Jakarta – Bogor
Sabtu, 27 September 2014

Pada 21 Juni 1970, Sukarno mengehembuskan nafas terakhirnya setelah menderita sakit. Berbulan-bulan sebelumnya, Sukarno menjadi tahanan politik di Wisma Yaso, wisma yang dihadiahkan untuk salah satu istrinya, Ratna Sari Dewi. Ia menjadi tahanan politik setelah kekuasaan pemerintahannya dicabut secara resmi oleh MPRS pada 12 Maret 1967 dan digantikan oleh rezim Soeharto. Sampai wafatnya, Sukarno terus-menerus diserang secara terang-terangan dengan tuduhan yang mendiskreditkan dirinya. Dimulai sejak tercetusnya peristiwa Gerakan 30 September 1965, huru-hara dalam panggung politik Indonesia semakin meredupkan popularitas Sukarno.
Namun, tuduhan sebagai salah satu dalang dari peristiwa Gerakan 30 September tidak menggoyahkan idealisme Sukarno. Beliau mempertahankan idealisme dan konsep nasakomnya hingga akhir hayatnya. Apa yang membuat Sukarno begitu kuat mempertahankan idealismenya? Bagaimana sebenarnya kehidupan Sukarno di hari-hari terakhirnya?
Yuk jangan lewatkan Wisata Sejarah Pendiri Bangsa oleh Komunitas Bambu, kami akan mengajak Anda mengunjungi lokasi-lokasi yang berkaitan dengan hari-hari terakhir dalam kehidupan proklamator kemerdekaan Indonesia sekaligus presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno. Dimulai dari Wisma Yaso, tempat Sukarno diasingkan hingga menghembuskan nafas terakhirnya, yang kini menjadi Museum Satria Mandala. Perjalanan akan dilanjutkan ke rumah salah satu jenderal yang dijadikan target Gerakan 30 September 1965 yang kini dijadikan museum, Bandara Halim Perdana Kusuma, dan Istana Bogor.

Info lebih lengkap: Aulia 082113047279