kido135Avatar border
TS
kido135
Akan Kugapai Citaa-citaku Ibu...
Selamat siang agan semua...


ane mau bagi cerita gan... ( moga ga emoticon-Repost (S) )
cerita yg nyentuh bgt gan emoticon-Berduka (S)
bagi yang berkenan boleh bagi emoticon-Blue Guy Cendol (L)
seumur- umur belum pernah dikasih cendol gan emoticon-Frown


Akan Kugapai Citaa-citaku Ibu...


Sebuah Postingan Lagi yang bikin netes... :') Semangaaaat Kawankuu... :*


Email ini aku terima beberapa jam yg lalu dari seorang kawan yang tak ingin namanya di sebutkan. Seorang pejuang, yang…… Aku sendiri menangis membaca kisahnya.. :”)
Ketika semua teman-temanku sibuk dengan pendaftaran masuk kuliah di tahun 2012 atau bingung mau kuliah dimana-mana, aku malah tenang-tenang saja.
Aku tenang? Karena sudah diterima? Bukan.
Aku hanya tenang dan diam karena… Aku iri karena aku tak diberi kesempatan oleh Tuhan untuk bisa, sekedar, belajar untuk bisa merasakan bersaing masuk ke Perguruan Negeri. Meluluskan SMA saja sudah bersyukur luar biasa kepada Tuhan.
Padahal, cita-citaku hanya ingin menjadi dokter. Bukan, bukan karena gengsi ingin menjadi dokter dan menjadi kaya. Tapi aku ingin mengobati ibuku sendiri, yang sudah beberapa tahun ini lumpuh karena malpraktek di sebuah rumah sakit besar di daerahku.
Ya,kawan. Ini alasanku kenapa aku tak bisa melanjutkan kuliahku. Bukan karena aku tak mampu dan tak ingin bersaing. Tapi apalah bisa dikata. Aku harus bekerja untuk membiayai hidupku, ibu, dan ke-6 adik-adikku. Sejak SMA, sejak ayahku dipanggil Tuhan, dan ibu lumpuh…. Hanya aku tulang punggung ibu satu-satunya.

Aku termasuk 3 besar di SMA. Berkali-kali aku lulus olimpiade tingkat Nasional dan pernah menjadi 10 besar olimpiade tingkat Internasional. Tapi harapanku untuk kuliah pupus sudah. Untuk mendapatkan makan sehari-hari saja, aku harus membantu bibi di warung nasinya. Kadang, aku beri jatah makanku untuk Ibu dan ke-6 adikku. Setelah pulang membantu bibi, aku pergi ke pasar untuk mencari tambahan rupiah dengan menjadi kuli panggul. Aku tak malu, apapun akan ku lakukan untuk memberi makan Ibu. Aku tak ingin menjadi egois untuk mementingkan Impianku dengan menganggurkan Ibu di rumah.
Tapi Tuhan selalu dengar doa hambaNya.
Suatu hari, Ibu berbicara sesuatu yang membuatku menangis.
"Kak. Kakak tidak mau kuliah?"
"Ndak bu. Aku kerja saja untuk ibu dan adik-adik."
"Kalau Ibu sudah menyusul Ayah, Kakak mau kuliah?"
"Ibu ngomong apasih?"
“Kalau Ibu dipanggil Tuhan untuk bertemu Ayah, Ibu hanya ingin kakak kuliah. Gapai cita-cita kakak. Jadilah dokter yang baik,kak.”
Aku menangis memeluk Ibu. Aku ingin menjadi dokter, tapi bukan berarti Ibu harus pergi meninggalkan kami.
"Ibu akan segera bertemu Ayah,kak. Supaya kakak bisa mengejar cita-cita kakak."
Aku makin menangis dan mencium kaki Ibu. Aku membasuh badannya seperti biasa - Jadwal Ibu mandi - sambil menangis tak henti. Aku tak ingin kehilangan sepasang sayapku. Cukup Ayah yang diambil Tuhan, jangan Ibu. Jangan….
Malam itu, aku tidur di samping ibu. Aku memeluk ibu tanpa berhenti berdoa..
"Aku tak ingin menjadi dokter, Aku ingin ibu sembuh. Ya Tuhan.."
Paginya. Ibu minta dibuatkan bubur. Kebetulan gas di rumah kami habis, lantas aku pergilah ke warung untuk membeli gas.
Tiba-tiba, internet keliling yang biasa mampir di kampung kami berhenti di depan warung tempatku berada.
Entah apa namanya, mungkin sebuah pertanda. Gambar di mobil internet itu adalah gambar orang-orang dengan profesi hebat. Dengan diberi judul; “Raih Bangku Kuliahmu, Dapatkan Masa Depan Lebih Baik.”
Dengan sadar dan tidak sadar, aku berjalan ke mobil internet itu. Lalu aku buka layar didepanku dan kuketik “Jurusan Kedokteran”.
Muncul beberapa tulisan tentang itu. Beberapa testimoni, penjelasan dan beberapa informasi lainnya. Aku tertunduk lesu melihat biaya yang dibutuhkan untuk memasuki Kedokteran.
"Mahal sekali masuk kedokteran. Ada uang darimana aku dan ibu.. Pupuslah.." Ucapku tiba-tiba.
Lalu seorang bapak-bapak yang menyetir mobil itu keluar dan duduk di sampingku;
"Zaman sekarang kuliah ga mahal kok. Ada Bidik Misi. Asal kamu mau Usaha, Tuhan pasti bantu. Kamu lulusan tahun ini?"
Aku mengangguk.
"Mau masuk tahun depan?"
"Jika Tuhan mengizinkan." Jawabku tersenyum lesu.
"Belajar dan berdoa. Nanti bapak ajarkan caranya daftar bidik misi. Ini ada buku bekas, isinya soal-soal test masuk perguruan. Kamu boleh pakai. Kebetulan ini Bapak dapat dari kota sana." tawar bapak sambil memberi sebuah buku lusuh namun masih rapi.
"Terimakasih,pak."
"Minggu depan Bapak akan kembali, nanti kamu boleh kembalikan buku ini jika kamu tak ingin berkuliah,ya?" Tanya bapak itu.
Aku hanya mengangguk. Setelah berterimakasih, aku berjalan pulang mengingat ibu belum makan.
Sesampainya di rumah, aku taruh buku itu dan aku bergegas membuat bubur untuk Ibu. Setelahnya aku bergegas menuju kamar dan…………..
Aku terdiam. Aku melihat Ibu sedang memandangi buku yang aku baru dapatkan tadi. Aku melihat air mata ibu mengalir di pipinya.
"Taruh buku itu,buk!" Ucapku agak menyentak.
Ibu kaget dan memandangiku.
"Buku itu aku dapatkan dari bapak internet keliling. Aku tak berniat melanjutkan sekolahku kok,buk. Bapak itu saja yang iseng."
Aku menyuapi ibu, tapi tanganku di cegahnya.
"Kakak. Ibu ingin kakak kuliah." Ujar ibu. Lagi-lagi, air matanya mengalir.
Aku terdiam dan ikut menangis. Aku menggeleng.
"Kakak, jangan bohongi Ibu. Ibu tau kakak sangat ingin mengejar cita-cita kakak. Kejarlah."
Aku tetap terdiam dan menangis. Aku menatap wajah ibu..
"Kakak ingin merawat ibu.." ujarku.
Ibu tersenyum dan menghapus air mataku.
"Setelah Ibu menyusul Ayah, kakak rawat orang lain,ya?"
"IBU! Ibu ngomong apaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!!" ujarku menangis kencang.
"Nanti ibu akan pergi ke Tuhan. Nanti ibu akan minta Tuhan untuk memperbolehkan kakak menjadi dokter yang baik. Merawat orang lain untuk Tuhan seperti kakak merawat ibu sekarang."
"Ibu.. Ibu tak boleh menyusul ayah.."
Ibu hanya tersenyum dan meminta aku melanjutkan menyuapi makannya.
Hari demi hari. Entah mengapa, hatiku selalu tergerak untuk membuka buku soal itu. Aku tak mengerti. Jari-jariku seakan bergerak sendiri dan berhubungan langsung dengan otakku. Aku mengerjakan semua soal dengan serius. Kadang aku sampai tertidur di samping ibu ketika aku mengerjakan soal. Kalau aku tak mengerti materi, aku akan tunggu minggu depan. Ya kapan lagi, internet keliling kan datang seminggu sekali. Lalu aku habiskan waktu berkunjung di sana untuk mengerjakan soal-soal yang kutak mengerti.
Hari demi hari. Ibu makin kurus. Ibu tak mau makan apapun selain bubur dan bubur. Kadang jika aku selipkan daging didalam bubur, selalu ibu muntahkan. Ibu hanya ingin makan bubur polos, kata ibu. Bibi pulang ke kampung karena suaminya sakit. Jadi, warung nasi itu diberikan padaku untuk diolah. Aku dibantu 4 adikku yang sudah besar dan bisa membantu. Sepulang mereka sekolah, mereka membantuku di warung. Kadang, mereka yang melayani pembeli sementara aku mengurusi ibu dan belajar.
…… Suatu minggu.
Saat aku mencari sebuah penjelasan tentang materi soal, Bapak si penyetir mobil internet itu memberitahuku bahwa Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri berlangsung esok hari selama 2 hari. Bapak itu bilang, besok beliau yang akan menjemput dan mengantarku. Selama dua hari, aku dianjurkan menginap di rumahnya di kota agar tak susah payah datang ke tempat ujian.
Setelah meminta restu ibu.. Aku melihat hal yang aneh pada ibu.
Ibu minta di gorengkan ayam. Aku bilang pada ibu, tak ada uang untuk beli ayam.
"Kakak. Tolong buatkan ibu ayam goreng. Untuk yang terakhir kali.."
Aku tersentak dan segera menuju warung. Setelah mendapat izin untuk berhutang demi ibu, aku menggoreng ayam itu di dapur.
Aku menyuapi ibu dengan tangan bergetar. Entah kenapa ibu makan lahap sekali. Aku tersenyum dan menangis.
"Kakak, nanti adik-adikmu biarlah pulang ke kampung Bibi. Bibi pasti tak akan keberatan dititipkan adik-adikmu. Nanti setelah kau jadi dokter, jemputlah adik-adikmu."
Aku berhenti menyuapi ibu dan menangis. Apa maksud ibu berkata demikian?
"Ibu doakan terus kakak supaya sukses. Ibu dan ayah akan senantiasa mendoakan kakak."
Aku hanya tersenyum dan menangis sambil tetap menyuapi ibu.
Esok paginya.. Aku pergi dengan meminum air basuhan kaki ibu dulu. Sambil mencium ibu dan berbekal beberapa kemeja milik ibu, aku pergi. Hatiku damai melihat ibu dan adik-adikku tersenyum mengantarkanku. Tak ada feeling buruk apapun.
Hari pengumuman itu datang…
Malamnya aku bermimpi Ibu datang mengantarku di stasiun. Ibu datang dengan berpakaian putih. Ibu cantik sekali. dan ibu… mengantarku bersama… Ayah????
Aku duduk lemas di kasur. Pipiku sudah basah dengan air mata. Lalu aku keluar untuk mencuci muka. Lalu aku disuruh Bapak si penyetir itu untuk membuka website pengumuman. Lalu…..
Aku berteriak sekencang-kencangnya. Aku menangis haru dan tanpa henti aku teriakkan “IBU!IBU! Ini untuk IBU!”
Kawan, apa yang kulihat?
Ucapan “Selamat” dan tulisan “Fakultas Kedokteran” ada dihadapanku. Ini semua untuk Ibu.
Segera kukemasi barang dan aku meminta pulang ke rumah. Di sepanjang perjalanan, terbayang muka ibu. Aku menangis dan tersenyum sepanjang perjalanan menuju pelukan ibu.
Tapi…….
Apa yang kudapati? Bangku-bangku berjejer manis di depan rumahku. Bendera kuning berkibar di pagar bambu rumahku.
Aku terdiam membatu. Aku diam sampai seorang adikku berlari menujuku dan memelukku.
"Kak, Ibu sudah menyusul Ayah."
Aku langsung berlari masuk ke dalam rumah. Ku lihat ibu terbaring tak bernyawa diselimuti kain putih. Terbujur kaku.
Ibu sudah meninggal. Ibu…
"IIIIIIIIIIIIIIIIIBBBBBBBBBBBBUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!!!"
Aku teriak dan menangis.
"IBUUU! IBU BANGUN! LIHAT INI! KAKAK BERHASIL MASUK JURUSAN KEDOKTERAN! IBU!! KAKAK AKAN JADI DOKTER! IBUUU BANGUUUN!"
Teriakanku tak mampu membangunkan ibu. Ibu tetap memejamkan matanya. Ku dengar tangisan di dalam ruangan itu makin kencang sesaat setelah aku menyebutkan aku berhasil masuk jurusan kedokteran.
"Ibu. Kakak akan ke Jakarta,ibu.. Kakak akan kuliah menjadi dokter. Ibu.. Jangan tinggalkan kakak…" Tangisanku makin pecah dikala salah satu adikku memberikanku buku soal milikku dan menyuruhku membuka halaman terakhirnya.
Aku menangis membacanya. Aku kenal tulisan itu. Tulisan ibu.
“Kakak yang ibu sayangi. Sembuhkanlah orang-orang yang sakit dengan tangan kakak. Jangan buat mereka makin sakit, ya kak? Ibu dan Ayah sudah tenang dan bersama Tuhan. Kami mendoakan kakak selalu. Ibu sayang kakak. Jadi dokter yang baik ya,nak..”
Aku memandangi ibu yang terdiam membatu. Aku tersenyum dan menangis.
"Kak, minggu-minggu kakak tak ada di rumah, ibu tak mau makan. ibu hanya ingin minum susu. Ibu setiap tidur ada selalu memandangi foto kakak. Saat ibu tertidur dan Tuhan menjemput, buku soal itu ada di pelukan ibu." Ujar adikku.
Ibu.
Aku berjanji kelak. Aku akan jadi dokter yang baik.
Akan kuberi umur panjang meski hanya Tuhan yang bisa. Aku tak akan membuat pasienku menjadi makin sakit karena salahku.
Tuhan, terimakasih sudah memberi Ibu senyum terakhir saat kau menjemputnya. Jaga Ibu dan Ayah di Surga.


0
1.7K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan