radhityajrAvatar border
TS
radhityajr
Mau tahu karakter asli pemimpin? Tanyakan sama mantan anak buahnya!
CAPRES NO URUT 1

Pengakuan Mantan Prajurit Kopassus tentang Prabowo
Rico Afrido Simanjuntak
Sabtu, 21 Juni 2014 − 16:38 WIB

JAKARTA - Hari ini, puluhan purnawirawan dan wakauri Komando Pasukan Khusus (Kopassus) se-Kota Depok, Jawa Barat, mendeklarasikan dukungan untuk Pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Mereka memiliki penilaian sendiri terhadap sosok Prabowo, mantan Danjen Kopassus itu. Salah satunya konsisten dalam bersikap.

"Bapak Prabowo Subianto adalah pemimpin yang konsisten, tidak seperti yang disampaikan pihak-pihak yang tidak berjiwa satria," ujar perwakilan purnawirawan dan wakauri Komando Pasukan Khusus (Kopassus) se-Kota Depok, Letkol (Purn) Ersin di Rumah Polonia, Jalan Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, Sabtu (21/6/2014).

Selain itu, sewaktu di militer, Prabowo Subianto dinilai selalu memikirkan kepentingan anak buahnya. Tak hanya itu, mereka juga menilai bahwa Prabowo selalu memikirkan alat perlengkapan yang dimiliki prajurit, dengan cara membeli walaupun dengan uang sendiri.

"Tidak seperti mantan pemimpin yang hanya berpikir untuk kepentingan pribadi," imbuhnya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, Prabowo juga selalu hadir di tengah-tengah anggota, baik dalam suka maupun duka.

"Tidak seperti mantan pemimpin yang tidak bisa memberikan contoh atau panutan kepada anggota, hanya bisa bicara tanpa bukti, jargoni atau bisa ngajar tapi enggak bisa lakoni," kata dia.

Kemudian, dirinya menambahkan, Prabowo selalu perhatian kepada keluarga prajurit dari pangkat tingkat bawah sampai tingkat atas, seperti membangun perumahan-perumahan prajurit dengan uang sendiri.





Bekas Anak Buah Prabowo Menangis Ketika Bertemu Mantan Atasannya
Kamis, 27 Maret 2014 16:01 WIB
Share Tweet

Muhammad Zulfikar/Tribun Jakarta
Prabowo memeluk Darmanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Diantara ratusan purnawirawan pejuang Tentara Nasional Indonesia yang hadir dalam deklarasi memberikan dukungan kepada Ketua Dewan Pembina Ppartai Gerindra, Prabowo Subianto sebagai Presiden 2014 ada nama Mayor (purn) Darmanto. Darmanto merupakan bekas anak buah Prabowo saat masih bertugas di Timor Timur.
Darmanto seorang diri datang ke Hotel Bidakara, Jakarta Selatan, Kamis (27/3/2014) untuk menghadiri deklarasi dukungan purnawirawan TNI-Polri kepada Prabowo. Darmanto yang bermukim di daerah Cijantung, Jakarta Timur sangat antusias mendatangi Hotel Bidakara dan melihat mantan atasannya tersebut.
Selama acara berlangsung, Darmanto mengaku hanya duduk di kursi yang telah disiapkan panitia di dalam ruang Birawa Hotel Bidakara. Ia mengaku segan untuk maju ke depan untuk menyapa Prabowo seusai acara deklarasi berlangsung.
Namun, jodoh mempertemukan ia dan Prabowo. Darmanto yang keluar dari toilet sehabis buang air tak sengaja bertemu dengan Prabowo. Sontak keduanya saling berpelukan dan Darmanto pun sempat menangis.
"Ini sersan saya yang jago perang. Rambut kamu sudah putih. Darmanto ini jago perang," kata Prabowo.
Prabowo dan Darmanto pun mengobrol sambil bernostalgia pada saat masih turun di lapangan. Saat Darmanto menangis di pelukan Prabowo, mantan Danjen Kopassus itu tak ragu untuk menerima tangis dari bekas bawahannya itu.
Kepada wartawan, Darmanto telah lama tidak bertemu dengan Prabowo. Dirinya pun sebelumnya tidak menyangka dapat bertemu kembali dengan Prabowo yang merupakan atasan yang sangat dihormatinya.
Darmanto menceritakan bagaimana kepemimpinan Prabowo saat menjadi Danjen Kopassus. Ia ingat betul dengan sikap tegas yang dimiliki oleh Prabowo saat memimpin anak buahnya.
"Dulu itu pak Prabowo sangat tegas, disiplin dan keras jika ada anak buahnya yang salah. Namun, kepemimpinan pak Prabowo dipakai oleh pemimpin hingga saat ini," tuturnya.
Darmanto pun sangat mendukung Prabowo untuk menjadi Presiden menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono. Dirinya yakin jika Prabowo menjadi Presiden semua permasalahan di Indonesia seperti korupsi akan teratasi dan tentunya Indonesia akan menjadi negara bermartabat.
Darmanto mengatakan, semenjak masih menjadi pemimpin sebagai Danjen Kopassus, Prabowo sangat memperhatikan anak buahnya. Ia menuturkan, Prabowo tentu tidak akan melakukan korupsi jika menjabat sebagai kepala pemerintahan.
"Pak Prabowo sudah kaya, tidak mungkin akan mencari kekayaan jika menjadi presiden. Dulu pak Prabowo selalu memikirkan kesejahteraan bawahannya," tandasnya.


CAPRES NO URUT 2

4 Pengakuan mantan Sekda Solo di balik pencitraan Jokowi

Reporter : Hery H Winarno

Warga Solo ternyata tidak semuanya mendukung Jokowi untuk jadi presiden. Bahkan salah satu mantan anak buah Jokowi mengkritik habis-habisan capres PDIP itu. Adalah Supradi Kertamenawi yang berani mengkritik Jokowi . Supradi adalah mantan anak buah Joko Widodo ( Jokowi ) semasa menjadi wali kota Solo. Supradi menyebut, mantan atasannya tak sesukses yang diomongkan banyak pihak sewaktu memimpin Kota Bengawan.

Supradi sendiri pernah menjabat sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Solo tahun 2009-2010. Menurutnya tidak banyak yang dilakukan Jokowi sewaktu menjadi wali kota Solo.

Bahkan pria yang saat ini menjadi pendukung Prabowo - Hatta tersebut mengatakan, banyak program-program Jokowi yang saat ini mangkrak. Supradi juga tak segan menyebut Jokowi hanya pandai melakukan pencitraan.
Sumber: Merdeka.com




Udar Kecewa Jokowi

Kamis, 22 Mei 2014
JANJI mantan Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) DKI Jakarta yang juga tersangka kasus dugaan korupsi bus TransJakarta Rp 1,2 triliun, Udar Pristono, untuk buka-bukaan benar-benar dibuktikan. Udar yang saat ini menjabat sebagai anggota Tim Gubernur Upaya Percepatan Pembangunan (TGUPP) ini untuk pertama kalinya menyatakan rasa kecewanya terhadap Gubernur Joko Wi dodo (Jokowi).

”Terus terang saya kecewa karena tidak diberikan kesempatan menjelaskan duduk perkara masalah ini secara mendetail kepada semua pihak yang membutuhkan keterangan. Bahkan pada saat saya berupaya memberikan penjelasan, saya dicopot secara mendadak,” keluh Udar dengan raut muka sedih saat jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (21/5).

Udar yang dalam kesempatan itu mengenakan baju batik merah maron kecokelatan ini mengatakan, pencopotannya sebagai Kadishub, langsung menutup kesempatan bagi dirinya untuk memberikan penjelasan karena dia bukan lagi sebagai Kepala Dishub DKI.

”Karena saya diberhentikan tiba- tiba, dicopot mendadak. Sehingga tidak ada yang bisa menjelaskan masalah ini dengan informasi benar. Yang saya kecewanya, waktu saya sedang memberikan penjelasan tersebut, saya diberitahu akan dicopot jadi Kadishub pada jam 10.00, lalu jam 2 saya dilantik sebagai anggota TGUPP,” katanya.

Udar menegaskan, seluruh mantan stafnya di jajaran Dishub DKI adalah pejabat yang berhati-hati dalam melakukan penyelenggaraan keuangan daerah. ”Kami ini pejabat yang hati-hati. Kami ini PNS yang memiliki niat pengadaan bus berjalan baik,” ujarnya.

Udar pun ingin menuntut keadilan dari Pemprov DKI. Karena selama ini, dia bersama dua staf nya yang juga telah ditetapkan sebagai tersangka memiliki kinerja dan pengorbanan cukup besar untuk Kota Jakarta. Salah satunya menertibkan pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan dan Pasar Jatinegara, Jakarta Timur.

”Saya menginginkan keadilan. Sebelum terjadinya bus berkarat ini, saya sudah bekerja matimatian untuk penertiban PKL di tiga pasar. Itu merupakan pengorbanan sangat besar yang telah kami berikan kepada Pemprov DKI. Kami sangat prihatin, dengan kasus ini kami malah diperiksa,” tuturnya.

Dia menyatakan dari 531 bus Transjakarta dan bus sedang, hanya ada 14 bus yang berkarat atau rusak beberapa komponennya. Seharusnya, masalah ini masuk ke dalam masalah perdata yang dapat diselesaikan melalui hukum perdata.

Namun justru dalam perkembangannya, masalah perdata ini di selesaikan melalui hukum pidana dengan tuduhan tindak pidana korupsi. Padahal bus yang berkarat tinggal dilakukan penggantian bus oleh vendor pemenang lelang. Bukan langsung dilemparkan ke Kejaksaan Agung (Kejagung).

”Kami kan anak-anak beliau. Kalau memang tersandung, kami bisa diperiksa Inspektorat atau BPKP. Jangan ke Kejagung. Ini kan masalah perdata. Kalau berkarat ya diganti. Jangan malah kami dilemparkan dan dibiarkan begitu saja,” ketusnya.

Anggota Tim kuasa hukum Udar Pristono yang hadir dalam jumpa pers itu, Razman Arif, mendesak Kejaksaan Agung (Kejagung) juga memeriksa Gubernur dan Wagub DKI Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Hal ini berkaitan dengan pernyataan Ahok yang mengatakan bahwa ada penyelewengan yang dilakukan teman dekat Jokowi, Michael Bimo dalam pengadaan proyek bus Transjakarta tahun 2013.

”Pak Ahok juga harus diperiksa dan Gubernur Jokowi telah melakukan pembohongan publik. Ada opini yang disebut Ahok bahwa ada Michael Bimo ini siapa, dia dibilang sebagai Markus,” sebutnya. Dijelaskannya, sewaktu Udar dipanggil ke Balai Kota setelah penetapan tersangka, Ahok tidak memberi penjelasan apapun terkait tuduhan adanya mafia kepada Udar Pristono.

Udar Pristono mengaku mengenal Bimo dari Jokowi. Namun menurutnya saat itu tidak ada tawaran apapun yang diberikan Bimo soal pelelangan bus Transjakarta. ”Dalam testimoni klien kami mengatakan, Bimo saat itu menawarkan bantuan untuk Blok G Tanah Abang karena dia bekerja di periklanan,” tuturnya.

Pengakuan Udar ini tentu berbeda dari tuduhan Ahok soal campur tangan Bimo dalam proyek pengadaan bus Transjakarta. Udar menegaskan kalau proyek bus China tersebut telah sesuai prosedur lelang dan transparan. Pernyataan Udar Pristono dan kuasa hukumnya ini, langsung direspon Gubernur DKI Jakarta yang juga Capres PDI Perjuangan, Jokowi.

Menurutnya, sebuah kebijakan memang ada di tangan gubernur. ”Namun jika soal penyimpangan kebijakan, yang bertanggungjawab ya pelaksanannya,” ketusnya. Sayangnya, Jokowi, tidak mau panjang lebar menanggapi pernyataan Udar tersebut.

Ia mengaku hanya akan fokus bekerja. ”Ndak mau ikut campur,” tandasnya. Sementara itu, Politisi Partai Gerindra, Martin Hutabarat menyesalkan sikap diam Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam milihat dugaan tindak pidana korupsi dalam pengadaan Transjakarta.Padahal, kata Martin, dalam undangundang, KPK itu berkewajiban melakukan supervisi terhadap dugaan kasus-kasus korupsi.

”Tidak ada masalah kasus tersebut diusut oleh Kejaksaan, tapi agar kasus ini cepat selesai, KPK mestinya mendampingi Kejaksaan agar tidak terlalu lama prosesnya,” kata Martin Hutabarat, di gedung DPD, Senayan Jakarta, Rabu (21/5).

Sikap diam KPK ini, lanjutnya, akan dikonfrontir oleh Komisi III DPR dalam kesempatan pertama nantinya saat rapat dengan pimpinan KPK. ”Apakah sikap diam KPK ini ada kaitannya dengan pernyataan atasan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang minta ini diselesaikan secara internal dulu,” ujar Martin Hutabarat.

Politisi Partai Gerindra itu menyatakan pihaknya tidak ingin nantinya jika pasangan capres Prabowo-Hatta menang di pilpres lalu dinilai karena capres lainnya dikriminalisasi. ”Kami tidak ingin jika nanti menang lalu dibangun opini bahwa kemenangan tersebut karena capres Jokowi terganjal kasus Trans jakarta.

Prabowo harus menang karena tawaran program-programnya ke masyarakat dan kepemimpinannya,” tegas Martin. Dalam perspektif berbangsa dan bernegara lanjutnya, Gerindra punya kepentingan juga agar Jokowi tidak terseret kasus pengadaan Transjakarta. ”Makanya KPK harus turun tangan secepat mungkin agar posisi hukum Jokowi klir,” harapnya. (wok/fas/jpnn)


Mengapa anak buah? Karena anakbuah adalah yg terdekat dg seorang pemimpin ketika beraktivitas sehari2 dlm dunia kerja, jd paling tdk mengetahui keseharian, kinerja, ketulusan, kepedulian, dan watak asli dari pemimpin tsb..
Bagaimana menurut agan??
0
3.2K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan