerah perbatasan zona pengaruh Italia dan Jerman, karena tahu bahwa kedua kekuatan yang saling bersaing Poros itu tidak akan saling mengizinkan tentara sekutunya untuk memasuki zona pendudukan masing-masing.

Setelah Italia membelot ke pihak Sekutu, Jerman sebenarnya memiliki lebih banyak kebebasan bergerak. Namun, kini Jerman harus bertempur di tiga front—Front Timur, Balkan, dan Italia—dan Tito meyakini bahwa Jerman tidak akan mampu melancarkan sebuah operasi anti-gerilya besar-besaran sebagaimana yang telah dilakukan pada masa sebelumnya.

Perhitungan Tito sebagian tepat: Marsekal von Weichs, panglima Jerman di Balkan, tidak memiliki cukup pasukan untuk mengejar kaum Partisan ke wilayah berhutan atau pegunungan yang menjadi tempat persembunyian mereka. Karena itulah, satu-satunya cara yang diharapkan dapat melumpuhkan atau menghancurkan kaum Partisan adalah dengan menyingkirkan pemimpinnya sendiri, pribadi Tito!
Untuk mencapai tujuan ini, sang Marsekal menyusun sebuah operasi berani yang diberi sandi Operasi “Rösselsprung”. Sebuah batalyon pasukan payung elite Waffen-SS, yang terdiri atas 654 prajurit yang tangguh, dipersiapkan untuk diterjunkan di atas markas besar Tito sendiri. Mereka akan didukung oleh Divisi SS ‘Prinz Eugen’ yang terkenal kekejamannya dan unit-unit sebuah divisi Kroasia-Jerman serta barisan kaum Fasis Kroasia, Ustasa, maupun kelompok gerilyawan anti-Komunis Serbia yang pro-monarki, Cetnik.

Tito sedang menyantap sarapannya saat serangan itu dilancarkan. Pada mulanya, kaum Partisan terguncang dengan serangan lintas udara yang tidak pernah mereka hadapi atau bayangkan itu. Namun mereka dengan cepat pulih dari keterkejutannya dan melancarkan perlawanan sengit terhadap para tamu yang tidak diundang itu. Akibatnya, banyak prajurit payung yang menjadi korban dari tembakan gencar lawan saat mereka turun dengan parasutnya ke bumi. Korban di pihak Jerman semakin membengkak ketika banyak pesawat layang yang membawa sebagian pasukan penyerbu salah mendarat atau mengalami kecelakaan. Diperkirakan lebih dari 10 persen pasukan penyerbu menjadi korban pada saat pendaratan, lebih besar daripada perkiraan Jerman.

Sekalipun demikian, segera setelah mendarat pasukan payung Jerman, yang masing-masing membawa sebuah foto Tito, segera melancarkan serangan ke pusat kota Drvar. Seluruh penduduk kota bangkit melawan para penyerbu. Namun pasukan Jerman, yang unggul dalam persenjataan dan pelatihan, mampu merebut kota tersebut pada pukul 09.00, dan melancarkan operasi pembersihan dari rumah ke rumah. Sekitar 400 orang Yugoslavia, baik Partisan maupun sipil, ditangkap dan diinterogasi secara ekstensif untuk mencari tahu keberadaan Tito—tentu saja merupakan suatu hal yang sangat menyita waktu.

Namun kemudian komandan pasukan penyerbu, SS-Hauptsturmführer Kurt Rybka, mendapatkan laporan mengenai pertempuran sengit di kaki bukit di luar kota Drvar. Tahu bahwa ada sesuatu yang dipertahankan mati-matian oleh kaum Partisan, entah dokumen penting atau Tito sendiri, dia kemudian mengerahkan seluruh pasukannya ke tempat itu. Di gua di bukit itu, Tito sedang terpojok ketika tembakan senapan dan penyembur api pasukan payung SS menutup pintu masuk gua tersebut.
Kabar mengenai terjepitnya posisi Tito membuat kaum Partisan yang berada di luar kota mengerahkan bala bantuan ke Drvar dan melancarkan serangan jarak dekat yang gila-gilaan terhadap pasukan payung, sehingga membuat Luftwaffe tidak mampu memberikan dukungan tembakan karena takut mengenai pasukan sendiri. Di tengah-tengah pertempuran sengit ini, Tito dan staf kecilnya berhasil meloloskan diri dengan tali melewati sebuah jalan rahasia yang menembus sisi lain bukit tersebut yang masih dikuasai kaum Partisan. Dari sana, dia berjalan kaki dan kemudian diangkut dengan kereta api Partisan sebelum diangkut dengan pesawat terbang Sekutu, yang khusus didatangkan untuknya, ke Italia.

Sementara itu, tidak tahu bahwa Tito berhasil lolos dari jerat mereka, pasukan payung Jerman terus bertempur di dekat gua Tito hingga bala bantuan Partisan yang terus mengalir ke Drvar mendesak mereka ke pemakaman kota. Dalam keadaan lelah dan kehabisan amunisi, sisa-sisa pasukan payung menghabiskan malam itu dalam pertempuran mati-matian yang ganas melawan gelombang serangan kaum Partisan yang berusaha menghabisi mereka. Dari 874 prajurit payung yang diterjunkan dalam dua gelombang di hari itu, hanya 250 orang yang masih dapat bertempur hingga pagi hari berikutnya tiba.

Ketika matahari terbit pada tanggal 26 Mei, Luftwaffe dapat menerbangkan kembali pesawat-pesawat terbangnya untuk memberikan dukungan bagi pasukan payung SS yang terkepung. Namun ternyata pada saat itu, kaum Partisan telah meninggalkan medan laga menuju kawasan hutan dan pegunungan di sekitar Drvar. Kedatangan bala bantuan dari Divisi SS ‘Prinz Eugen’ dan Divisi Kroasi-Jerman ke-373 akhirnya membebaskan pasukan yang terkepung dan Drvar pun jatuh ke tangan Jerman. Namun Tito telah lolos, dan satu-satunya hiburan bagi pasukan Jerman adalah keberhasilan mereka merampas seragam baru marsekal dari pemimpin Partisan itu, yang kemudian dikirimkan ke Wina untuk dipamerkan.

Tito sendiri kemudian dikirimkan oleh Inggris dari Italia ke Pulau Vis, sebuah pulau di lepas pantai Dalmatia yang diperkuat oleh Royal Navy dan dijadikan markas besar kaum Partisan. Sekalipun membuat Tito menangguhkan sebagian rencana taktis kaum Partisan untuk sementara, Operasi ““Rösselsprung” sama sekali tidak berpengaruh terhadap hasil keseluruhan perang pembebasan kaum Komunis di Yugoslavia.

Sumber Tangkap Tito Hidup atau Mati!
0
9.9K
14
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan