eCiputraAvatar border
TS
eCiputra
Dari Bisnis Rendang, Erika Bisa Beli Mobil, Rumah, Hingga Sawah


Siapa yang tak kenal makanan khas Sumatera Barat, rendang. Makanan ini diklaim salah satu dari 50 makanan terenak di dunia versi CNN. Erika, seorang warga Payakumbuh, Sumatera Barat salah satu yang beruntung karena rendang. Ibu 5 orang anak ini bisa membeli mobil, rumah hingga sawah dari bisnis rendang.

Ia menjalankan usaha berjualan rendang dengan produk atas namanya "Erika". Awalnya di awal tahun 2000, Erika mulai membuat rendang mengikuti jejak ibu mertuanya yang lebih dahulu menjalankan bisnis yang sama dengan merek "Yolanda".

"Jadi ini turun temurun dari mertua ibu, dia lebih dulu mereknya Yolanda," kata Erika, di Jakarta.

Awal usahanya dibantu oleh anak-anaknya yang hanya meneruskan sekolah hingga jenjang SMA. Rendang-rendang dijual di kawasan Payakumbuh, hingga ke Padang. Dari sekolah ke sekolah, toko ke toko, sampai kantor ke kantor.

Tak kenal lelah dia dan keluarga terus menjalankan usahanya. Meski kadang ada saja kendala yang menghadang seperti kenaikan harga bahan baku. Hingga 14 tahun sampai sekarang dia telah memiliki 12 orang karyawan yang membantunya memasak, dan 7 orang yang menjadi agen penjual.

"Dulu rumah semi permanen, dapur hanya batu-batu saja. Sekarang rumah sudah ada, mobil, sawah dan tanah," katanya seraya bersyukur.

Banyak produk yang dibuat oleh Erika, tak hanya rendang basah yang menjadi salah satu menu favorit restoran Padang, tapi juga ada rendang telur, rendang suwir, juga rendang paru.

Harganya pun bervariasi, rendang basah dijual Rp 200 ribu/kg, sama dengan rendang paru. Sedangkan rendang telur dijual Rp 40 ribu, meski di pameran-pameran, Erika sengaja menaikkan harga.

"Tidak ada resep khusus, saya buat hanya pakai bumbu rendang biasa," katanya sambil sesekali melayani pembeli.

Dalam sehari, Erika bisa memproduksi 80 kg rendang telur, 20 kg rendang daging dan 10 kg rendang paru. Rendang daging dan rendang paru bisa tahan sampai 3 bulan, dan rendang telur 1 bulan. Banyak orang yang membeli produknya untuk disimpan dan dimakan kemudian hari.

"Yang naik haji bisa bawa buat bekal. Biasanya ramai kalau musim haji," kata warga Payakumbuh ini.

Tak hanya di Indonesia, salah satu agen penjualnya menjajakan makanan khas ini ke negeri tetangga, Malaysia. "Tapi agak sepi," kata ibu 51 tahun ini.

Kisah sukses berbisnis rendang menjadi pemicu semangat warga Payakumbuh lain. Sekarang sudah banyak warga Payakumbuh yang berjualan produk serupa, yaitu memproduksi rendang menjadi suatu industri daerah Payakumbuh.

"Yang pertama mertua ibu (Yolanda). Ibu yang kedua," tuturnya.

sumber
0
1.6K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan