febirwAvatar border
TS
febirw
Peraduan Terakhir
Sebelum nya gue udah pernah nulis cerita ini di salah satu akun SocMed gue, tapi sekarang gue akan nulis ulang dan berbagi cerita itu sini emoticon-Matabelo

Cerita ini hanya fiksi belakan gan hehe gue nulis sesuai dengan imajinasi gue emoticon-Angel
Spoiler for Maaf kalo cerita nya gak terlalu bagus hehe..:


"Aku tidak ingin mati disini." Ucap Agnes sambil memandang wajah Anjar.

"Aku pun tidak nes, aku ingin mati diatas tempat tidur ku yang empuk." Balas Anjar dengan di iringi tawa kecil.

"Apa kita masih punya harapan?"

"Tentu nes, tentu." Darah segar mengalir di dahi Anjar, darah itu menetes tepat di pipi Agnes lalu dengan senyuman penuh pilu Agnes menghapus darah di pipi nya.

"Semua akan baik-baik saja." Anjar tersenyum dengan menahan perih karna luka nya.

****


Udara segar begitu terasa, suara kicauan burung dan binatang liar lain nya terdengar begitu nyaring menambah kesan asri disini dan sejauh mata memadang berwarna hijau selalu terlihat.

"Aku cape." Nafas Agnes terengah-engah karna perjalanan yang cukup jauh.

"Sebentar lagi sampai nes, ayolah kamu bisa." Anjar berusaha memberi semangat kepada kekasih nya itu.

"Tapi aku cape, bisa kita istirahat sebentar?"

"Baik lah, tapi jangan lama-lama hari sudah mau sore."

Agnes menganggukan kepala dan langsung duduk menyandarkan kepala di salah satu pohon dihutan ini.
Agnes tak habis pikir kenapa Anjar mengajak nya pergi mendaki gunung seperti ini, Agnes tidak terbiasa dengan hal semacam ini awal nya Agnes sudah menolak ajakan Anjar namun Anjar bersikukuh untuk mengajak Agnes ketempat ini.

Disana terlihat Anjar sedang menatap perempuan yang amat ia cintai, keringat mengucur deras diatas pelupuk mata nya, Anjar tersenyum melihat wajah Agnes karena ia mengajak Agnes ketempat ini bukan tanpa alasan melainkan ia sudah mempersiapkan kejutan untuk nya, Anjar berencana untuk melamar kekasih nya itu diatas puncak gunung ini, teman-teman nya sudah mempersiapkan segala nya diatas sana dan sudah menunggu ia dan Agnes.

"Ayo, sudah cukup istirahat nya." Anjar beranjak dari duduk nya dan berjalan perlahan.

"Anjarrrrr... kamu ini jahat sekali, kita istirahat hanya 5 menit saja." Dengus Agnes kesal.

Anjar pura-pura tak peduli dengan ucapan Agnes, ia terus berjalan sambil tertawa kecil. Agnes bangkit dan terlihat wajah nya amat begitu kesal dengan sikap Anjar yang begitu acuh pada nya.

"Awas kamu ya!" Agnes berjalan mengikuti Anjar, dengan langkah hati-hati Agnes menapakan kaki nya diatas dedauan dan ranting pohon yang kering, sampai terdengar suara KRAAAAKKKK... Agnes menginjak tanah yang salah dan ia tergelincir jatuh kedalam jurang.

"Anjarrrrrrr...."

"Agnesssss..." Pekik Anjar sambil berlari menghampiri Agnes yang tergelantung diatas jurang dengan memegang akar pohon.

"Anjar... tolong aku." Agnes mulai panik dan menangis, ia sekuat tenaga menggenggam akar pohon, ia menoleh kebelakang dan berteriak histeris saat melihat jurang yang sekarang tepat ada di belakang nya.

"Nes, pegang tangan aku, cepat!"

Agnes berusaha menggapai tangan Anjar namun begitu sulit, dengan bersusah payah ia terus menggapai tangan Anjar dan akhirnya ia berhasil meraihnya.
Sekuat tenaga Anjar menarik tubuh Agnes, ia lupa akan tali yang ada di dalam tas nya, ia lupa akan peralatan mendaki gunung nya, ia hanya memikirkan harus kuat menarik tubuh Agnes, ia menyesal kenapa tak berjalan ber iringan dengan Agnes, ia harus nya sadar Agnes tidak tahu jalan mana yang harus ia lalui, tidak seperti dirinya yang dengan mudah menaiki gunung ini karena ia adalah seorang pencinta alam.

"Agnes, bertahan lah." Anjar berusaha menarik tubuh Agnes dari atas jurang itu, namun tenaga nya tak mampu lagi menahan beban seberat itu hingga tubuh Anjar terperosok jatuh bersama Agnes, tubuh Anjar dan Agnes terguling diatas dedaunan dan ranting kering ditebing jurang ini, hingga kedua nya menghantam pepohonan yang ada didasar jurang ini, tubuh kedua nya lemah tak berdaya di dasar jurang ini, tak ada seorang pun yang tak tahu bahkan tak akan ada yang tahu.


****

Sinar matahari memancarkan cahaya nya, menerobos masuk kedalam pepohonan dihutan ini, suara binatang liar terdengar begitu ramai, samar-samar terdengar suara rintihan membuat Anjar perlahan membuka matanya, ia melihat diujung sana Agnes sedang berusaha merangkak kearah nya dengan susah payah, Anjar berusaha bangkit namun kepala dan tubuh nya terasa nyeri. Terlihar ada luka menganga di lengan dan perut nya seperti tertusuk sesuatu, darah segar mengalir diatas nya.

"Nes, kamu engga apa-apa?" Tanya Anjar sambil berusaha bangkit berjalan menghampiri Agnes walaupun dengan tertatih.

"Aku tidak bisa berjalan, seperti nya kaki ku patah." Ucap Agnes dengan nada pilu.
Anjar melihat wajah dan tubuh Agnes penuh dengan luka, membuat ia ngeri dan tak tega melihat nya.

"Dahi nya robek." Agnes panik lalu mensobek baju dan menahan aliran darah yang keluar.
Anjar terlihat kesakitan saat Agnes menyentuh dahi nya.

"Aku tidak ingin mati disini." Ucap Agnes sambil memandang wajah Anjar.

"Aku pun tidak nes, aku ingin mati diatas tempat tidur ku yang empuk." Balas Anjar dengan di iringi tawa kecil.

"Apa kita masih punya harapan?"

"Tentu nes, tentu." Darah segar mengalir di dahi Anjar, darah itu menetes tepat di pipi Agnes lalu dengan senyuman penuh pilu Agnes menghapus darah di pipi nya.

"Semua akan baik-baik saja." Anjar tersenyum dengan menahan perih karna luka nya.

1 jam berlalu, mereka berdua masih dengan posisi yang sama, saling memeluk, menahan sakit dan perih, berharap akan keajaiban yang datang, hanya doa yang bisa mereka lakukan kini karena tubuh mereka tak mampu lagi menompang sakit yang dirasa.

"Aku sudah tak kuat." Ucap Agnes, terlihat wajah nya begitu pucat.

"Maafkan aku, kalau saja aku tak mengajak mu ketempat ini mungkin saja ini takan terjadi." Anjar sangat menyesali atas kejadian yang menimpa nya dan kekasih nya Agnes, andai saja ia tak pernah punya ide semacam ini mungkin ini takan terjadi, pikir Anjar.

"Ini salah ku." Anjar meneteskan airmata.

"Sudah sudah, ini adalah takdir kita. Jangan menyalahkan diri sendiri."

"Agnes sebenarnya ada hal yang ingin aku sampaikan, mungkin aku tak pernah berfikir akan mengatakan nya disini dan dalam kondisi seperti ini, ini benar-benar di luar rencana ku." Anjar merogoh saku jaket nya dan mengeluarkan sesuatu.

"Mau kah kamu menikah dengan ku?" Ucap anjar sambil membuka tempat cincin itu dan memegang tangan Agnes.

"Anjarrrr.. Akuu.." Agnes tidak percaya dengan apa yang Anjar katakan, ia sangat bahagia, seakan ia melupakan rasa sakit yang sedang ia rasakan.

"Aku mau."

Anjar begitu bahagia mendengar jawaban Agnes, ia langsung memakaikan cincin itu dijari manis Agnes, dengan penuh haru Anjar mencium perempuan yang ia cintai itu walaupun ini bukan sesuatu yang ia rencankan namun ia merasa ini adalag waktu yang tepat.

"Nah sekarang kamu bertahan, kamu harus janji kamu pasti bisa, setelah pulang dari sini kita akan langsung menikah, berjanji lah padaku kamu akan bertahan." Anjar menatap wajah Agnes sambil meneteskan airmata nya, Agnes mengangguk dan memeluk Anjar.

"Teman-teman ku pasti akan mencari kita, kita harus bertahan." Lanjut Anjar.

****

"Sudah 2 jam kita disini jar, aku sudah tak kuat."

"Kamu pasti bisa, kita tidak akan mati disini." Anjat berusaha memberikan semangat kepada Agnes walaupun sebenarnya ia juga merasa tak kuat lagi, karena semakin lama banyak darah nya keluar dari tubuh nya.

"Jar, apapun yang terjadi aku tidak pernah menyesal pergi ketempat ini. Aku sangat mencintaimu, sangat mencintai, sangat mencintaimu jar."

"Aku juga sangat mencintaimu nes."

"Aku sangat ingin melihat anak-anak kita mempunyai bayi, aku ingin duduk berdua dengan mu di depan teras rumah sambil meminum teh dan memandangi cucu-cucu kita bermain. Apa aku punya kesempatan itu?"

"Kita pasti akan melihat cucu-cucu kita sayang, aku janji. Ku mohon bertahan." Anjar terlihat mulai resah dengan kondisi Agnes yang melemah.

"Aku mencintaimu jar, aku ingin sekali bertahan tapi aku tak sanggup. Maafkan aku."

Tubuh Agnes melemah, tangan nya terjatuh dari atas dahi Anjar yang sedang menahan luka Anjar, mata nya mulai terpejam, nafas nya mulai hilang.

"Agnes.. ku mohon bertahan, bangun lah nes." Tangisan Anjar memecah keheningan didalam hutan ini.
Perlahan ia membaringkan tubuh Agnes di atas dedaunan, Anjar lalu berbaring tepat di sebelah tubuh Agnes, ia menangis dan menatap wajah Agnes, ia mencium kening Agnes untuk terakhir kali nya, ia merintih kesakitan dengan luka nya, perlahan ia memejamkan kedua matanya, menahan sakit yang amat luar biasa.
Samar-samar terdengar suara seseorang memanggil nama nya dan ia tersenyum sambil menggenggam erat tangan Agnes.

*****


Keesokan hari nya ada berita tentang "Sepasang Kekasih Tewas Saat Mendaki Gunung"
Diubah oleh febirw 11-07-2014 20:05
0
800
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan