yantiqueAvatar border
TS
yantique
Kenapa JKW Jeblog? Selain Artificial, Megawati Ogah Turun Selama Kampanye Pilpres?

Fahri Berkicau: Elektabilitas Jokowi Turun Karena Dia Palsu
Selasa, 01/07/2014 17:33 WIB

Jakarta - Wasekjen PKS Fahri Hamzah angkat bicara soal penurunan elektabilitas Jokowi. Capres nomor urut dua itu, menurut Fahri, elektabilitasnya jatuh karena terlalu banyak berjanji. "Dia tahu, suaranya lagi hilang banyak. Dia anggap karena kampanye hitam. Maka saban hari nyari kesalahan orang, dan semua orang sudah disalahkan," kata Fahri lewat twitter, Selasa (1/7/2014).

Padahal, menurut Fahri, elektabilitas Jokowi turun karena kinerjanya sendiri. Menurut Fahri, selama ini Jokowi menikmati pujian tanpa kritik. "Elektabilitas turun karena publik makin tahu, bahwa ternyata dia palsu. 4 tahun dia menikmati, Pujian tanpa sanggahan, tanpa kritik dan informasi tandingan," kata Fahri.

Bagi Fahri, dua tahun sudah Jokowi menikmati popularitas sebagai Gubernur DKi. "Lalu ambisi jadi Presiden. Nyaris tanpa kritik dan sandingan, dan dia yakin seolah dia akan jadi. Dan maksain nyapres," kata Fahri lagi. Fahri lantas mengungkap tim Jokowi yang sesumbar pasti menang. Ada tim Jokowi yang mengatakan tak perlu Pilpres hanya habiskan biaya karena Jokowi pasti menang. "Bahkan ada timsesnya yang bilang, potong leher saya, kalau jokowi kalah," kata Fahri.

"Kesombongan ini menciut ketika Prabowo tampil menjadi satu-satunya pembanding. Mata publik terbelalak, ketika jokowi mulai dapat pembanding. Ternyata jauh. Akhirnya, publik melihat seluruh aspek secara utuh. Mulai dari kepantasan dan pengetahuan," pungkasnya.
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...rena-dia-palsu

Kesederhanaan Jokowi Hanya Pencitraan, Prabowo Tampil Alami
Saturday, 28 June 2014 13:03

Jakarta, GATRAnews-Penampilan sederhana dengan wajah memelas yang selama ini dibangun oleh calon presiden Joko Widodo perlahan mulai memudar dihadapan publik. Ini terlihat dari beredarnya foto-foto mantan Walikota Solo saat berkampanye menggunakan jet sewaan atau menaiki mobil fortuner alih-alih naik bajaj dan pesawat ekonomi, seperti yang kerap ia lakukan.

Belum lagi sang istri, media sosial ramai membicarakan lantaran menggunakan tas merk channel seharga puluhan juta rupiah. Pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadhina, Hendri Satrio mengatakan, dengan pencitraan seperti ini tentu saja menurunkan elektabilitas Jokowi. Lihat saja hasil survei terbaru Institut Survei Indonesia (ISI) yang menyebutkan elektabilitas Prabowo Subianto mencapai 51,18 persen, sedangkan Jokowi menyentuh angka 48,82 persen. "Hal ini (pencitraan-red) seharusnya bisa ditanggapi karena berpotensi kuat menurunkan elektabilitas Jokowi," jelas Hendri saat dihubungi wartawan, Jumat (27/6).

Berbeda dengan capres Prabowo Subianto. Kesan natural, alami dan santun lebih melekat dalam keseharian mantan Danjen Kopassus ini. Hal ini bisa dilihat saat debat capres beberapa pekan sebelumnya. Prabowo tidak sungkan membenarkan pendapat dan mengakui keunggulan Jokowi. "Ini sikap rendah hati, santun dan humble. Terlihat dari caranya mengajak salaman dan mengakui keunggulan lawan politiknya. Juga dari sikapnya yang bangga terhadap anaknya. Itu muncul secara natural,” kata Hendri.

Dengan sikap seperti ini, lanjut Hendri lagi, elektabilitas Prabowo meningkat dibandingkan dengan Jokowi yang  elektabilitasnya turun karena kesederhanaannya mulai balik menyerang.
http://www.gatra.com/pemilu-capres/5...pil-alami.html

Mega Tak Pernah Ikut Kampanye Jokowi, Ini Alasannya
Minggu, 29 Juni 2014 12:46 WIB


Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri (tengah), Ketua Badan Pemenangan Pemilu Puan Maharani (kedua kanan), Gubernur DKI Jakarta sekaligus calon presiden Joko Widodo alias Jokowi (kedua kiri), Iriana Joko Widodo (kiri), dan putra Megawati Soekarnoputri Prananda Prabowo alias Nanan, menunjukkan jari seusai mencoblos di TPS 35 Kelurahan Kebagusan, Jakarta Selatan, Rabu (9/4/2014)

Solopos.com, SURABAYA — Calon presiden (capres) Joko Widodo (Jokowi) memaparkan beberapa alasan terkait dengan tidak pernah dilibatkannya Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dalam setiap kegiatan kampanye. Menurutnya, selaku pimpinan tertinggi partai koalisi utama pengusung dirinya bersama Jusuf Kalla (JK), Mega hanya fokus pada konsolidasi partai, bukan pada tataran teknis pelaksanaan kampanye.

“Kalau Bu Mega lebih banyak konsolidasi partai. Masa harus barengan Bu Mega, Pak JK? Ya kalau hanya Jakarta saja tiap hari ya enggak apa-apa. Ini kan dari Sabang sampe Merauke,” kata Jokowi, Minggu (29/6/2014).

Mesin partai pun, sambungnya, berjalan sangat efektif sejauh ini. “Efektif. Kerjaan sendiri-sendiri, tetapi dalam sebuah manajemen yang sama, bagus,” imbuhnya. Namun demikian, bukan berarti Megawati tak mengurusi sedikitpun permasalahan kamp
anye. Diakui Jokowi, justru Mega paling sering mengingatkan dirinya untuk mengatur waktu istira
http://www.solopos.com/2014/06/29/pi...asannya-516162

Burhanuddin Muhtadi: Suara Jokowi di Jabar Ambrol
Friday, 27 June 2014, 08:31 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi bercuit tentang Megawati Soekarnoputri dan Puan Maharani. Dia sepertinya mengkritik gerakan dua petinggi PDIP tersebut yang tidak juga turun ke lapangan membantu Jokowi.

"Apakah Mega dan Puan sudah turun gunung?" sentilnya melalui akun Twitter, @BurhanMuhtadi.

Menurut dia, kehadiran ketua umum PDIP dan ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) PDIP tersebut sangat penting dinanti. Pasalnya, ia menengarai kedua trah Sukarno itu tampak setengah hati membantu pemenangan Jokowi. Burhanuddin menyarankan agar keduanya lekas turun ke lapangan, khususnya ke Jawa Barat. Di provinsi yang mayoritas kepala daerahnya mendukung Prabowo Subianto itu, elektabilitas Jokowi menurun drastis.

Hal itu terungkap dari jawabannya ketika mendapat mention, "@nd_nir: Belon tuh RT @BurhanMuhtadi Apakah Mega dan Puan sudah turun gunung?"

Menurut dia, suara Jokowi di Jabar sangat mengkhawatirkan. "Minimal turun di Jabar kek. Ambrol tuh suara Jokowi di situ."
http://www.republika.co.id/berita/pe...i-jabar-ambrol

Adakah hal dibawah ini 'keengganan' Megawati Kampanye Pilpres Jokowi?
Jokowi Berpeluang Kudeta Megawati?
Rabu, 15 Januari 2014, 17:40 WIB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Charta Politik, Arya Fernandes menilai Joko Widodo alias Jokowi berpeluang mengambilalih kursi ketua umum PDI Perjuangan (PDIP) apabila berhasil menjadi Presiden Indonesia. "Tidak ada jaminan kursi ketua umum tetap aman di tangan Megawati bila Jokowi menjadi Presiden," kata Arya ketika dihubungi Republika di Jakarta, Rabu (15/1).

Arya mengatakan ada sejumlah alasan yang membuat Jokowi berpotensi "mengkudeta" kursi Ketua Umum PDIP yang diemban trah Soekarno.
Pertama, sulit dipungkiri bahwa saat ini kesukaan publik maupun internal PDIP terhadap Jokowi jauh lebih besar ketimbang kepada Megawati. Kedua, berkaitan dengan kepentingan pragmatis para kader PDIP terhadap kekuasaan.

Dalam konteks ini, Arya memperkirakan kader PDIP yang berhasil menjadi anggota DPR cenderung akan lebih mendukung Jokowi sebagai ketua umum. Karena dianggap lebih bisa memuluskan kepentingan mereka dalam pembagian "kue" kekuasaan.

Alasan ketiga, secara logika kekuasaan akan menjadi aneh apabila seorang presiden yang notabene merupakan pemimpin nasional berdiri di bawah perintah ketua umum partai. "Kalau Jokowi presiden tiba-tiba dipanggil Megawati selaku ketua umum kan menjadi lucu," ujarnya.

Berkaca pada kemungkinan tersebut, Arya menyatakan faksionalisasi di internal PDIP akan menguat apabila Jokowi menjadi presiden. Dia menyarankan agar Megawati membuat negosiasi pribadi dengan Jokowi apabila terpilih menjadi capres. "Pengambilalihan kursi ketua umum dari trah Soekarno oleh Jokowi sangat ditentukan negosiasi yang dilakukan Megawati," katanya. 
http://www.republika.co.id/berita/na...udeta-megawati

----------------------------------------

Kalau Jokowi menang Pilpres, otomatis dia berkepentingan untuk menguasai dan mengendalikan PDIP, terutama untuk kepentingan politiknya di DPR dan di masa depan demi jabatan kedua nanti (2019-2024). Alat untuk itu, hanya mungkin kalau dia memegang jabatan orang nomor satu di PDIP, menggantikan posisi Megawati. Sementara kalau posisi ketua umum PPDIP itu dipegang Puan Maharani, itu alamat Puan akan menjadi pesaingnya di pilpres 2019. Itulah sebabnya kekuatan-kekuatan bermodal besar yang selama ini mengorbitkan Jokowi semenjak untuk jabatan Gubernur Jakarta hingga Pilpres saat ini, berupaya untuk menjadikan Jokowi sebagai orang nomor satu di PDIP kelak, sebagai Ketua Umumnya, agar bisa 2 kali jadi presiden RI kelak. Masih tak percaya?


emoticon-Matabelo
tien212700Avatar border
tien212700 memberi reputasi
1
2.3K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan