naughtycupid13Avatar border
TS
naughtycupid13
Penyab Perempuankah Adam Keluar dari Surga? Oleh Anton Nugraha
Perselingkuhan yang memungkinkan terjadinya poligami, atau memiliki pasangan lebih dari satu yang biasanya dilakukan oleh sang suami, memang kerap sekali terjadi apabila dalam sebuah rumah tangga mengalami kurangnya sebuah kominikasi antar pasangan tersebut, tak akan ada asap kalau tak ada api, jadi patutlah dipertanyakan apa asal muasal tejadinya api tersebut?

Di sini yang berperan penting biasanya adalah sang istri, karena biasanya sang suami melakukan perselingkuhan bila merasa bermasalah dengan sang istri. Suami berselingkuh bukanlah karena oversex, tetapi overstress. Begitu kata Dr. persuad.

Bagi pria, mengungkap stres yang sedang terjadi berarti mempertontonkan kerentanannya, dan hal itu bukan sesuatu yang membuat pria gembira. Karena cara seperti itu bukanlah bagian dari kultur kompetitif pria.

Seperti survei yang dilakukan oleh tim peneliti dari Leeds University, Inggris, menyelidiki kegemaran pria, yaitu minum bir seusai pulang kerja, mendapati bahwa hanya 9,5 persen saja dari mereka yang benar-benar menikmati minuman itu. Sebagian besar dari mereka, yaitu 85 persen, minum untuk menghilangkan stres.
Para kaum suami, berpendapat bahwa stress itu timbul dari masalah keluarga yang dimunculkan oleh para istri, masalah yang pada dasarnya bisa dikategorikan dalam urusan kecil namun akan beresiko besar. Begitulah ujar para suami.

Seperti panampilan sang istri yang cenderung tak ada perubahan dari pagi hingga malam, bahkan hingga paginya lagi dan hal itu cenderung memunculkan kejenuhan pada sang suami, dan memilih untuk mencari yang lebih menarik di luar, memang tak sepenuhnya kesalahan berada pada istri yang bermasalah dengan penampilan, toh hal itu bisa dibicarakan baik-baik apabila hubungan dalam rumah itu harmonis.

Namun ternyata tak hanya itu saja penyebab terjadinya perselingkuhan, ada hal yang lebih besar yang harus lebih diperhatikan oleh sang istri. Perhatian atau pelayanan yang dibutuhkan sang suami ternyata kerap diabaikan oleh sang istri, dalam contoh mempersiapkan sarapan pagi ketika suami hendak berangkat kerja, bahkan pakaiannya pun kerap belum disiapkan, istri yang sering keluar rumah tanpa pamit pada suami. Ingat loh! walaupun hanya beberapa langkah sang istri keluar dari rumah, tetap harus meminta izin terlebih dahulu pada suami, dan ini rupanya hal terkecil yang kerap sekali diabaikan. Segala sesuatu itu berawal dari perubahan yang kecil.

Relakah perempuan jika dijadikan factor utama dalam urusan ini? bahkan ada prinsip mengatakan bahawa penyebab perempuanlah Adam keluar dari surga. Masih ingatkan dengan peristiwa Adam ini?


Hawa yang terkena bujukan itu berkata kepada Adam “Rupanya benar ucapan iblis itu, ia telah bersumpah dengan nama Allah” Hingga akhirnya termakanlah Adam dan Hawa oleh tipu muslihat iblis yang hina itu. Benarkah Hawa penyebab Adam keluar dari surga?

Begitu juga dengan kehidupan rumah tangga sekarang ini, terutama yang menimpa kepala rumah tangga. Karena wanitalah mereka jatuh keimanan. Dan berpayung dibawah nama agama (masih kurang tigakan?)

Lalu bagaimana dengan para suami, atau yang lebih tepatnya mereka para kepala rumah tangga? Tidakkah mereka luput dari kesalahan dan tanggung jawab? Tidak etis dong kalau kita terus-menerus mencoba mempermasalahkan peristiwa selingkuh dan poligami ini dari segi kesalahan sang istri, ironis banget kalau itu terjadi. Toh bukannya suami sendiri yang justru kebanyakan melakukan perselingkuhan ini. Jadi dimanakah peranan sang suami di saat situasi genting seperti ini?

Bukankah sang suami memiliki tugas sebagai imam dalam rumah tangga. Tugas imam itu sendiri ialah bahwa dia bertanggung jawab mengatur rumah tangganya, itu berarti setiap imam harus pintar menyikapi dan menyortir masalah yang kerap muncul dalam rumah tangga, bukan mencari-cari celah untuk sebuah perubahan yang mengarah pada perceraian atau konflik-konflik yang mengarah pada perpecahan.

Imam itu ibarat sopir yang memegang kendali sebuah kendaraan ketika di perjalanan, dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap orang-orang yang ikut dalam perjanan itu(istri dan anak-anak, bahkan keluarga besar dan orang-orang di sekitarnya). Tanggung jawab yang besar karena tak hanya mencakup kehidupan duniawi saja, melainkan juga dunia akherat sana.

Tidakkah kalian para suami merasa ngeri, karena di akherat sana kalian akan di adili dalam mencakup tugas kalian sekarang ini yang terkesan lalai? Perselingkuhan sudah jelas-jelas dilarang agama, karena hal itu sudah termasuk pencurian hak, hak yang tadinya harus diberikan kepada pasangannya kini harus dibagi dengan orang lain, tentu saja tanpa sepengetahuan dan izin pasangannya.

Lalu bagaimana dengan poligami, bukankah agama mengizinkan poligami? Sebenarnya tidaklah salah jika suami melakukan poligami selama itu diberi izin oleh istri, yang salah hanyalah ketika istri tak memberi izin namun poligami tetap dijalankan.
Dalam ajaran agama islam memang dibenarkan akan adanya poligami.

Namun hal itu tak begitu saja diperbolehkan oleh agama, ada hal-hal yang dijadikan kriteria agar poligami menjadi halal, Itu tergantung pada pribadi tiap orang menjalani kehidupan itu sendiri, hanya merekalah yang bisa bersikap adil yang diperbolehkan melakukan poligami. Seperti yang terkandung dalam surat AN NISAA ayat 3 yang berbunyi “Dan jika kamu takut tidak akan bisa berlaku adil terhadap(hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kimpoiilah wanita-wanita(lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan berlaku adil maka(kimpoiilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniyaya”

Lalu bagaimana dengan perbedaan penafsiran mengenai poligami, ada yang pro dan ada yang kontra, bukankah ajaran islam itu sudah memiliki sumber dari segala sumber hukum tentang ajaran keislaman yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadist? Lalu kenapa kedua sumber itu tidak dapat mengatasi perbedaan ini?

Sebenarnya bukan karena kedua sumber itu tidak bisa mengatasi, tetapi kita yang kurang dapat memahi esensi dari ayat-ayat yang terkandung dalam kedua sumber hukum tersebut. Ingat! Al-Qur’an itu mengandung nilai sastra yang sangat tinggi, dimana butuh intelegensia yang sangat tinggi untuk dapat memahaninya.

Itulah kenapa tuhan memberikan kita hati nurani, agar kita bisa membedakan mana yang harus dilakukan dan mana yang harus dijauhi. Karena hati nurani adalah suci dan bersih keadaannya, hanya saja kerap tertutupi akan kotornya ego yang kita miliki.


Ada seorang ahli psikologi/pakar perkimpoian bernama gary yang berasal dari Amerika, dan melakukan penelitian terhadap 200 suami yang melakukan selingkuh yang kemudian dijadikan responden. Dari hasil penelitian itu terbukti bahwa > 60% yang telah melakukan selingkuh merasa bersalah.

Ini cukup membuktikan bahwa sebenarnya perselingkuhan bisa diatasi, apabila para suami lebih mengutamakan kebenaran, bukan perasaan hatinya sendiri. Sebuah kebenaran yang hakiki yang kita miliki dalam setiap hati nurani kita.
Permasalahan yang sering muncul pada bab berikutnya adalah bagaimana kita bisa membedakan antara hati nurani dengan ego?

Jawabannya adalah ikuti apa kata hatimu! Bukan mengikuti keinginanmu. Kata hatimu akan membawa pada sesuatu yang suci yang dinamakan hati nurani sedangkan keinginanmu sendiri telah tertutupi oleh ego atau nafsu. Ingat peristiwa Adam! Dia termakan bujuk rayuan iblis karena tergerak oleh nafsu, bukan karena Hawa, melainkan mereka berdua yang termakan nafsu mereka sendiri yang ditawarkan oleh iblis.

Pada hakekatnya mengenal diri sendiri itu adalah satu pekarjaan yang paling sukar. Sebab manusia itu punya mekanisme membela diri sendiri yang dibawa sejak lahir, yang senantiasa mendorong seseorang itu berbuat apa yang ia kehendaki. Apa yang tidak rasional lalu nampak seperti masuk akal. Banyak orang yang tidak sudi meneliti diri sendiri. Mereka lebih senang bicara tentang diri orang lain serta masalah-masalahnya, sedangkan keadaan diri mereka sendiri mereka sembunyikan. Padahal salah satu saat yang paling berharga dalam perkembangan hidup seseorang ialah apabila ia tidak lagi berusaha menyembunyikan diri sendiri, melainkan mengambil keputusan untuk mengenal diri sendiri sebagaimana adanya.

Tentunya kalian pernah merasakan menderita karena jaim, dan cuek merasa bebas namun sedikit memalukan, tapi merasa bahagia karena tak adalagi kekangan atau sesuatu yang menuntut kita. Yang jadi permasalahan sekarang adalah bagaimana kita bisa hidup bahagia tanpa adanya suatu kekangan, namun terasa nyaman dan selaras dengan norma-noram yang terkait dalam kehidupan kita?

Lebih baik tau bahwa kita salah dari pada kita tidak tau apakah kita salah atau tidak, karena setelah kita merasa bahwa apa yang kita kerjakan itu salah, maka insyaallah kita akan mencoba memperbaikinya.

Membina rumah tangga itu bukan sesuatu hal yang mudah, maka dari itu dibutuhkan sebuah kerja sama yang solid antara participant dalam keluarga untuk membentuk sebuah rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warohmah dan dapat mempertahankan kesakralan pernikahan. Jangan pernah menganggap masalah yang muncul dalam keluarga sebagai penghalang untuk membentuk keluarga idaman.
Jika Anda menghadapi kesulitan, yang sifatnya mungkin sukar untuk diatasi atau sampai membuat Anda putus asa, maka ada satu prinsip yang patut Anda terapkan. Prinsip yang sangat sederhana sekali: jangan menyerah! Sebab menyerah berarti membuka jalan kekalahan mutlak. You can if you think you can.

Semoga uraian di atas bisa membantu pemikiran-pemikiran Anda untuk kedepannya. Namun semua itu kembali pada diri Anda semua. Karena Anda yang menjalankan kehidupan Anda sendiri.***
0
1.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan