boygoerningAvatar border
TS
boygoerning
Lamtoro sebagai tanaman rehabilitasi lahan alang-alang
sory gan ane newbie.. ane melakukan penelitian sebagai salah satu syarat sarjana di kampus ane..
berikut gan hasil nya

UJI EFEKTIFITAS FMA, EM4 DAN ACF-SR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SENGON(Paraserianthes falcataria), AKASIA(Acacia mangium)DAN LAMTORO(Leucaena leucocephala) PADA TANAH ALANG-ALANG

ABSTRACT

The objective of this research was to know the effectiveness of AMF, EM4 and ACF-SR on the growth of sengon (Paraserianthes falcataria), Acacia (Acacia mangium) and Lamtoro (Leucaena leucocephala). The research was conducted in the green house of the Faculty of Agriculture, University of Sumatera Utara. This research used a factorial completely randomized design with 2 factors that kind of fertilizer (AMF, EM4 and ACF-SR) and plant (sengon, acacia, and lamtoro). The parameters measured were plant height, stem diameter, total dry weight andshort root ratio.
The results showed that the interaction between kind of fertilizer and spesies of plants not significantly affect to the increase of height, diameter, total dry weight and shoot root ratio. The use kind of fertilizer significantly affect to the increase of plant height, diameter, total dry weigh and shoo root ratio. Different spesies of plants showed a different growth. Combination of ACF-SR and lamtoro giving highest growth respont.

Keywords:AMF, EM4, ACF-SR , Sengon, Acacia, Lamtoro, imperata Land


PENDAHULUAN
Penggunaan pupuk organik pada media pembibitan telah banyak digunakan saat ini. Zat organik yang terkandung pada pupuk organik tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan suatu tanaman serta dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, karena adanya aktivitas mikroba tanah. Dalam hal ini ada beberapa simbiosis antara mikroba tanah sebagai produsen zat-zat aditif, antara lain yaitu asosiasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dengan tanaman. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) dapat menyuplai substansi bagi tanaman dan ada kaitannya dengan kemampuan FMA untuk bersaing dengan biota tanah terhadap glukosa yang ada dan merombaknya menjadi gula (Hanafiah dkk, 2005 ).
Peningkatan pertumbuhan tanaman dapat dilakukan dengan pemberian aktivator pada media tanamnya. Aktivator yang dapat digunakan adalah Mikroorganisme Efektif (EM 4). Penggunaan bioaktivator dengan jenis produk ini mengandung berbagai jenis mikroorganisme yang berguna untuk mendekomposisi bahan organik. Penggunaan bioaktivator ini dikembangkan pada media tumbuh tanaman atau disemprotkan pada tanaman tersebut yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.
Selain dua aktivator tersebut terdapat aktivator lainnya yang berperan sebagai probiotik untuk tanaman. Probiotik merupakan mikroorganisme hidup yang dapat memberikan efek baik pada organisme lain/inangnya. Probiotik tidak dapat di lepaskan dari dunia pertanian, peternakan dan perikanan. Probiotik yang digunakan adalah AquaCleanFormula-SoilRemediation (ACF-SR). Probiotik ini berperan dalam nitrifikasi dan denitrifikasi untuk mengikat nitrogen yang baik digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pemberian FMA, EM 4 dan ACF-SR terhadap pertumbuhan bibit sengon (Paraserianthes falcataria), akasia (Acacia mangium) dan lamtoro (Leucaena leucocephala).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan mulai dari Januari 2014 - Mei 2014.Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sengon, akasia dan lamtoro umur 1 bulan, Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) yang diperoleh dariLaboratorium Bioteknologi Hutan Pusat Penelitian Bioteknologi (PPB) IPB Bogor, Effective Microorganism (EM4) yang diperoleh dari toko pupuk Medan, AquaClean Formula - SoilRemediation (ACF-SR) yang diperoleh dari Biotech Company PlanetBiru Indonesia Medan, polibag, kertas label, air dan tanah alang-alang.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial dengan 2 faktor yaitu:
1. Faktor I : Jenis Aktivator yang berbeda (A) yang diberikan yang terdiri dari 3 jenis, yaitu:
A0 = kontrol
A1 = Pemberian FMA (pupuk padat)
A2 = Pemberian EM4 (pupuk cair)
A3 = Pemberian ACF-SR (pupuk cair)
2. Faktor II: Jenis bibit yang ditanam (T) yang terdiri dari 3 jenis bibit, yaitu:
T1 = Jenis Sengon
T2 = Jenis Akasia
T3 = Jenis Lamtoro
Jumlah kombinasi perlakuan adalah : 4 x 3 = 12 perlakuan
Jumlah ulangan : 5 ulangan
Jumlah tanaman seluruhya : 60 tanaman
Hasil sidik ragam yang menunjukkan perlakuan berpengaruh nyata selanjutnya diuji dengan Uji DMRT (Duncan Multi Range Test) (Gomez dan Gomez, 1995).
1. Analisis Contoh Tanah
2.Pengambilan Contoh Tanah dan Persiapan Media Tumbuh
3. Pemberian Perlakuan
Perlakuan diberikan dengan carasebagai berikut :
a. A0 (kontrol) kondisi awal tanah tanpa diberi perlakuan apapun.
b. Perlakuan A1 yakni mikoriza sebanyak 30g di inokulasi ± 5 cm di bawah permukaan tanah dan diusahakan dekat dengan perakaran tanaman.
c. Perlakuan A2 yakni EM 4 sebanyak 10 ml, ditambahkan 5 gr gula pasir, dan 1 liter air kemudian diinkubasi selama 6 hari. Kemudian aktivator disiram ke media tanam sebanyak 10ml/polybag seminggu sebelum penanaman
d. Perlakuan A3 yakni ACF-SR, akar bibit tanaman terlebih dahulu dicelupkan ke dalam media ACF-SR, kemudian ACF-SR di semprot ke tanah dan daun 10ml/polybag dilakukan saat penanaman.
4. Penanaman
5. Pemeliharaan Tanaman
6. Variabel Yang Diamati
 Tinggi tanaman (cm)
 Diameter bibit (mm)
 Bobot Kering Tanaman (BKT)
 Rasio Tajuk Akar (RTA)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
A. Sifat Kimia Tanah
Hasil analisis sifat kimia tanah menunjukkan bahwa jenis tanah Alang-alang yang digunakan sebagai media tanam bibit sengon, lamtoro dan akasia termasuk ke dalam kriteria tanah kurang subur. Hasil analisis sifat kimia tanah Alang-alang disajikan pada Tabel 1
Tabel 1. Analisis sifat kimia tanah Alang-alang Simalingkar B
Parameter Satuan Kisaran Nilai Keterangan
pH(H2O) - 6.35 Sedikit Masam
C-Organik % 1.40 Rendah
P-Bray II 5.40 Sangat Rendah

B. Pertambahan Tinggi Tanaman
Hasil ujisidik ragam untuk pertambahan tinggi tanaman sengon, lamtoro dan akasia memperlihatkan bahwa pemberian faktor tunggal jenis pupuk dan jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit sengon, lamtoro dan akasia.Interaksi jenis pupuk dan jenis tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi bibit sengon, lamtoro dan akasia. Hasil uji lanjut pengaruh faktor tunggal jenis pupuk dan jenis tanaman disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan pertambahan tinggi bibit (cm) pada 12 mst
Jenis Pupuk Jenis Tanaman Rata-rata
Sengon lamtoro Akasia
Kontrol 9.13 22.96 9.43 13.84a
FMA 16.53 22.63 13.83 17.67ab
EM4 10.26 24.23 7.07 13.85a
ACF-SR 15.23 38.10 13.80 22.37b
Rata-rata 12.79a 26.98b 11.03a 16.93
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Jenis pupuk ACF-SR memberikan pertambahan tinggi tertinggi yaitu sebesar 22.37 cm dan terendah tanpa pemberian pupuk yaitu sebesar 13.84 cm.
Rataan pertambahan tinggi pada berbagai jenis pupuk mengalami kenaikan setiap minggunya, dimana tanaman dengan pemberian jenis pupuk ACF-SR memberikan pertambahan yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian jenis pupuk FMA, EM4 dan tanpa pemberian pupuk.
C. Pertambahan Diameter Tanaman
Hasil uji sidik ragam untuk pertambahan diameter tanaman sengon, lamtoro dan akasia memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis pupuk dan jenis tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap rataan pertambahan diameter bibit sengon, akasia dan lamtoro. Faktor tunggal jenis pupuk dan jenis tanaman memberikan pengaruh nyata terhadap rataan pertambahan diameter bibit sengon, akasia dan lamtoro (Tabel 3).
Tabel 3. Rataan pertambahan diameter bibit (mm) pada 12 mst
Jenis Pupuk Jenis Tanaman Rata-rata
Sengon Lamtoro Akasia
Kontrol 1.33 1.73 1.30 1.45a
FMA 1.85 2.10 1.55 1.83ab
EM4 1.30 1.91 1.18 1.46a
ACF-SR 1.96 2.83 1.66 2.15b
Rata-rata 1.61a 2.14b 1.42a 1.72
Keterangan :Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Rataan pertambahan diameter tanaman dengan pemberian jenis tanaman lamtoro berbeda nyata dengan rataan pertambahan diameter tanaman dengan pemberian jenis tanaman sengon dan akasia, tetapi rataan pertambahan diameter tanaman dengan pemberian jenis tanaman sengon tidak berbeda nyata dengan rataan pertambahan diameter jenis tanaman akasia.
Dari hasil uji lanjutan faktor tunggal diperoleh rataan pertambahan diameter dengan jenis pupuk ACF-SR berbeda nyata dengan rataan pertambahan diameter EM4 dan tanpa pemberian pupuk, tetapi tidak berbeda nyata dengan pemberian jenis pupuk fungi mikoriza arbuskula.

D. Bobot kering tanaman
Hasil uji sidik ragam untuk bobot kering tanaman tanaman sengon, lamtoro dan akasia memperlihatkan bahwa interaksi antara jenis pupuk dan jenis tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap berat kering total bibit sengon, lamtoro dan akasia suren tetapi, jenis pupuk dan jenis tanaman memberikan pengaruh yang nyata terhadap bobot kering tanaman bibit sengon, lamtoro dan akasia suren. Hasil uji lanjutan pengaruh faktor tunggal jenis pupuk dan jenis tanaman disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan bobot kering tanaman tanaman (gram) pada 12 mst
Jenis Pupuk Jenis Tanaman Rata-rata
Sengon Lamtoro Akasia
Kontrol 4.03 2.63 5.16 3.94a
FMA 5.98 4.35 5.15 5.16b
EM4 5.09 3.11 3.83 4.01a
ACF-SR 6.60 5.52 5.78 5.96b
Rata-rata 5.42b 3.90a 4.98b 4.77
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Rataan bobot kering tanaman tanaman sengon (T1) berbeda nyata dengan rataan bobot kering tanaman tanaman lamtoro (T2) tetapi, rataan bobot kering tanaman tanaman sengon (T1) tidak berbeda nyata dengan rataan bobot kering tanaman tanaman akasia (T3).
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jenis pupuk ACF-SRmemberikan rataan bobot kering tanaman tertinggi yaitu sebesar 5.96 gram.Rataan bobot kering tanaman terendah terdapat pada kontrol yaitu sebesar 3.94 gram. Rataan bobot kering tanaman tanaman dengan pemberian jenis pupuk ACF-SR (A3) berbeda nyata dengan rataan bobot kering tanaman tanaman dengan pemberian jenis pupuk EM4 (A2), dan kontrol (A0) tetapi, rataan bobot kering tanaman tanaman dengan pemberian pupuk ACF-SR tidak berbada nyata dengan rataan bobot kering tanaman tanaman dengan pemberian jenis pupuk mikoriza (A1).
E. Rasio Tajuk Akar
Hasil uji sidik ragam untuk rasio tajuk akar menunjukkan bahwa interaksi jenis pupuk dan jenis tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman sengon,lamtoro dan akasia. Jenis tanaman dan jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap rasio tajuk akar tanaman sengon, lamtoro dan akasia.Hasil uji lanjutan pengaruh jenis tanaman terhadap tasio tajuk akar disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan rasio tajuk akar tanaman (gram) pada 12 mst
Jenis Pupuk Jenis Tanaman Rata-rata
Sengon Lamtoro Akasia
Kontrol 1.84 2.83 1.40 2.02a
FMA 2.18 3.36 2.12 2.55ab
EM4 2.53 2.41 1.48 2.14a
ACF-SR 2.84 3.50 2.81 3.05b
Rata-rata 2.35a 3.02b 1.95a 2.44
Keterangan : Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji jarak Duncan (DMRT) pada taraf 5 %.
Rataan rasio tajuk akar tanaman lamtoro (T2) berbeda nyata dengan rataan rasio tajuk akar tanaman sengon (T1) dan tanaman akasia (T3).Rataan rasio tajuk akar tanaman sengon (T1) tidak berbeda nyata dengan rasio tajuk akar tanaman akasia (T3).Rataan rasio tajuk akar dengan jenis tanaman yang berbeda disajikan pada Gambar 7.
Rataan rasio tajuk akar tanaman dengan pemberian jenis pupuk ACF-SR tidak berbeda nyata dengan rataan rasio tajuk akar tanaman dengan pemberian jenis pupuk FMA, tetapi berbeda nyata dengan rataan rasio tajuk akar jenis pupuk EM4 dan kontrol.
Pembahasan
A. Sifat kimia tanah
Berdasarkan hasil analis sifat kimia tanah Alang-alang menunjukkan pH tanah 6.35 (sedikit masam), C-organik 1.40 % (rendah), P-tersedia 7.50 ppm (rendah), KTK 5.40 m.e/100g.Rendahnya C-organik dan P-tersedia dalam tanah tersebut menyebabkan rendahnya ketersediaan unsur hara bagi tanaman.Bahan organik merupakan salah satu sumber unsur hara dalam tanah.Rendahnya C-organik mencerminkan rendahnya bahan organik yang terdapat pada tanah.Rendahnya KTK dalam tanah mencerminkan kandungan kation dalam tanah tersebut rendah sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.Hasil analisis pada Tabel 1 menunjukkan bahwa tanah alang-alang yang digunakan sebagai media tanam tergolong status hara tanahnya rendah dan termasuk kedalam tanah yang kurang subur.


B. Pengaruh Jenis Pupuk terhadap Pertumbuhan Tanaman
Hasil uji sidik ragam menunjukkan inokulasi mikoriza berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi, pertambahan diameter, bobot kering tanaman dan rasio tajuk akar.Rataan perbedaan pertumbuhan tanaman untuk setiap perlakuan yang diberikan dipengaruhi oleh kemampuan dari setiap jenis pupuk dalam membantu penyediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman. Pemberian inokulan jenis pupuk ACF-SRmenunjukkan Rataan pertambahan tinggi dan diameter tanaman terbesar jika dibandingkan dengan inokulan EM4 dan mikoriza dan tanpa pemberian pupuk (kontrol). Hal ini disebabkan ACF-SR mengandung bakteri fotosintetik yang mampu menurunkan zat beracun dalam tanah yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. hal ini sesuai dengan pernyataan microbelife (2013) yang menyatakan ada empat jenis mikroorganisme dalam kehidupan mikroba seri Hidroponik, termasuk bakteri fotosintetik yang memasok energi dari cahaya, nitrogen dan karbon, menurunkan bahan kimia beracun, dan pasokan karbon organik untuk pertumbuhan tanaman.
Pertumbuhan tanaman dapat meningkat dengan pemberian pupuk ACF-SR karena mengandung mikroba yang mampu menambat N dari udara, dimana pertumbuhan tanaman dapat terhambat karena kurangnya unsur hara makro dalam tanah atau dalam bentuk tidak tersedia bagi tanaman, hal ini sesuai dengan pernyataan Sharma (2002) yang menyatakan untuk meningkatkan kualitas unsur hara makro terutama N dapat dilakukan dengan meningkatkan peran mikroba penambat N simbiotik dan non simbiotik.
Hasil uji sidik ragam pertumbuhan tanaman dengan tanpa pemberian pupuk (kontrol) menunjukkan pertumbuhan tanaman terendah, hal ini membuktikan bahwa semakin sedikit mikroorganisme dalam tanah maka tanah tersebut semakin tidak subur selain itu hasil sifat kimia tanah menunjukkan tanah alang-alang termasuk dalam kriteria tanah kurang subur, sehingga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.Pemberian jenis pupuk EM4 memberikan pengaruh pertumbuhan yang lebih rendah dibanding pemberian pupuk mikoriza hal ini mungkin disebabkan mutu inokulan EM4 tidak bagus sehingga fungsi dan efektifitas dari mikroba EM4 tidak maksimal.hal ini sesuai dengan pernyataan Zdor & pueppke (1990) yang menyatakan berbagai jenis mikroba mempunyai fungsi dan keefektifan yang berbeda, untuk meningkatkan efektifitas fungsi mikroba sebagai komponen teknologi pertanian disediakan dari strain murni terpilih, yang difungsikan sebagai inokulan dimana metode aplikasi dan mutu inokulan merupakan faktor yang sangat menentukan.
C. Pengaruh Jenis Tanaman TerhadapPertumbuhan Tanaman
Hasil uji sidik ragam menunjukkan bahwa jenis tanaman berpengaruh nyata terhadap rataan pertambahan tinggi, diameter, bobot kering tanaman dan rasio tajuk akar.Hasil pengamatan pada tanaman lamtoro diperoleh respon yang paling baik dibandingkan dua jenis tanaman lainnya yaitu tanaman sengon dan akasia.Tanaman lamtoro mendapatkan hasil tertinggi untuk rataan pertambahan diameter, tinggi dan rasio tajuk akar, sedangkan untuk bobot kering tanaman tertinggi terdapat pada tanaman sengon.
Tanaman lamtoro memberikan rataan bobot kering tanaman terendah dibandingkan tanaman sengon dan akasia, hal ini terlihat dari besar batang lamtoro lebih kecil dibanding tanaman sengon dan akasia. Meskipun tanaman lamtoro memiliki rataan pertambahan tinggi, diameter dan rasio tajuk akar paling tinggi, tetapi pada bobot kering tanaman lebih rendah, hal ini disebabkan kandungan air dalam batang lamtoro banyak, dimana semakin banyak kandungan air dalam batang tanaman maka bobot kering tanaman tanaman tersebut semakin rendah. Ini sesuai dengan pernyataan suhartono dkk (2005) yang menyatakan bobot kering sebagai hasil representasi dari berat basah tanaman, merupakan kondisi tanaman yang menyatakan besarnya akumulasi bahan organik yang terkandung dalam tanaman tanpa kadar air. Tanaman lamtoro memiliki diameter batang lebih kecil dibandingkan tanaman lain dimana semakin besar diameter batang maka bobot kering tanaman tanaman tersebut semakin besar.
Rataan pertumbuhan tinggi, diameter, bobot kering tanaman dan rasio tajuk akar tanaman sengon dan akasia dengan pemberian jenis pupuk mikoriza dengan dosis 30 gram pada tanah alang-alang lebih rendah dibandingkan dengan rataan pertumbuhan sengon dan akasia dengan pemberian jenis pupuk mikoriza dengan dosis 30 gram pada tanah ultisol. Hasil penelitian Parhusip (2009) diperoleh hasil rataan pertumbuhan tanaman Sengon pada 14 mst dengan pemberian mikoriza 30 gram untuk rataan tinggi sebesar 79.97 cm, diameter 7.4 mm, berat kering total 86 gram, rasio tajuk akar 2.6 gram. Rataan pertumbuhan tanaman Akasia pada 14 mst dengan pemberian mikoriza 30 gram untuk rataan tinggi sebesar 51.17 cm, diameter 4.18 mm, berat kering total 8.07 gram, rasio tajuk akar 6.22 gram. Hal ini disebabkan oleh media tanam dari tanaman berbeda dimana tanah Alang-alang memiliki kriteria tanah yang kurang subur, tanah ini juga memiliki zat racun (allelopaty) yang dikeluarkan dari akar Alang-alang yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Friday dkk (2000) yang menyatakan beberapan jenis tanaman akan terganggu pertumbuhannya karena akar dan rimpang Alang-alang mengeluarkan senyawa racun (allelopaty).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Interaksi antara jenis pupuk dan jenis tanaman tidak berpengaruh terhadap rataan pertambahan tinggi, rataan pertambahan diameter, bobot kering tanaman dan rasio tajuk akar tanaman.
2. Penggunaan jenis pupuk ACF-SR merupakan pemberian pupuk terbaik terhadap rataan pertambahan tinggi, diameter, bobot kering tanaman dan rasio tajuk akar.
3. Jenis tanaman yang berbeda-beda menghasilkan respon pertumbuhan tanaman yang berbeda dengan pertumbuhan yang paling baik yaitu pada tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala)

DAFTAR PUSTAKA

Friday, K. S., M. E. Drilling dan D. P. Garrity. 2000. Rehabilitasi Padang Alang-alang Menggunakan Agroforestry dan Pemeliharaan Permudaan Alam. International Centre For Research In Agroforestry. Southeast Asian Regional Research Programme dan Universitas Brawijaya, Fakultas Pertanian. Malang. Bogor. Indonesia.
Hanafiah, K, A. I. Anas, A. Napoleon, dan N. Ghoffar. 2005. Biologi Tanah: Ekologi & Makrobiologi Tanah. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Marsono dan P. Sigit., 2001. Pupuk Akar.Penebar Swadaya. Jakarta
Microbelife. 2013.KeragamanMicroorganisme. [url]http://www.microbelife.com.[/url] Diakses pada 5 November 2013.
Parhusip, S.R. 2009. Uji Efetitivitas Mikoriza Arbuskula Terhadap Pertumbuhan Bibit Sengon, Akasia, dan Suren Pada Tanah Marginal.
Sharma, A. K.2002. Organic farming. Central Arid Zone Research institute Jodhpur. Agrobios. India
Suhartono, R.A. Sidqi Zaed ZM dan ach.Khoiruddin.Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Keledai Pada Berbagai Jenis Tanah. Universitas Trunojoyo. Madura
Whitelaw, M.A. 2000. Growth promotion of plants inoculated with phosphat solubilizing fungi. Adv Agron 69:99-151.
Zdor, R.E. and S.G. Puepke. 1990. Competition for nodulation of soybean 123 in soil maintaining indigenous rhizobia. Soil Biol. and Biochem. 22:607-613.




trimakasih gan.. semoga bermanfaat. emoticon-2 Jempol
0
2.4K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan