- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bentrokan Warga di Bima, Satu Tewas
TS
hudaulfah
Bentrokan Warga di Bima, Satu Tewas
Bentrokan Warga di Bima, Satu Tewas
Quote:
Aparat kepolisian dan TNI hingga hari ini, Ahad, 24 Agustus 2014, masih melakukan pengamanan setelah terjadi bentrokan antarwarga Dusun Lia, Desa Punti, dan Desa Sai, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, dalam bentrokan yang berlangsung Sabtu sore hingga malam, 23 Agustus 2014, mengakibatkan seorang warga Desa Sain, Sumalin, 28 tahun, meninggal dunia. Korban mengalami luka robek di kepala bagian kanan. Seorang warga Desa Sai lainnya, Sumadi, mengalami luka berat. Selain itu puluhan rumah warga rusak.
Bentrokan yang terjadi mulai pukul 16.00 Wita hingga 21.30 Wita itu berlangsung di kawasan pegunungan dan persawahan yang baru ditanami padi. Massa saling serang menggunakan batu dan panah.
Aparat Polres Kabupaten Bima, yang dibantu oleh Polres Kota Bima dan Brimo Detasemen A Pulau Sumbawa, serta aparat TNI, segera dikerahkan ke lokasi bentrokan. Namun harus menyeberangi laut dengan waktu tempuh satu setengah jam.
Pendekatan persuasif dilakukan aparat kepolisian. Usaha melerai kedua belah pihak juga tak mampu menghentikan massa yang tetap saling menyerang. Setengah jam setelah bentrokan, massa dari kedua desa mundur meski masih saling lempar.
Salah seorang warga, Gio, 22 tahun, menduga Sumalin meninggal dunia akibat terkena lemparan batu dari arah aparat kepolisian, yang saat itu marah karena banyak warga yang berada di antara massa yang sedang bentrok. “Saya menduga batu itu yang dilempari oleh polisi,” kata Gio kepada Tempo, Ahad, 24 Agustus 2014.
Kepala Polres Kabupaten Bima Ajun Komisari Besar IGPG Ekawana Prasta membantah penyebab tewasnya Sumarlin akibat lemparan batu oleh polisi. “Jarak polisi dan lokasi bentrokan jauh. Tidak ada polisi yang memegang batu,” ujarnya kepada Tempo, Ahad, 24 Agustus 2014.
Menurut Ekawana, situasi keamanan di lokasi bentrokan sudah berangsur normal. Hingga saat ini aparat masih berjaga di perbatasan kedua desa. Pemicu bentrokan warga dua desa bertetangga itu juga masih diselidiki.
Saat ini sedang dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Ekawana menduga adanya provokator yang menghasut warga, sehingga memicu terjadinya bentrokan.
SUMBER
Berdasarkan informasi yang dihimpun Tempo, dalam bentrokan yang berlangsung Sabtu sore hingga malam, 23 Agustus 2014, mengakibatkan seorang warga Desa Sain, Sumalin, 28 tahun, meninggal dunia. Korban mengalami luka robek di kepala bagian kanan. Seorang warga Desa Sai lainnya, Sumadi, mengalami luka berat. Selain itu puluhan rumah warga rusak.
Bentrokan yang terjadi mulai pukul 16.00 Wita hingga 21.30 Wita itu berlangsung di kawasan pegunungan dan persawahan yang baru ditanami padi. Massa saling serang menggunakan batu dan panah.
Aparat Polres Kabupaten Bima, yang dibantu oleh Polres Kota Bima dan Brimo Detasemen A Pulau Sumbawa, serta aparat TNI, segera dikerahkan ke lokasi bentrokan. Namun harus menyeberangi laut dengan waktu tempuh satu setengah jam.
Pendekatan persuasif dilakukan aparat kepolisian. Usaha melerai kedua belah pihak juga tak mampu menghentikan massa yang tetap saling menyerang. Setengah jam setelah bentrokan, massa dari kedua desa mundur meski masih saling lempar.
Salah seorang warga, Gio, 22 tahun, menduga Sumalin meninggal dunia akibat terkena lemparan batu dari arah aparat kepolisian, yang saat itu marah karena banyak warga yang berada di antara massa yang sedang bentrok. “Saya menduga batu itu yang dilempari oleh polisi,” kata Gio kepada Tempo, Ahad, 24 Agustus 2014.
Kepala Polres Kabupaten Bima Ajun Komisari Besar IGPG Ekawana Prasta membantah penyebab tewasnya Sumarlin akibat lemparan batu oleh polisi. “Jarak polisi dan lokasi bentrokan jauh. Tidak ada polisi yang memegang batu,” ujarnya kepada Tempo, Ahad, 24 Agustus 2014.
Menurut Ekawana, situasi keamanan di lokasi bentrokan sudah berangsur normal. Hingga saat ini aparat masih berjaga di perbatasan kedua desa. Pemicu bentrokan warga dua desa bertetangga itu juga masih diselidiki.
Saat ini sedang dilakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Ekawana menduga adanya provokator yang menghasut warga, sehingga memicu terjadinya bentrokan.
SUMBER
0
666
Kutip
2
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan