aribandimantraAvatar border
TS
aribandimantra
Pelajaran Tentang Kekuasaan yang Dipergilirkan
Badai Pasti kan berlalu

Awan hitam di hati yang sedang gelisah

daun-daun berguguran

satu satu jatuh ke pangkuanku

tenggelam sudah ke dalam dekapan

semusim yang lalu sebelum ku mencapai

langkahku yang jauh


kini semua bukan milikku

musim itu telah berlalu

matahari segera berganti


gelisah kumenanti tetes embun pagi

tak kuasa ku memandang dikau matahari


kini semua bukan milikku

musim itu telah berlalu

matahari segera berganti


badai pasti berlalu

badai pasti berlalu

badai pasti berlalu

badai pasti berlalu

Badai Pasti Berlalu adalah sebuah novel berbahasa Indonesia karya Marga T yang diterbitkan pada tahun 1974. Novel ini, seperti dikutip dari Wikipedia, merupakan serialisasi dari cerita bersambung yang dimuat di harian KOMPAS dari 5 Juni 1972 hingga 2 September 1972. Cerita bersambung tersebut ternyata digemari pembaca dan juga menarik perhatian dunia sastra Indonesia. Diterbitkan sebagai novel, Badai Pasti Berlalu laris terjual mencapai 24.000 eksemplar.

Novel Badai Pasti Berlalu merupakan salah satu karya terbaik dari Marga T. Novel ini pernah diangkat ke layar lebar yang disutradarai oleh Teguh Karya pada tahun 1977 dan menjadi sebuah film yang sangat sukses. Dengan dibintangi bintang-bintang muda saat itu yang sekarang telah menjadi bintang film terkenal di Indonesia seperti Christine Hakim, Roy Marten, Slamet Rahardjo, dan Mieke Widjaja. Versi daur ulang tahun 2007 dari film tersebut disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja dan dibintangi oleh Vino Bastian dan Raihaanun.

Kepopuleran Badai Pasti Berlalu tidak hanya berhenti di film, karena bahkan album lagu tema yang dibawakan oleh Chrisye, seorang penyanyi legendaris Indonesia pun menjadi sangat terkenal. Album lagu tema tersebut dirilis pada tahun 1977, dengan arahan Eros Djarot dan permainan musik dari musisi terkenal Indonesia Yockie Soerjoprajogo yang masih sangat muda saat itu. Album tersebut pada tahun 2007 mendapatkan peringkat pertama dalam daftar 150 Album Indonesia Terbaik versi Majalah Rolling Stone Indonesia.

Siklus Musim di Indonesia

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang sebenarnya hanya memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Hal ini karena letaknya yang di daerah subtropics, lintang garis khatulistiwa. Namun di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia kita bisa merasakan suasana seperti di negara 4 musim. Seperti musim salju di Grasberg, Papua, musim panas gurun di kawasan Gumuk pasir Parangkusumo, Yogyakarta, uasana pohon yang menggugurkan daunnya bisa ditemukan di hutan jati misalnya hutan jati di daerah Jawa Timur. Musim hujan sudah tidak aneh terjadi di Indonesia tapi ada wilayah di Indonesia yang hampir selalu hujan, Bogor. Kota yang termasuk ke dalam Provinsi Jawa Barat ini adalah salah satu kota kabupaten yang memiliki kadar curah hujan yang tinggi.

Ternyata di negara Indonesia ini kita bisa juga merasakan salju, musim gugur dan suasana di gurun pasir. Memang suasananya tidak sangat mirip di negara 4 musim. Namun daerah-daerah unik ini bisa kita kunjungi untuk berwisata dan menikmati keadaan alamnya.

Filosofi dari musim ini mengingatkan kita, bahwa bumi selalu berputar, demikian pula dengan nasib manusia. Bahkan kita ini ternyata hidup di atas magma panas yang selalu bergejolak. Di dalam perut bumi ini terdapat rongga panas dan panas dari perut bumi itu tersalurkan lewat gunung-gunung. Perumpamannya seperti memasak air panas, uap tersalurkan lewat celah-celah panic, atau lewat mulut teko. Bila panas itu meninggi gunung pun meledak menyemburkan material dari perut bumi. Bencana memang terjadi dalam waktu singkat. Tapi, setelah erupsi itu, maka tanah-tanah disekitar gunung pun menjadi subur. Jadi, tanah yang telah hilang kesuburan tergantikan dengan abu material letusan gunung tersebut. Siklus ini terjadi sejak bumi ada. Dari letusan itu, bahkan, tercipta satu kehidupan baru. Akibat erupsi Merapi, ada lapangan kerja baru yakni menambang pasir. Bahkan ada generasi baru yang menggantikan generasi yang musnah akibat bencana tadi.

Musim memang dipergilirkan. Dari musim ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa, orang tidak selamanya berada di puncak. Matahari disebut Sang raja riang, tapi segeri digantikan oleh Bulan si Dewi malam. Selebat-lebatnya hujan pasti akan berhenti. Sehebat-hebatnya badai hitam menggulung, pada saatnya langit akan cerah kembali. Alam telah disiapkan oleh Allah SWT sang Maha Pencipta untuk menata dirinya sendiri.

Begitulah hakikat kekuasan dan nasib manusia. Ada kalanya di atas dan ada kalanya di bawah. Tak selamanya orang berkuasa terus. Sehebat-hebatnya Suharto, tumbang juga. Kekuasaan sekuat apa pun akan tumbang juga. Jadi orang yang mimpi berkuasa terus, pada hakikatnya dia mengingkari kenyataannya.

Firaun digantikan oleh Musa as, bayi yang diasuh di dalam kerajaannya sendiri. Orde baru tumbang oleh mahasiswa yang bahkan sebagian dari mereka dibiayai dari beasiswa Supersemar. Filosofi Jawa mengajarkan kepada kita, ojo ”Ojo nggege mongso.” Artinya, Jangan mengharapkan sesuatu yang belum waktunya. Soal siklus musim dan kekuasaan ini kalau sebagai muslim bisa mengkajinya dari surat al Qurays, (surat ke 106 ayat 1-4).

Kekuatan Penyeimbang

Kemarau-Hujan, panas-dingin, salju-gurun adalah siklus musim, kekuatan yang tampak saling bertentangan itu nyatanya adalah penyeimbang. Salah satu kelebihan manusia disbanding mahluk lainnya di muka bumi ini —selain karunia otak— adalah adaptasi. Manusia tidak punya sayap, tapi bisa terbang dan hidup di luar angkasa melebih burung. Manusia tidak punya bulu, tapi bisa melintasi kutub dan naik ke puncak gunung tertinggi. Manusia tidak punya kantung air seperti unta, tapi dia bisa tinggal di gurun-gurun.

Kemampuan cepat belajar dan menyesuaikan inilah yang melebihkan manusia dari mahluk lainnya. begitu pun dalam politik, kita harus sadar dan paham situasi di musim apa kita berada. Kalau memaksa diri maka kita akan lebih buruk dari hewan. Beberapa pengamat dan pakar politik justru khawatir dan menyebarkan pemikiran yang bisa menyesatkan.

Ketua Badan Penelitian dan Pengembangan DPP Partai Golkar, Indra J Piliang, suatu kali pernah mengatakan kurikulum partainya tak punya materi yang memandu Golkar bila berada di luar pemerintahan. “Kalau kami mau oposisi, kurikulumnya harus diubah, harus ada pendidikan dalam internal Golkat mengenai oposisi, garisnya seperti apa,” kata Indra.

Adapun pengamat politik dari Center Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, mengatakan, mayoritas partai politik di Indonesia sangat memuja pragmatisme kekuasaan. Tujuan politiknya bukan untuk menyejahterakan rakyat, melainkan sebisa mungkin berinvestasi dalam pemerintahan yang berkuasa.

Dengan alasan itu, Kristiadi yakin koalisi merah putih akan buyar. Satu persatu partai dalam koalisi itu akan merapat ke barisan partai pendukung Jokowi-JK yang bakal memimpin pemerintahan untuk periode lima tahun ke depan.

“Dalil saya, atmosfer politik yang memuja pragmatisme itu yang membuat koalisi permanen (pendukung Prabowo-Hatta) akan buyar. Saya tidak melihat koalisinya dibangun karena keprihatinan, tapi untuk kekuasaan,” kata Kristiadi.

Kubu koalisi Merah putih harus paham di musim apa mereka sekarang, harus cepat belajar. Pemilu Pilpres memang membuat adanya dua kubu. Terlepas apa pun hasilnya, satu sama lain berfungsi sebagai kekuatan penyeimbang bukan saling menjatuhkan. Karena masing-masing bertujuan sama, membangun Indonesia.

Becik Ketitik Olo Ketoro

Sehari sebelum pengumuman hasil sidang perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) Pilpres 2014 oleh Mahkamah Konstitusi (MK), Prabowo Subianto mengungkapkan isi hatinya dalam peribahasa Jawa di akun Twitter pribadinya @Prabowo08.

Dalam akun Twitternya tersebut, mantan Danjen Kopassus tersebut mengatakan Becik ketitik ala ketara. Ungkapan tersebut tulisnya pada Rabu (20/8/2014) pukul 4.36 PM atau 16.36 WIB.

Kalimat “becik ketitik ala ketara” yang artinya yang baik akan kelihatan dan yang buruk akan tampak.

Menurut Penulis, apa yang dikhawatirkan Indra J Piliang dan J Kristiadi itu adalah realitas yang harus kita lalui. Berkaca pada musim, kita yakini bencana itu singkat dan selanjutnya keadaan akan kembali kondusif. Jadi, keadaan ini justru adalah kesempatan untuk menguji.

Sinyalemen Prabowo itu dipahami sebagai dua pedang kembar. Kedalam untuk menguji sejauhmana komitmen dari koalisi Merah Putih itu sendiri. Ujian seorang teman bukan dimeja makan dan appalause kemenangan, tapi saat kita kalah. Nabi-nabi mendapat ujian dan ujian yang paling berat tergolong dalam gelar Ulul Azmi. Pahlawan lahir bukan di panggung tapi di medan tempur.

Keluar, memberi kesempatan kepada orang-orang yang selama ini mengkritik untuk tampil di panggung. Dulu mereka sembunyi di dalam tanah dan tempat gelap. Sekarang semua mata menatap mereka dan lampu menyorot terang. Apakah mereka bisa mempraktikkan apa yang selama ini mereka kritik. Sudah jamak, penonton selalu merasa lebih hebat dari pemain. Artinya, kesempatan ini justru untuk membuka topeng-topeng dari wajah sebenarnya. Rakyat menjadi sadar dengan pilihannya.

Kita harus meyakini dan sadar sepenuhnya bahwa bencana sebesar apapun pasti lebih singkat dari keadaan normal. Alam dengan siklusnya akan mencari keseimbangan. Badai pasti akan berlalu.

Sumber Pelajaran Tentang Kekuasaan yang Dipergilirkan
0
1.7K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan