- Beranda
- Komunitas
- Hobby
- Green Lifestyle
Seriwang Sangihe, Burung Paling Langka di Dunia?


TS
338aadmin338a
Seriwang Sangihe, Burung Paling Langka di Dunia?



Spoiler for Cek:

Quote:

Pulau Sangihe Provinsi Sulawesi Utara memiliki keunikan tersendiri. Pulau seluas 91,57 km2 tersebut menjadi habitat bagi beberapa burung endemik, termasuk Seriwang Sangihe(Eutrichomyas rowleyi) yang disebut-sebut sebagai spesies burung paling langka di dunia. Burung ini hanya dapat dijumpai di hutan seluas 550 hektare yang berada di Pegunungan Sahendaruman.
Untuk menjaga populasinya, juga kelestarian habitatnya, Pemerintah Kabupaten Sangihe memberi perhatian serius. Misalnya dengan menetapkan kawasan hutan yang ada di Gunung Sahendaruman sebagai hutan lindung.

Quote:
Quote:
Quote:
₪ Tentang Burung Seriwang Sangihe ₪


Quote:
Nama latin hewan ini adalah Eutrichomyias rowleyi.Dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai seriwang sangihe, sedangkan di pulau asalnya dikenal sebagai “Niu”. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan beberapa sebutan seperti Cerulean Paradise-flycatcher, Cerulean Paradise Flycatcher, Caerulean Paradise-flycatcher, Cerulean Paradise-Flycatcher, dan Rowley’s Flycatcher.
Burung ini ditemukan pertama kali oleh Adolf B. Meyer pada tahun 1873 di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Setelah itu, tidak sekalipun burung ini terlihat kembali. Hingga pada Oktober 1998 (125 tahun kemudian), ditemukan 19 ekor burung seriwang sangihe di lima daerah sekitar dasar Gunung Sahendaruman.
Burung seriwang sangihe berukuran sedang dengan badan sepanjang 18 cm. Bulu tubuhnya (mulai bagian kepala hingga ekor) didominasi warna biru. Warna biru pada bagian atas tubuh cenderung lebih gelap dibanding bulu bagian bawah tubuh yang berwarna biru kepucat-pucatan. Lingkaran pada sekitar mata berwarna biru keputihan sedangkan paruh berwarna kebiruan dengan mandibula bagian atas lebih gelap.
Suara burung seriwang sangihe antara lain nada “tuk” yang keras (suara panggilan) serta kicauan bernada nada “step…..step” yang sangat keras, dan biasanya nada “chew…chew…chew” keras.
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia. Filum : Chordata. Kelas : Aves. Ordo : Passeriformes. Famili : Monarchidae. Genus : Eutrichomyias. Spesies : Eutrichomyias rowleyi.
Burung ini ditemukan pertama kali oleh Adolf B. Meyer pada tahun 1873 di Pulau Sangihe, Sulawesi Utara. Setelah itu, tidak sekalipun burung ini terlihat kembali. Hingga pada Oktober 1998 (125 tahun kemudian), ditemukan 19 ekor burung seriwang sangihe di lima daerah sekitar dasar Gunung Sahendaruman.
Burung seriwang sangihe berukuran sedang dengan badan sepanjang 18 cm. Bulu tubuhnya (mulai bagian kepala hingga ekor) didominasi warna biru. Warna biru pada bagian atas tubuh cenderung lebih gelap dibanding bulu bagian bawah tubuh yang berwarna biru kepucat-pucatan. Lingkaran pada sekitar mata berwarna biru keputihan sedangkan paruh berwarna kebiruan dengan mandibula bagian atas lebih gelap.
Suara burung seriwang sangihe antara lain nada “tuk” yang keras (suara panggilan) serta kicauan bernada nada “step…..step” yang sangat keras, dan biasanya nada “chew…chew…chew” keras.
Klasifikasi Ilmiah : Kerajaan : Animalia. Filum : Chordata. Kelas : Aves. Ordo : Passeriformes. Famili : Monarchidae. Genus : Eutrichomyias. Spesies : Eutrichomyias rowleyi.
Quote:
Quote:
₪ Habitat dan Kebiasaan ₪


Quote:
Sangat jarang teramati, menghuni hutan primer pada rentang ketinggian 450 – 750 mdpl (lebih jarang di hutan sekunder tua), pada lereng curam dan lembah hutan dimana terdapat aliran sungai.
Burung penetap yang memakan serangga. Mencari makan di kanopi dan sub-kanopi hutan setinggi 15 m, tetapi kadang juga turun ke lapisan tajuk bagian bawah. Aktif mencari makan baik dengan terbang maupun menyisir lapisan kanopi hutan sampai permukaan tanah.
Populasi burung ini diperkirakan hanya tinggal 19-135 individu yang mendiami hutan dengan luas kurang dari 8 km2. Konversi hutan menjadi lahan pertanian merupakan ancaman utama kelestarian burung ini di alam.
Burung penetap yang memakan serangga. Mencari makan di kanopi dan sub-kanopi hutan setinggi 15 m, tetapi kadang juga turun ke lapisan tajuk bagian bawah. Aktif mencari makan baik dengan terbang maupun menyisir lapisan kanopi hutan sampai permukaan tanah.
Populasi burung ini diperkirakan hanya tinggal 19-135 individu yang mendiami hutan dengan luas kurang dari 8 km2. Konversi hutan menjadi lahan pertanian merupakan ancaman utama kelestarian burung ini di alam.
Quote:
Quote:
₪ Sempat Dianggap Punah ₪


Quote:
Seriwang sangihe pertama kali hanya diketahui dari spesimen yang dikumpulkan pada tahun 1873. Tetapi perjumpaan kembali dengan burung ini baru terjadi 125 tahun kemudian, yaitu Oktober 1998, di sekitar Pegunungan Sahendaruman yang terletak di bagian selatan Pulau Sangihe.
Beberapa tahun sebelummya pernah ada laporan mengenai perjumpaan dengan burung seriwang sangihe, namun laporan ini dianggap sangat meragukan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Orang yang pertama kali menemukan keberadaan burung ini adalah Anius Dadowali, seorang warga Desa Ulung Peliang, Kecamatan Tamako, Kabupaten Sangihe. Untuk menghormati penemuannya, penduduk setempat menyebut burung seriwang sangihe dengan nama manuk niu, sesuai dengan nama panggilan Anius yaitu Om Niu.
Saat itu, Om Niu membantu sekelompok peneliti dari Inggris dan Manado yang tergabung dalam Action Samperi. Awalnya, mereka tidak menemukan keberadaan burung ini, sehingga mereka yakin kalau seriwang sangihe benar-benar telah punah.
Ketika sedang mencari air untuk kebutuhan para peneliti, Om Niu melihat keberadaan dua ekor seriwang sangihe dengan dua anaknya di lembah Gunung Sahengbalira, Pegunungan Sahendaruman.
Bisa Agan bayangkan, bagaimana ekspresi para peneliti ketika mengetahui burung yang dianggap punah dan tak ada kabarnya selama 125 tahun, tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka. Kebahagian itu makin memuncak setelah mereka menemukan lagi 19 ekor burung seriwang sangihe di lima titik lokasi di kaki Gunung Sahengbalira.
Namun, di balik rasa senang tersebut, muncul kecemasan terhadap kelangsungan hidup burung-burung ini. Sebab hutan-hutan di Pulau Sangihe sudah hampir habis, dan hanya menyisakan beberapa hektare di Pegunungan Sahendaruman.
Beberapa tahun sebelummya pernah ada laporan mengenai perjumpaan dengan burung seriwang sangihe, namun laporan ini dianggap sangat meragukan dan tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Orang yang pertama kali menemukan keberadaan burung ini adalah Anius Dadowali, seorang warga Desa Ulung Peliang, Kecamatan Tamako, Kabupaten Sangihe. Untuk menghormati penemuannya, penduduk setempat menyebut burung seriwang sangihe dengan nama manuk niu, sesuai dengan nama panggilan Anius yaitu Om Niu.
Saat itu, Om Niu membantu sekelompok peneliti dari Inggris dan Manado yang tergabung dalam Action Samperi. Awalnya, mereka tidak menemukan keberadaan burung ini, sehingga mereka yakin kalau seriwang sangihe benar-benar telah punah.
Ketika sedang mencari air untuk kebutuhan para peneliti, Om Niu melihat keberadaan dua ekor seriwang sangihe dengan dua anaknya di lembah Gunung Sahengbalira, Pegunungan Sahendaruman.
Bisa Agan bayangkan, bagaimana ekspresi para peneliti ketika mengetahui burung yang dianggap punah dan tak ada kabarnya selama 125 tahun, tiba-tiba saja muncul di hadapan mereka. Kebahagian itu makin memuncak setelah mereka menemukan lagi 19 ekor burung seriwang sangihe di lima titik lokasi di kaki Gunung Sahengbalira.
Namun, di balik rasa senang tersebut, muncul kecemasan terhadap kelangsungan hidup burung-burung ini. Sebab hutan-hutan di Pulau Sangihe sudah hampir habis, dan hanya menyisakan beberapa hektare di Pegunungan Sahendaruman.
Quote:
Quote:
₪ Status Konservasi ₪


Quote:
Dalam sebuah survei dari penelitian tahun 2006, dari sekitar 45 lembah di sekeliling Pegunungan Sahandaruma, diketahui hanya ada 21 lembah yang memiliki populasi burung seriwang sangihe. Selain itu, Sahendaruman juga merupakan rumah bagi burung terancam punah lainnya, yaitu anis-bentet sangihe, kacamata sangihe, burung madu sangihe, dan serindit sangihe.
Jumlah populasi yang sedikit dan makin menyempitnya wilayah persebaran mereka akibat konversi hutan ke lahan pertanian menjadi ancaman serius terhadap kelangsungan populasi burung-burung endemik ini.
Karena jumlahnya yang sangat sedikit dengan daerah persebaran yang terbatas pada satu pulau saja, IUCN dan BirdLife International pun memasukkan burung seriwang sangihe dalam status Critically Endangered.
Di Indonesia, seriwang sangihe pun menjadi salah satu burung yang dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Jumlah populasi yang sedikit dan makin menyempitnya wilayah persebaran mereka akibat konversi hutan ke lahan pertanian menjadi ancaman serius terhadap kelangsungan populasi burung-burung endemik ini.
Karena jumlahnya yang sangat sedikit dengan daerah persebaran yang terbatas pada satu pulau saja, IUCN dan BirdLife International pun memasukkan burung seriwang sangihe dalam status Critically Endangered.
Di Indonesia, seriwang sangihe pun menjadi salah satu burung yang dilindungi berdasarkan PP No 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Quote:
Burung seriwang sangihe yang sempat dianggap punah, kini harus melawan kerakusan manusia yang tak bertanggung jawab yang mengancam habitat mereka
.
Sebagai manusia hakikatnya kita bisa menjaga alam beserta isinya, jangan sampai anak cucu kita nanti hanya mengetahui burung ini lewat sebuah gambar atau sekedar cerita dari orang tuanya
.

Sebagai manusia hakikatnya kita bisa menjaga alam beserta isinya, jangan sampai anak cucu kita nanti hanya mengetahui burung ini lewat sebuah gambar atau sekedar cerita dari orang tuanya

Diubah oleh 338aadmin338a 18-06-2014 19:06
0
16.4K
Kutip
71
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan