slick.mAvatar border
TS
slick.m
Lagi, Balasan Surat Terbuka untuk Putri Amien Rais soal Jokowi
Sumber: dianparamita.com
Tulisan "Surat Terbuka untuk Tasniem Fauzia" yang
diposting Dian Paramita di situs pribadinya,
www.dianparamita.com, 30 Juni 2014
Selasa, 1 Juli 2014 | 10:20 WIB
KOMPAS.com — Surat terbuka yang di- posting putri
petinggi Partai Amanat Nasional Amien Rais, Tasniem
Fauzia di laman Facebook-nya beberapa waktu lalu
mengundang perhatian. Ada komentar positif, ada pula
yang mempertanyakan sejumlah hal yang dimuat Tasniem
dalam surat yang ditujukannya untuk calon presiden
Joko Widodo itu. (Baca: Dukung Prabowo, Putri Amien
Rais Buat Surat Terbuka untuk Jokowi )
Dalam surat terbukanya itu, Tasniem banyak memberi
pertanyaan kepada Jokowi. Di akhir pertanyaan, ia
meminta Jokowi menjawab, tetapi tidak perlu membalas
surat tersebut. Tasniem meminta siapa saja yang
membaca suratnya dan mengenal Jokowi, agar
menyampaikan kepada Gubernur DKI Jakarta nonaktif
itu. Sejumlah hal yang dipertanyakan Tasniem kepada
Jokowi, di antaranya mengenai Jokowi yang dinilainya
tidak amanah karena tak menyelesaikan tugas sebagai
Gubernur DKI Jakarta dan kemampuan mantan Wali Kota
Solo itu memimpin ratusan juta rakyat Indonesia.
Surat Tasniem sempat mendapatkan jawaban dari
Achmad Room Fitrianto , yang mengaku sebagai anak
petani dan tengah menyelesaikan pendidikan doktoral di
Perth, Australia. (Baca: Anak Petani Jawab Surat
Terbuka Anak Amien Rais soal Jokowi ).
Kini, Tasniem kembali mendapatkan balasan atas surat
terbukanya itu. Kali ini, dari mantan adik kelasnya saat
menempuh pendidikan di SMP 5 Yogyakarta, Dian
Paramita. Dian mengunggah surat untuk Tasniem di laman
situs pribadinya, www.dianparamita.com , dengan judul
"Surat Terbuka untuk Tasniem Fauzia".
Dalam suratnya, Dian mengungkapkan kesannya terhadap
Tasniem saat masih sama-sama duduk di bangku SMP. Ia
mengaku mengagumi Tasniem yang disebutnya sederhana
meski berstatus anak pejabat negara. Akan tetapi,
kekaguman Dian terhadap Tasniem buyar setelah ia
membaca surat terbuka Tasniem untuk Jokowi.
"Kekaguman saya buyar setelah membaca surat terbuka
Mbak untuk Jokowi, 26 Juni 2014 lalu. Karena surat itu
tidak seperti surat dari Mbak Tasniem yang saya
kenal humble , sederhana, dan jujur. Jika saya berpikiran
dangkal, tentu saja saya akan berpikir Mbak menulis itu
karena Mbak adalah anak dari Amien Rais, pendukung
Prabowo. Namun saya menahan diri untuk tidak berfikir
seperti itu dulu," demikian Dian dalam salah satu bagian
suratnya.
Selengkapnya, berikut surat terbuka Dian untuk
Tasniem:
Surat Terbuka untuk Tasniem Fauzia
Yang Terhormat Mbak Tasniem Fauzia,
yang dulu sangat saya kagumi sebagai kakak kelas di
SMP 5 Yogyakarta.
Mungkin Mbak lupa siapa saya. Panggilan saya Mimit.
Saat saya kelas 1 dan Mbak Tasniem kelas 3, kita
mendapat kursi bersebelahan untuk mengikuti ulangan
umum. Saya ingat betul, Mbak selalu meminjam pensil
saya, lalu pulpen saya, lalu penghapus saya, kemudian
Mbak berbisik, "sorry ya Dek, aku kere..." Saya tertawa
senang mendengarnya. Karena saat itu Mbak Tasniem
adalah anak dari Ketua MPR, Amien Rais.
Kita sering mengobrol saat ujian. Dari situ Mbak tau
saya fans berat grup musik The Moffatts. Kita bercerita
mengenai pengalaman kita nonton konser The Moffatts.
Saya nonton yang di Jakarta, Mbak yang di Bandung.
Beberapa hari kemudian, Mbak jauh-jauh jalan dari
kelas Mbak untuk mendatangi kelas saya, lalu
memberikan foto-foto The Moffatts yang Mbak jepret di
Bandung. Saya senang sekali. Sampai sekarang foto itu
saya simpan.
Setelah Mbak sudah SMA dan saya masih SMP, saya
sempat bertemu dengan Mbak di sebuah toko buku.
Saat itu Mbak memakai celana baggy hijau dan kaos
band berwarna hitam. Mbak terlihat tomboy dan
sederhana. Dengan senyum Mbak membalas sapaan
saya. Saya yakin, di toko buku itu tak ada yang tau
bahwa Mbak Tasniem adalah anak seorang Ketua MPR.
Berulang kali saya ceritakan tentang sosok Mbak
Tasniem yang saya kenal dan kagumi. Saya ceritakan
ke ibu saya, ke teman-teman saya, ke siapapun jika
sedang membicarakan anak pejabat. Karena Mbak
berbeda dengan anak pejabat lainnya, saya bangga
pernah mengenal Mbak Tasniem.
Namun maaf Mbak, kekaguman saya buyar setelah
membaca surat terbuka Mbak untuk Jokowi, 26 Juni
2014 lalu. Karena surat itu tidak seperti surat dari Mbak
Tasniem yang saya kenal humble, sederhana, dan jujur.
Jika saya berpikiran dangkal, tentu saja saya akan
berfikir Mbak menulis itu karena Mbak adalah anak dari
Amien Rais, pendukung Prabowo. Namun saya menahan
diri untuk tidak berfikir seperti itu dulu.
Oleh karena itu, saya sungguh-sungguh ingin bertanya,
apakah benar Mbak Tasniem yang menulis surat itu?
Tanpa desakan atau pengaruh dari orang lain? Saya
juga berharap Mbak menjawab dengan hati nurani yang
paling dalam, jika benar Mbak menulis surat itu,
apakah Mbak yakin surat itu baik untuk bangsa ini?
Saya yakin sulit bagi Mbak Tasniem untuk
menjawabnya dengan hati nurani yang paling dalam
jika di sekeliling Mbak Tasniem adalah pendukung
Prabowo. Apalagi mereka adalah keluarga tercinta. Oleh
karena itu ijinkan saya membantu Mbak untuk
merenunginya dan menjawab beberapa pertanyaan
Mbak untuk Jokowi yang saya rasa tidak tepat.
Sumpah Jabatan Jokowi
Pertanyaan Mbak mengenai Jokowi yang meninggalkan
Jakarta bukan pertanyaan baru. Saya sudah sering
mendengar pertanyaan template ini dari para
pendukung Prabowo. Mengapa Jokowi melanggar
sumpah jabatannya untuk menyelesaikan Jakarta dan
justru mencalonkan diri sebagai presiden?
Sebelum menjawab terlalu jauh, ada yang harus
diluruskan terlebih dahulu agar Mbak Tasniem maupun
semua pembaca surat Mbak tidak salah mengerti apa
isi sumpah jabatan. Berikut isi sumpah jabatan yang
disebutkan Jokowi maupun Ahok di pelantikan mereka
2012 lalu.
Demi Allah saya bersumpah/saya berjanji. Akan
memenuhi kewajiban saya, sebagai Gubernur/Wakil
Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta, dengan
sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,memegang teguh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945,dan menjalankan segala undang-undang
dan peraturannya, dengan selurus-lurusnya, serta
berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa.
Semoga Tuhan menolong saya.
Agar lebih jelas, Mbak Tasniem bisa menonton video
sumpah jabatan Jokowi-Ahok disini: Pelantikan
Gubernur dan Wakil Gubernur DKI masa periode
2012-2017.
Mendengarkan ulang pelantikan itulah yang membuat
saya bertanya, apakah Mbak Tasniem betul-betul
sudah membaca atau mendengar ulang isi pelantikan
Jokowi dengan Ahok tersebut? Karena dalam pelantikan
itu saya tidak menemukan satu katapun sumpah
Jokowi harus menyelesaikan Jakarta hingga beres.
Seperti yang sudah diatur, Jokowi mengucapkan ulang
sumpah jabatan itu untuk menjadi Gubernur DKI yang
baik, adil, lurus, sesuai UUD '45, UU, dan peraturan,
untuk berbakti kepada masyarakat, nusa, dan bangsa.
Lalu dimana letak Jokowi melanggar sumpah jabatan
seperti kata Mbak Tasniem?
Kalaupun kita mengalah menggunakan logika Mbak
Tasniem untuk menuntut sumpah Jokowi agar
membereskan Jakarta, maka semua gubernur sebelum
Jokowi juga harus kita tuntut. Mereka semua juga
belum membereskan Jakarta. Mengapa hanya Jokowi
saja yang dituntut? Toh Jakarta "tidak beres" bukan
karena Jokowi. Justru seharusnya kita menuntut
mereka yang membuat Jakarta sedemikian rupa
buruknya.
Saya setuju Jakarta itu penting untuk segera diperbaiki.
Tetapi Jakarta tidak serta merta hancur lebur jika
ditinggalkan Jokowi. Jokowi memiliki wakil sehebat
Ahok. Jokowi tahu itu. Ahok pun adalah sosok yang
diunggulkan Prabowo. Maka jika Jokowi bisa
mempercayakan Ahok untuk menggantikannya
memimpin Jakarta, mengapa Prabowo sebagai
pencalon Ahok tidak bisa percaya kepadanya? Mengapa
Mbak Tasniem tidak bisa percaya kepada Ahok?
Mungkin Mbak Tasniem hanya sedikit tidak teliti
membaca sumpah jabatan Jokowi. Saya pahami. Itu
normal terjadi. Namun Mbak, dari tuntutan Mbak
tersebut, yang paling menggelisahkan adalah seakan
mengingatkan Jokowi untuk menyelesaikan Jakarta itu
jauh lebih penting daripada mengingatkan Prabowo
untuk menyelesaikan kasus penculikan 1998. Ada 23
orang diculik, 9 mengaku disiksa, 13 belum kembali,
dan 1 mati ditembak. Beberapa korban yang kembali
pernah bertemu korban yang masih hilang di markas
Kopassus Cijantung. Sehingga Prabowo tidak serta
merta terlepas dari keterkaitan kasus korban yang
masih hilang.
Mungkin Mbak Tasniem tidak tau, bahwa kasus
penculikan 1998 belum selesai. Prabowo belum
dinyatakan bersalah atau tidak bersalah oleh
pengadilan karena pengadilan untuk kasus ini tidak
kunjung dilakukan. Sejak 1998, 3 lembaga negara
antara lain Dewan Kehormatan Perwira (DKP), Tim Ad
Hoc Komnas HAM, dan Tim Gabungan Pencari Fakta,
sudah melakukan penyelidikan dan menemukan
keterlibatan Prabowo dalam kasus penculikan 1998
tersebut. Dalam penyelidikannya, tahun 2005-2006 Tim
Ad Hoc Komnas HAM memanggil Prabowo untuk
bersaksi, namun ia mangkir tak pernah memenuhi
panggilan. Tahun 2006, dibantu DPR, Komnas HAM
mengajukan pengadilan kasus ini ke Jaksa Agung.
Namun hingga detik ini, pengadilan kasus ini belum
juga disetujui. Jadi sekali lagi, belum ada pengadilan
untuk kasus ini. Maka belum ada kejelasan hukum
mengenai status Prabowo bersalah atau tidak bersalah.
Untuk lebih jelasnya, saya pernah menulis disini:
Rangkaian Penculikan dan Keterlibatan Prabowo.
Lalu apakah memintanya untuk segera menyelesaikan
kasus ini di pengadilan tidak jauh lebih penting? Ada 9
keluarga korban yang selama 16 tahun menanti
kejelasan dimana orang tercinta mereka, Mbak. 16
tahun dan belum ada keadilan. Kata seorang ibu
korban yang masih hilang, "separuh usiaku untuk
membesarkan anakku. Separuh jiwaku terus sepi
menunggu dia kembali..."
Tidak seperti Jokowi yang bisa digantikan Ahok dalam
memimpin Jakarta, penyelesaian kasus penculikan
1998 hanya bisa dimulai dari kesaksian Prabowo. Tak
ada yang bisa menyelesaikan kasus ini tanpa Prabowo
ke pengadilan dan membuka semua kebenaran.
Termasuk menyeret semua jendral yang terlibat.
Lagipula, menurut surat rekomendasi DKP pun Prabowo
direkomendasikan untuk diberhentikan dari dinas
keprajuritan karena melanggar Sapta Marga dan
sumpah prajurit. Salah satu sumpah prajurit adalah
tidak membantah perintah atasan dan salah satu isi
Sapta Marga adalah membela kejujuran, kebenaran,
maupun keadilan. Prabowo melanggar sumpah
prajuritnya dengan melakukan tindakan yang tidak
sesuai komando atasannya. Prabowo pun melanggar
Sapta Marga-nya karena tidak bersedia memberi
kesaksian saat dipanggil Komnas HAM terkait kasus
penculikan 1998. Walaupun kesaksiaan Prabowo
penting untuk memberikan keadilan kepada korban dan
keluarga korban.
Mbak Tasniem, justru inilah yang disebut melanggar
sumpah jabatan. Apa yang diucap Prabowo, tidak
sesuai dengan apa yang dilakukannya. Lalu mengapa
Mbak Tasniem lebih menggelisahkan Jakarta dan
Jokowi yang ternyata tidak melanggar ucapan
sumpahnya, daripada menggelisahkan nasib kakak-
kakak kita yang diculik, disiksa, dibunuh, dihilangkan,
dan Prabowo yang jelas melanggar ucapan
sumpahnya?
Ditakut vs Disegani
Mbak Tasniem yang cantik, ingat tidak kita pernah
mengidolai The Moffatts? Sampai rela berdesak-
desakan untuk menonton mereka dan mengambil
gambar mereka. The Moffatts adalah band asing asal
Kanada. Namun apakah kita takut kepada mereka? Kita
menyukai dan mengaggumi mereka, bukan takut pada
mereka. Itulah yang penting dalam menjalin hubungan
antar bangsa. Saling menghormati dan dihormati.
Bukan saling menakuti dan ditakuti.
Menurut Mbak Tasniem founding father kita pernah
berpesan untuk memiliki pemimpin yang ditakuti,
dibenci, dan dicaci maki asing karena pemimpin yang
seperti itulah yang akan membela kepentingan bangsa.
Tapi saya rasa ini tidak tepat untuk di jaman yang lebih
ramah seperti sekarang. Saya katakan ramah karena di
jaman sekarang ini, segala permasalah antar negara
tidak lagi diselesaikan dengan perang. Tetapi sebisa
mungkin kita selesaikan dengan menggunakan cara
damai kekeluargaan yaitu jalur diplomasi.
Maka untuk apa memiliki pemimpin yang ditakuti
bangsa lain? Kita tidak sedang berperang. Kita sedang
menjalin hubungan baik saling menguntungkan antar
bangsa. Memiliki pemimpin yang ditakuti tidak akan
memberi dampak yang positif bagi bangsa ini.
Contohnya Korea Utara. Amerika Serikat bahkan PBB
pun tak dapat ikut campur dengan apa yang sudah Kim
Jong Un perbuat dengan keji kepada rakyatnya. Karena
mereka takut. Lalu apakah ketakutan AS pada Kim Jong
Un itu berdampak baik bagi rakyat Korea Utara? Justru
tidak. Jika kita kaget dan iba menonton film jaman
dahulu yang rajanya menyiksa rakyat dan
memperlakukan rakyat dengan tidak adil, maka jangan
kaget pula jika itu masih terjadi di Korea Utara. Hingga
detik ini.
Sehingga bagi saya Mbak Tasniem, kita tidak lagi
membutuhkan pemimpin yang ditakuti, namun disegani
bangsa asing. Karena di jaman kita sekarang, kita tidak
lagi sedang berperang, namun kita sedang bekerja
sama yang saling menguntungkan. Saya mohon Mbak
Tasniem, jangan lagi memandang bangsa asing
sebagai musuh. Karena itu akan menghacurkan kita
sendiri. Pandanglah bangsa asing sebagai teman baik
untuk bekerja sama dan berkompetisi. Untuk memiliki
teman baik seperti itu, maka kita harus ramah namun
disegani, bukan ditakuti.
Saya percaya, bahwa Jokowi tidak akan sempurna
nantinya. Namun saya pun percaya, dia bukan jenis
pemimpin yang represif atau yang memaksakan
perintahnya kepada rakyat. Sehingga nantinya, jika
Mbak Tasniem merasa Jokowi tidak bisa membela
kepentingan bangsa di atas kepentingan asing, kita
bisa dengan lantang tanpa rasa takut untuk
mengkritisinya.
Jokowi dan Bangsa Asing
Sumber: dianparamita.com
Tentu saja sosok Jokowi sudah menjadi sosok yang
disegani bangsa asing. Ia berulang kali disorot media
asing dengan positif. Salah satunya, seperti yang Mbak
Tasniem sebutkan, Jokowi masuk dalam majalah
Fortune. Tidak tanggung-tanggung ia dinobatkan
sebagai salah satu dari 50 pemimpin terbaik di dunia.
Ia disandingkan dengan para pemimpin hebat lainnya
seperti Dalai Lama, Bill Clinton, Pope Francis, dan Aung
San Suu Kyi. Mengutip majalah Fortune sebelum
memperkenalkan 50 pemimpin hebat versi mereka.
In era that feels starved for leadership, we've found
men and women who will inspire you - some famous,
others little known, all of them energizing their
followers and making the world better.
Membaca kutipan itu dan mengetahui bahwa ada orang
Indonesia termasuk yang disebut di dalam kutipan itu,
maka seharusnya Mbak Tasniem bangga, bukan
khawatir. Bahwa ada calon pemimpin kita yang
disegani bangsa asing sedemikian rupa. Sehingga akan
membantu kita berhubungan baik saling
menguntungkan dengan mereka.
Jokowi Mampu
Mbak Tasniem yang manis, sebenarnya apa yang Mbak
tanyakan kepada Jokowi mengenai kemampuannya
memimpin 250 juta jiwa Indonesia seharusnya
ditanyakan juga kepada Prabowo. Apakah Prabowo
mampu? Namun baik Jokowi maupun Prabowo tidak
perlu menjawab. Hanya rekam jejak mereka yang bisa
menjawab dengan jujur, apakah mereka mampu atau
tidak memimpin bangsa ini?
Rekam jejak Jokowi mengatakan ia mampu. Ia telah
memimpin Kota Solo dengan baik. Kalo tidak baik,
mengapa rakyat Solo menyanjung dan menghormatinya
hingga sekarang? Bahkan mendukungnya untuk
menjadi presiden? Kalo tidak baik, mengapa sejak
dahulu kita sudah mendengar nama Jokowi walaupun
ia hanya seorang walikota? Saya ingat betul saya
mendengar nama besar Jokowi pada tahun 2011, di
acara Provocative Proactive yang dipandu teman baik
saya Pandji Pragiwaksono. Acara ini adalah sebuah
acara remaja yang membahas politik. Di kesempatan
itu Mas Pandji menyebut Jokowi sebagai seorang
walikota yang hebat. Beberapa bulan kemudian banyak
sekali berita baik mengenai kinerjanya. Karena itu
masyarakat memohon kepada PDIP untuk mencalonkan
Jokowi agar memimpin ibukota Indonesia, Jakarta. Ia
pun berangkat ke Jakarta dan terpilih. Tidak sampai
disitu, ia pun melakukan berbagai perubahan berarti,
seperti pembangunan MRT, penertiban Tanah Abang,
penertiban topeng monyet, dsb. Kemudian masyarakat
memohon kepada Megawati dan PDIP untuk
mencalonkan Jokowi sebagai presiden. Termasuk saya.
Termasuk keluarga saya. Termasuk teman-teman saya.
Banyak. Ia mencalonkan diri sebagai presiden bukan
karena paksaan Megawati, namun karena paksaan saya
dan jutaan rakyat lainnya.
Sementara rekam jejak Prabowo belum menunjukkan ia
mampu memimpin 250 juta jiwa Indonesia. Ia adalah
mantan seorang pemimpin prajurit militer. Mbak
Tasniem, prajurit militer itu berbeda dengan rakyat
sipil. Dimana prajurit harus menuruti semua komando
pemimpinnya, tanpa boleh protes. Berbeda dengan
rakyat sipil yang justru idealnya terus mengkritisi
pemerintah jika dirasa kebijakannya tidak baik. Bahkan
sebagai prajurit pun Prabowo pernah diberhentikan dari
ABRI 11 tahun sebelum masa pensiunnya. Disini letak
perbedaannya. Jokowi sudah teruji dan dipuji saat
memimpin rakyat sipil di 2 wilayah Indonesia,
sementara Prabowo belum teruji dan bahkan pernah
diberhentikan dari militer.
Maka dari itu Mbak Tasniem, bertanyalah pada hati
yang terdalam, apakah seseorang bisa kita percaya
akan menjadi pemimpin yang baik jika belum teruji dan
pernah diberhentikan? Menurut rekam jejak kedua
calon, siapakah yang lebih siap dan mampu memimpin
250 juta jiwa Indonesia yang mayoritas sipil itu?
Blusukan Jokowi
Saya tahu Mbak Tasniem dari keluarga muslim yang
dihormati. Saya pun yakin Mbak Tasniem adalah
seorang muslimah yang baik. Karena muslimah yang
baik adalah mereka yang selalu berprasangka baik.
Maka mari kita berprasangka baik pada blusukan
Jokowi.
Blusukan Jokowi tidak begitu saja langsung diketahui
media lalu disorot. Ada prosesnya. Darimana media tau
Jokowi blusukan jika sebelumnya Jokowi tidak
blusukan di berbagai tempat? Blusukan Jokowi
dilakukannya jauh sebelum media tahu, lalu kemudian
menjadi pembahasan masyarakat, lalu kemudian media
tertarik dan meliput.
Dana dan Kebocoran
Menanggapi pertanyaan Mbak tentang asal dana untuk
program Jokowi akan sulit. Karena itu memang hanya
bisa ditanggapi oleh Jokowi dan timnya sendiri. Namun
kemudian Mbak Tasniem menyebutkan kebocoran
kekayaan alam Indonesia yang dijelaskan Prabowo di
dalam debat capres kedua.
Mbak Tasniem yang cerdas, bukankah kebocoran yang
disebut Prabowo itu penuh perdebatan.?


Baca lanjutnya di sumur gan:
nasional.kompas.com/read/2014/07/01/1020300/Lagi.Balasan.Surat.Terbuka.untuk.Putri.Amien.Rais.soal.Jokowi

Maka Mbak Tasniem, moho
tanyakan pada diri sendiri, apakah benar Mbak Tasniem
menulis surat itu dengan hati yang paling dalam?
Surat tulus dari mantan adik kelasmu yang dulu
mengaggumimu,
Jakarta, 30 Juni 2014,
Dian Paramita
PS: Surat ini tak perlu dibalas.
0
3.9K
18
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan