bangjack90Avatar border
TS
bangjack90
#jamborePS Wilayah Terpencil Tak Tersentuh Medis -Perdesaan Sehat
– perdesaansehat.com
“Kesenjangan tingkat Keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, sangat besar antara
kabupaten daerah tertinggal dibandingkan
dengan daerah maju di Indonesia. Kesenjangan
tersebut akan menimbulkan kesenjangan status
dan kualitas kesehatan pembangunan Indonesia.
Butuh komitmen keberpihakan melalui kebijakan
pembangunan sumber daya kesehatan nasional
yang proporsional berbasis beban kerja masing-
masing wilayah atau perdesaan (wilayah kerja
Puskesmas)” – perdesaansehat.com
Hanibal Hamidi, PP LKNU
Edisi Sapos
Rabu, 13 Agustus 2014
Sabtu, 16 Agustus 2014
Wilayah Terpencil Tak Tersentuh Medis
Search
Banyak Ibu Meninggal Saat Melahirkan

samarindapos-SANGATTA.
Angka kematian ibu di Kutim saat melahirkan
masih terbilang tinggi. Setidaknya dari data
sepanjang 2013 lalu, ada
12 ibu yang meninggal dunia saat melahirkan.
Artinya tiap bulan ada satu orang ibu melahirkan
yang meninggal dunia karena tidak tertolong.
Kematian ibu melahirkan menurut Kepala Dinas
Kesehatan Kutim, Aisyah disebabkan karena
sulitnya akses transportasi menuju sarana
kesehatan. Berikut minimnya layanan medis
dalam proses persalinan. Karena tenaga bidan
desa khususnya di daerah terpencil memang
belum cukup. Sementara
dari pihak keluarga, juga kurang persiapan
dengan membawa ibu hamil ke puskesmas
terdekat jika memang sudah mendekati kelahiran.
“Jadi banyak faktor yang mengakibatkan ibu
meninggal. Salah satunya karena pasien memang
jauh dari sarana kesehatan, sementara di desa
mereka tidak punya tenaga bidan,” katanya.
Diakui, tiap tahun pihaknya selalu meminta agar
tenaga bidan dipenihi. Sebab idealnya untuk satu
desa harus ada satu bidan. Namun pemerintah
hanya memberikan jatah bidan yang sangat
minim alias jauh dari kebutuhan yang diminta.
Padahal permintaan didasarkan kebutuhan,
terutama untuk mengisi kekosongan bidan di
desa terpencil dan sulit akses transportasi.
Contohnya di Bili-bili, Sandaran yang jauh dari
akses tranportasi namun tak memiliki tenaga
medis. Arsyad, warga setempat kepada Sapos
belum lama ini mengaku menjadi korban. Istrinya
meninggal dunia saat hendak melahirkan karena
tidak mendapat pertolongan medis. Warga Dusun
Pantai di Labuan Bili-bili,
Kecamatan Sandaran ini mengatakan di wilayah
tersebut tidak ada tenaga medis termasuk bidan
desa. Masalah ini sudah berlangsung lama tanpa
adanya perhatian dari Pemerintah. “Pemerintah
tidak pernah menyiapkan tenaga kesehatan,
apalagi sarana dan prasarananya. Kondisi ombak
besar dan terpencil juga merupakan masalah.
Kemudian diperparah dengan tidak
ada Puskesmas Pembantu atau Polindes serta
Posyandu juga termasuk salah satu penyumbang
sulitnya keadaan kami,” tuturnya. Terkait masalah
ini, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Kutai
Timur Misran Abbas mengatakan, Pemerintah
Daerah seharusnya lebih peduli untuk dapat
menekan tingginya angka kematian ibu dan anak.
Terutama melalui peningkatan sarana dan
prasarana kesehatan, serta tim medis terpadu
dalam melayani kebutuhan kesehatan masyarakat
terpencil. Menurutnya, kondisi pelayanan
kesehatan di wiayah pesisir sangat
memprihatiankan. Karena masyarakat hanya
mengandalkan dukun kampung
tanpa bantuan medis sekalipun. “Ibu dan anak
yang meninggal tidak sempat tertolong akibat
tidak adanya tenaga medis yang disiapkan oleh
Dinas terkait karena wilayahnya terpencil. Hal ini
saya anggap bahwa Pemkab selama ini tidak
punya hati nurani membantu masyarakat yang
sangat kesulitan di daerah-daerah pesisir,”
katanya. Untuk itu, Misran berharap kepada
Pemkab agar lebih memperhatikan desa-desa
terpencil seperti di Labuan Bili. “Saya berharap
para lulusan Akbid dan Akper yang telah dibiayai
Pemkab Kutim bisa ditempatkan di wilayah
terpencil dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat,” harap Misran (jn/yes)
“Kesenjangan tingkat Keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, sangat besar antara
kabupaten daerah tertinggal dibandingkan
dengan daerah maju di Indonesia. Kesenjangan
tersebut akan menimbulkan kesenjangan status
dan kualitas kesehatan pembangunan Indonesia.
Butuh komitmen keberpihakan melalui kebijakan
pembangunan sumber daya kesehatan nasional
yang proporsional berbasis beban kerja masing-
masing wilayah atau perdesaan (wilayah kerja
Puskesmas)” – perdesaansehat.com
Hanibal Hamidi, PP LKNU
Edisi Sapos
Rabu, 13 Agustus 2014
Sabtu, 16 Agustus 2014
Wilayah Terpencil Tak Tersentuh Medis
Search
Banyak Ibu Meninggal Saat Melahirkan

samarindapos-SANGATTA.
Angka kematian ibu di Kutim saat melahirkan
masih terbilang tinggi. Setidaknya dari data
sepanjang 2013 lalu, ada
12 ibu yang meninggal dunia saat melahirkan.
Artinya tiap bulan ada satu orang ibu melahirkan
yang meninggal dunia karena tidak tertolong.
Kematian ibu melahirkan menurut Kepala Dinas
Kesehatan Kutim, Aisyah disebabkan karena
sulitnya akses transportasi menuju sarana
kesehatan. Berikut minimnya layanan medis
dalam proses persalinan. Karena tenaga bidan
desa khususnya di daerah terpencil memang
belum cukup. Sementara
dari pihak keluarga, juga kurang persiapan
dengan membawa ibu hamil ke puskesmas
terdekat jika memang sudah mendekati kelahiran.
“Jadi banyak faktor yang mengakibatkan ibu
meninggal. Salah satunya karena pasien memang
jauh dari sarana kesehatan, sementara di desa
mereka tidak punya tenaga bidan,” katanya.
Diakui, tiap tahun pihaknya selalu meminta agar
tenaga bidan dipenihi. Sebab idealnya untuk satu
desa harus ada satu bidan. Namun pemerintah
hanya memberikan jatah bidan yang sangat
minim alias jauh dari kebutuhan yang diminta.
Padahal permintaan didasarkan kebutuhan,
terutama untuk mengisi kekosongan bidan di
desa terpencil dan sulit akses transportasi.
Contohnya di Bili-bili, Sandaran yang jauh dari
akses tranportasi namun tak memiliki tenaga
medis. Arsyad, warga setempat kepada Sapos
belum lama ini mengaku menjadi korban. Istrinya
meninggal dunia saat hendak melahirkan karena
tidak mendapat pertolongan medis. Warga Dusun
Pantai di Labuan Bili-bili,
Kecamatan Sandaran ini mengatakan di wilayah
tersebut tidak ada tenaga medis termasuk bidan
desa. Masalah ini sudah berlangsung lama tanpa
adanya perhatian dari Pemerintah. “Pemerintah
tidak pernah menyiapkan tenaga kesehatan,
apalagi sarana dan prasarananya. Kondisi ombak
besar dan terpencil juga merupakan masalah.
Kemudian diperparah dengan tidak
ada Puskesmas Pembantu atau Polindes serta
Posyandu juga termasuk salah satu penyumbang
sulitnya keadaan kami,” tuturnya. Terkait masalah
ini, Koordinator Forum Masyarakat Peduli Kutai
Timur Misran Abbas mengatakan, Pemerintah
Daerah seharusnya lebih peduli untuk dapat
menekan tingginya angka kematian ibu dan anak.
Terutama melalui peningkatan sarana dan
prasarana kesehatan, serta tim medis terpadu
dalam melayani kebutuhan kesehatan masyarakat
terpencil. Menurutnya, kondisi pelayanan
kesehatan di wiayah pesisir sangat
memprihatiankan. Karena masyarakat hanya
mengandalkan dukun kampung
tanpa bantuan medis sekalipun. “Ibu dan anak
yang meninggal tidak sempat tertolong akibat
tidak adanya tenaga medis yang disiapkan oleh
Dinas terkait karena wilayahnya terpencil. Hal ini
saya anggap bahwa Pemkab selama ini tidak
punya hati nurani membantu masyarakat yang
sangat kesulitan di daerah-daerah pesisir,”
katanya. Untuk itu, Misran berharap kepada
Pemkab agar lebih memperhatikan desa-desa
terpencil seperti di Labuan Bili. “Saya berharap
para lulusan Akbid dan Akper yang telah dibiayai
Pemkab Kutim bisa ditempatkan di wilayah
terpencil dalam memberikan pelayanan kesehatan
masyarakat,” harap Misran (jn/yes)

hanibal hamidi perdesaan sehat jamborePS
0
908
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan