Cobaan kehidupan harus dirasakannya sejak usia dini ( 4 thn )
Pada dasawarasa thn 80-an negara Rosa Sahel yaitu Iran terlibat perang sengit dgn negara tetangga yaitu Irak yg dikenal dunia dengan nama perang Iran-Irak (1980 -1988 )
Banyak rakyat sipil yg tewas di kedua belah pihak untuk sebuah alasan perang yg absurd dan hasil akhir perang yg tidak jelas.
Secara resmi perang sengit ini berakhir thn 1988, namun ternyata pihak Irak secara sepihak melancarkan beberapa serangan udara mematikan ke wilayah Iran.

Pd thn 1989, Rosa Sahel berusia 4 tahun dan tinggal bersama keluarga besarnya ( 10 orang ) di dalam satu rumah di sebuah desa di bagian barat wilayah Iran.

Pada suatu malam , Rosa sahel sedang bersiap tidur bersama adiknya ketika ibunya sedang membacakan cerita dongeng untuk mereka.

tragedi itu pun datang, sebuah skuadron pesawat tempur Iraq secara tiba-tiba bergemuruh memecah kesunyian desa Sahel yg damai .

Di dalam kumpulan pesawat musuh tsb terdapat pesawat bomber dengan tujuan menghancurkan desa itu.

Kejadian berlangsung cepat, pesawat musuh meluncurkan misil dan menjatuhkan bom ke seluruh wilayah itu.

Tanah di desa itu berguncang hebat akibat pengaruh bom yg dijatuhkan para penduduk yg berlarian ke luar rumah ditembaki oleh senapan mesin pesawat tempur yg mengawal pesawat -pesawat bomber.

Rumah sahel luluh lantak oleh bom yg dijatuhkan dan menewaskan seluruh penghuninya , kecuali Sahel.
Seluruh keluarga Sahel tewas dalam serangan itu dan rumah mereka berubah menjadi puing dan abu dalam sekejap.

Sahel sendiri pingsan dan terluka tertimbun reruntuhan rumahnya sendiri.

Dalam sumber lain tertulis mengenai serangan udara ini telah memakan korban 400 orang, dan hanya sedikit yg selamat termasuk Sahel

Setelah 4 hari tertimbun di balik puing , akhirnya Sahel ditemukan oleh regu penyelamat.

Dalam regu tersebut terdapat seorang wanita bernama Flora ( 23 thn saat itu ) yg merupakan relawan kemanusiaan.

Flora membersihkan tubuh Sahel kecil dari darah dan debu , dan kemudian mengirimnya ke rumah sakit di kota Teheran.

Sejak saat itulah Sahel terakhir kali melihat desa kecilnya itu dan tidak kembali kesana hingga usia dewasa.

flora merawat Rahel kecil seperti anaknya sendiri, namun ketika luka Sahel mulai membaik maka masalah pun timbul.

Sahel tidak punya siapa -siapa lagi di dunia ini , keluarga dan orangtuanya sudah tewas, maka jalan satu-satunya

adalah mengirim dia ke panti asuhan khusus anak-anak korban perang di kota Teheran , Iran.

Dalam panti asuhan yg seadanya itu Sahel kecil berkumpul dengan anak-anak lain yg juga kehilangan keluarganya.
tujuan dari panti asuhan tsb adalah sebagai tempat bagi orangtua angkat untuk mengasuh anak adopsi.

Namun , pada saat itu keadaan di Iran ( 1989 -1990 ) masih sulit dikarenakan dampak dari perang besar yg baru saja usai.

Tidak banyak orang tua angkat yg mengadopsi anak -anak malang itu, banyak dari mereka yg tidak terurus dan terlantar.

Tidak terkecuali dengan Sahel , meski Sahel kecil memiliki penampilan yg cantik dengan mata bulat hitam yg mempesona namun

tidak ada orang tua asuh yg tertarik padanya , akhirnya selama 2 tahun Sahel tetap hidup sebatang kara di panti asuhan tersebut.

Tidak ada orang yg peduli dengan-nya kecuali satu orang, ya dialah Flora , wanita yg menyelamatkan Sahel dari reruntuhan ledakan bom.

Pada thn 1992 , Flora menjenguk Sahel dan berbicara kepadanya bahwa dia ingin mengangkat Sahel sbg anaknya.

Sahel pun menangis dan memeluk dengan erat ibu barunya itu.

Flora pun mengurus administrasi dan masalah hukum berkaitan dengan masalah perwalian.

proses itu tidak begitu sulit , karena Sahel tidak memiliki siapa -siapa lagi di dunia ini

Flora berprofesi sebagai seorang relawan kemanusiaan dan masih lajang pada saat itu.
Keadaan finansialnya juga tidak begitu baik sama dengan rata -rata penduduk Iran lainnya.

Tanpa diduga , Flora jatuh cinta dan menjalin asmara dengan seorang pria Iran yg bekerja di Jepang.

setelah saling mengenal lebih jauh , mereka sepakat untuk bertunangan

Pria itu mengundang Flora untuk pindah ke Jepang dan tinggal bersamanya.

Pada saat itu Flora berpikir bahwa jika ia menikahi pria itu maka setidaknya masa depan Sahel

akan lebih baik daripada dia tinggal di Iran.

Maka flora dan sahel pun terbang ke kota Tokyo dan tinggal di rumah tunangannya tersebut.

Adalah sebuah perubahan drastis bagi anak sekecil Sahel ( 7 thn ) untuk pindah ke sebuah negara baru nun jauh di sana .

Namun Jepang tidak selalu ramah terhadap Sahel dan ibu angkatnya. Dalam waktu beberapa bulan setelah kedatangan mereka,

tunangan Flora memutuskan hubungan dan mengusir ibu dan anak angkatnya itu keluar dari rumahnya,

meninggalkan mereka berdua sbg tunawisma di tanah yang asing.

Sahel hanya memiliki ingatan samar -samar tentang masa sulit itu.

Dia ingat bahwa Flora akan selalu memprioritaskan kebutuhan putri angkatnya atas dirinya sendiri,

Ibu angkatnya sangat berkomitmen untuk memastikan bahwa Sahel memiliki kesempatan untuk hidup yg lebih baik -

bahkan ketika itu berarti hidup dua hari tanpa makanan yg layak.

" Aku ingat ibuku selalu memastikan aku punya makanan, bahkan jika dia harus tidak makan " kata sahel sambil menitikkan air mata

" Bertahun -tahun , kami berlindung di taman kota dgn kondisi kepanasan atau kedinginan , dan mencuci dengan menggunakan keran di toilet umum "

Saya biasa bertahan di sekolah tanpa makan siang selama seminggu.

Pada akhir pekan dan hari libur, kami biasa pergi ke supermarket untuk makan sampel makanan yang mereka memberikan kepada pembeli.

Akhirnya, beberapa orang Jepang menaruh iba dan membantu mereka menemukan sebuah apartemen kecil dengan sewa yg murah di Tokyo.


Untungnya, Flora berhasil menemukan pekerjaan kasar di sebuah pabrik.

memungkinkan Sahel untuk melanjutkan pendidikan di Jepang.

Setelah selamat dari perang di Iran dan tunawisma di Tokyo, cobaan lain untuk Sahel siap menyambutnya.

Sementara ibunya bekerja di pekerjaan kasar, Rosa terus pergi ke sekolah, di mana dia sering menjadi sasaran bullying.

"Ada saat-saat ketika saya ingin bunuh diri, melihat pengabdian ibuku kepadaku yang membuat saya terus maju" kata Sahel

Dia selalu memiliki senyum di wajahnya untuk saya, "katanya.

Sewaktu di SMP beberapa murid asli Jepang bersikap kasar thdp Sahel , termasuk melempar tas dan sepatu sahel ke genteng sekolah atau menjambak rambutnya,

Alasan mengenai Sahel dibenci pada saat itu adalah karena dia seorang Gaijin ( org asing ) miskin yg berasal dari timur tengah.

Pandangan umum masyarakat Jepang mengenai Iran dan timur tengah tidak begitu baik pada saat itu.

( sbg catatan : warga Iran di Jepang biasanya terkait kegiatan ilegal seperti peredaran narkoba )

Namun Sahel berhasil mengatasi itu semua , dia termasuk siswi yg pandai dan berprestasi dan sanggup menyelesaikan pendidikannya hingga universitas Tokyo.

Ketika masih kuliah, Sahel mendapat pekerjaan sebagai reporter di radio J-Wave, yg merupakan awal karirnya di dunia entertainment.

Namun, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan dan pergi ke Tokyo University di mana ia belajar Teknik Informatika,

dia juga belajar di sekolah drama untuk belajar tahap akting.

"Saya pikir gelar universitas akan membantu saya merawat ibu saya di masa depan dan juga membuat saya merasa seperti anggota kontribusi dari masyarakat " tutur Sahel

Selama beberapa tahun terakhir, Sahel telah membuat penampilan di program TV dan radio, melakukan pekerjaan teater, model dan muncul dalam iklan TV.

Proyek terakhirnya adalah program mingguan NHK, ia menjadi co-host dengan penyiar Masaaki Horio dan selebriti Kanae Doi.

Program TV yg berfokus melihat masalah lingkungan dari berbagai sudut seperti manusia, alam dan makanan,