16312265Avatar border
TS
16312265
Tipe-tipe Korban yang Masuk ITB


Karena hasil SNMPTN 2014 yang sudah mulai bermunculan,muncul juga berita-berita rektor yang berkomentar tentang siswa-siswa yang mendaftar menjadi mahasiswa di kampusnya. Contohnya seperti ini nih

1. Rektor ITB : http://www.republika.co.id/berita/pe...-di-sekolahnya
2. Rektor UI : http://www.republika.co.id/berita/pe...i-daftar-ke-ui

Yaa itu kan kata rektor, saya selaku mahasiswa yang sudah kira-kira tiga tahun memantau dan mengamati mahasiswa lain di ITB punya pendapat yang berbeda. Kalo kata saya ya, yang masuk ITB sebenarnya adalah siswa-siswa ‘korban’. Wah kok korban sih.. Iya dong korban. Nih dia tipe-tipe siswa yang masuk ITB :

1. Korban Finansial

Ini adalah korban yang paling dahsyat menurut saya. Siswa korban finansial ini seperti namanya, merupakan siswa-siswa yang berasal dari keluarga yang (maaf) kurang berada. Akan tetapi mereka diberikan kesadaran bahwa untuk mengubah nasib keluarga, mereka harus menuntut ilmu setinggi-tingginya. Mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa pendidikan merupakan jalan keluar dari kemiskinan. Jalur masuk anak-anak ini biasanya dari jalur undangan karena mereka adalah siswa-siswa terbaik di daerahnya masing-masing.

Mengenai kehidupan di kampus, biasanya orang-orang ini adalah tipe-tipe mahasiswa sederhana yang berprestasi. Atau meskipun tidak terlalu terlihat berprestasi tetapi mereka adalah orang-orang dengan semangat belajar yang tinggi. Mungkin tiap mereka merasa malas belajar mereka akan teringat bagaimana nasib keluarga mereka nantinya. Kalo melihat mereka saya jadi teringat sosok anak-anak dalam novel seri Laskar Pelangi, anak-anak desa yang bersemangat untuk mengubah nasib menuntut ilmu di kota. Cobalah tanyakan cita-cita kepada mereka. Jawabannya akan sangat memesona seperti inikira-kira “Setelah lulus aku akan kembali ke kampung halaman dan memajukan daerahku!”

beuh, kece deh kalian!
beuh, kece deh kalian!


2. Korban Orangtua

Bagi siswa-siswa yang memiliki orangtua yang pemaksa maka ia akan menjadi korban juga saat memilih kampus mana yang dituju. Orangtua-orangtua pemaksa ini biasanya adalah DOSH (Deretan OrangtuaSakit Hati) yang dulu bercita-cita masuk ITB tapi ga kesampean. Atau bisa juga karena mereka adalah dosen di ITB atau alumni ITB jadi mereka ingin agar anaknya masuk ITB juga. Orangtua pemaksa ini sebenarnya memiliki niat yangbaik, mereka ingin yang terbaik bagi anaknya. Mungkin salahnya adalah karena mereka menganggap bahwa ITB adalah satu-satunya yang terbaik untuk anaknya. Teknik memaksa mereka bermacam-macam, dari memaksa murni sampai dengan teknik ‘terlanjur’ seperti yang dicontohkan berikut



Terus anaknya ternyata keterima dan menerima. Yaudah deh gapapa jadi mahasiswa ITB, hore!

3. Korban Institusi Pendidikan
Korban yang satu ini agaknya hanya berbeda sedikit dari korban sebelumnya karena pada intinya sama-sama dari proses pemaksaan langsung. Cuma kalo ini yang memaksa bukan orangtua sendiri melainkan institusi pendidikan tempat siswa tersebut menuntut ilmu. Institusi pendidikan tersebut bisa dari SMA atau bimbel. Sebenernya mungkin bukan institusi pendidikannya sih yang memaksa tetapi orang yang berada pada posisi BK (Bimbingan Kounseling). Anak-anak SMA yang masih belum bisa menentukan pilihannya akan berdiskusi dengan orang lain tentang hal ini termasuk dengan orang BK. Nah ga tau kenapa juga tetapi banyak kasus yang saya temukan saran dari orang BK ini yang ‘menyesatkan’ dan tidak bertanggungjawab.

Misalkan saja ada salah satu siswa yang ingin sekali masuk ke jurusan tertentu yang perlu nilai tinggi karena persaingannya yang ketat, namun ia sadar bahwa dari melihat nilai raport di SMA ia kurang bisa bersaing. Ia pun berkonsultasi kepada orang BK yang menyesatkanini, nah bukannya dimotivasi, orang-orang BK ini malah berkata bahwa jangan memaksakan diri dan menyuruhnya memilih yang lain. Sebenarnya kalo memang orang BK ini mengetahui potensi siswa dan mencoba mengarahkan ke yang sesuai itu sah-sah saja. Yang ngawur dan bikin kesal adalah orang-orang itu melakukan haltersebut hanya untuk meningkatkan nama institusi mereka dengan banyak memasukkan siswanya di PTN favorit meskipun di jurusan yang tidak diminati siswa tersebut. Wah menyesatkan sekali kan kalo begitu?

Jenis korban institusi pendidikan yang lucu lagi menurut saya itu yang banyak saya temukan di angkatan 2011/2012. Mungkin karena memang masih awal-awal penerapan sistem undangan di ITB sehingga penyeleksiannya masih kurang baik. Biasanya siswa ini adalah siswa yang bersekolah di SMA yang favorit di Indonesia. Mereka pun, entah iseng atau sebenarnya memiliki target jurusan tetapi tetap mengikuti ‘prosedur’ pemilihan jurusan (yang keketatannya lebih tinggi dimasukkan diatas, misal STEI, FTI, FTTM baru kemudian fakultas lain), mendaftarkan di jalur undangan di ITB dan ternyata keterima.

4. Korban Lelaki

..atau korban perempuan bagi lelaki. Eh ini bukan maksudnya siswa yang MBA (Married by Accident) terus jadi masuk ITB yahahaha.

bukan, bukan ginian
bukan, bukan ginian


Anak-anak ini biasanya adalah siswi yang sudah punya pasangan di masa SMA. Mereka terbujuk rayuan gombal pasangannya semacam

“Sayang, kamu harus masuk ITB biar kitabisa terus bersama!”

Wuh akhirnya sang siswi pun mengikuti rayuan tersebut dan mendaftar di ITB juga. Meskipun dulu ia menginginkan berkuliah di jurusan lain yang tidak ada di ITB. Tapi (katanya) demi cinta mereka rela merelakan hal tersebut. Nah apesnya ternyata pasangannya ga sesetia itu, begitu masuk semester pertama kuliah karena sudah banyak kesibukan misalkan, langsung diputusin deh. Kalo udah begini bakal sangat berbahaya ke motivasi belajar mereka di kuliah.

Tapi buat yang perempuan gapapa kok, di ITB mah sarangnya lelaki ya wong namanya juga Institut Teknologi isinya ya jurusan-jurusan teknik yang notabene banyak diminati kaum lelaki. Kamu bisa aja sebenernya cari mahasiswa di jurusan-jurusan yang sepi perempuan seperti contohnya mahasiswa di teknik perminyakan yang masa depannya cerah. Nah habis kenalan coba deh bawa ke rumah, yakin deh bapak kamu langsung yes kayak gini

your parent will approves
your parent will approves


5. Korban Motivation Training

Udah tau kalo yang masuk ITB itu yang pinter, yang ranking 1, yang anak OSN, dll tapi ada loh siswa-siswa yang tidak bergeming untuk tetap memilih ITB sebagai tempat berkuliahnya, padahal secara akademik mereka biasa-biasa saja. Mungkin memang karena mereka sudah memiliki informasi-informasi lain jadi tetap pede untuk memilih.

Tapi yang pasti mereka ini adalah siswa-siswa yang kepala BATU. Keras kepala, mereka tidak peduli dengan kata-kata yang menjauhkan mereka dari ITB. Mereka malah mencari motivational quotes tentang kesuksesan atau malah rajin mengikuti motivation training. Yang paling ringan mereka adalah orang-orang yang memang sering memotivasi diri sendiri. Nah karena ITB sangat terlihat sangat sulit untuk ditembus dengan kemampuan akademik mereka, akhirnya mereka pun lebih memperjuangkan juga jenis ‘usaha’ lain seperti tadi memotivasi diri sendiri ataupun dengan meminta berbagai macam doa seperti doa dari enyak, babeh, adik, kakak, sepupu, guru, teman, sampai tukang ojek.

kepalanya aja udah batu, cocok deh masuk geologi #eh
kepalanya aja udah batu, cocok deh masuk geologi #eh


Yang mengkhawatirkan dari siswa-siswa ini adalah fenomena kehilangan motivasi segera ketika mereka diterima menjadi mahasiswa ITB. Mereka-mereka yang cukup sukses dan tidak langsung jatuh di masa TPB kebanyakan adalah yang langsung mencari motivasi baru untuk tetap giat belajar seperti ingin masuk jurusan tertentu yang ketat persainganya.

6. Korban Pelarian
Masa dari orok sampe SMA disituuu aja terus. Itulah hal pertama yang terpikirkan oleh korban jenis ini. Biasanya banyak dari mereka adalah siswa-siswa SMA di Jakarta dan sekitarnya. Tetapi tidak menutup kemungkinan juga dari luar Jawa Barat bahkan luar pulau Jawa. Intinya mereka hanya tidak ingin berkuliah di sekitar rumah mereka karena sudah dari kecil tinggal di daerah itu. Banyak juga menimpa kaum wanita yang sedari kecil terlalu diperhatikan oleh orangtuanya sehingga mereka merasa jenuh. Ingin merasakan pengalaman merantau katanya.

mungkin mereka terinspirasi dari judul film ini ya, habis Iko Uwais macho sih #teruskenapa
mungkin mereka terinspirasi dari judul film ini ya, habis Iko Uwais macho sih #teruskenapa


Tapi dasar emang dasar, beberapa anak-anak ini niatnya cuma biar ga diawasin orangtua aja toh, ga berani juga kalo mesti kuliah di tempat yang jauh-jauh, luar pulau, apalagi luar negeri. Jadi deh yang dituju ITB. Ga terlalu deket dari tempat tinggal, kampusnya bagus dan bergengsi, dingin lagi. Yeah!


7. Korban Teman

Waduh temen kok makan temen? Korban jenis ini mungkin berkebalikan dengan tipe korban orangtua. Mereka ini tidak mengindahkan salah satu quotes orangtua terpopuler “Jangan ikut-ikutan temen!” dan malah berlaku sebaliknya. Akan tetapi bisa juga karena memang orangtua yang membebaskan mereka sehingga mereka menjadi korban jenis ini. Akibat kurangnya informasi yang diterima akhirnya mereka hanya tahu bahwa yang namanya kuliah ya di ITB karena teman-teman sebaya mereka juga jika ditanya dimana akan berkuliah akan menjawab hal yang serupa. Korban jenis ini banyak ditemui khususnya di SMA-SMAdi Bandung dan SMA favorit di Jakarta.

Selain oleh teman sebaya, korban ini juga memiliki varianlain yang serupa diakibatkan oleh siswa yang memiliki TTM semasa SMA. Lah apa bedanya sama yang korban lelaki dong? Oh beda kawan, TTM disini maksudnya Teman Tapi Mahasiswa alias senior.. aaaaaaaakkkkkk :v

Nah kalo TTM (Tiba-Tiba Mules) ini kamu jangan lupa segera ke toilet ya. Eh tapi cek dulu deh kalo kamu ternyata udah hamil deket-deket 9 bulan mungkin ke bidan aja lebih baik
Nah kalo TTM (Tiba-Tiba Mules) ini kamu jangan lupa segera ke toilet ya. Eh tapi cek dulu deh kalo kamu ternyata udah hamil deket-deket 9 bulan mungkin ke bidan aja lebih baik


Varian jenis ini bisa saja menimpa teman-teman di selain SMA favorit. Karena bisa saja mereka terhasut oleh TTM mereka yang sudah masuk ITB duluan dan menceritakan kisah-kisah heroiknya menuntut ilmu di Bandung.Siswa-siswa ini pun tergiur untuk juga mencicipi hawa Bandung yang dingin dan ‘hawa’ Bandung yang menarik

Kehidupan perkuliahan korban jenis ini baik yang varian jenis teman sebaya ataupun TTM tidaklah buruk karena mereka sudah punya modal yaitu relasi yang baik di kuliah. Keperluan lain-lain seperti pinjam meminjam buku, jas lab, dan sejenisnya bukanlah menjadi masalah bagi mereka. Tinggal kontak teman gitu loh. Banyak diantara mereka pun yang akhirnya bisa dengan mudah menjadi simpul-simpul massa di masa TPB karena alasan ini

Masuk kategori korban yang manakah kalian? Oiya tulisan ini bener-bener just for fun kok, jangan ada yang tersinggung berlebihan ya hehehe. Silakan ditambahkan kalo ada ‘korban’ lain yang belum dicantumkan disini! emoticon-Big Grin
dellesologyAvatar border
dellesology memberi reputasi
1
4.9K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan