nuke1992Avatar border
TS
nuke1992
Welas Asih: STRATEGI PEMENANGAN PENGEMIS dan CAPRES
Welas Asih: STRATEGI PEMENANGAN PENGEMIS dan CAPRES

Baik dari kalangan pemikir maupun pun kalangan perasa, maksud tulisan ini mungkin sudah dapat 'dibaca' dari judul tulisannya. Yang membedakan hanyalah produk dari hasil fikir dan hasil rasa tersebut. Kalangan pemikir cenderung menghasilkan sebuah referensi sementara kalangan perasa akan menghasilkan sangkaan, tuduhan atau bahkan kebencian. Kembali pada sudut pandang.

Black Campaign atau kampanye hitam. Istilah ini semakin akrab saja di masyarakat Indonesia. Dengan dukungan kemudahan komunikasi yang sudah bergeser dari dominasi media televisi ke arah dunia maya atau internet. Saat ini, dengan semakin terjangkaunya harga, maka kebutuhan akan perangkat komputer atau gadget sudah menjadi kebutuhan primer yang dapat memfasilitasi kemudahan berkomunikasi tidak hanya dalam bentuk voice namun juga komunikasi data melalu platform internet.

Menarik sekali pernah membaca sebuah tulisan yang mengulas secara apik topik tentang black campaign. Bahwa black campaign yang pada awalnya tumbuh dari konkuren atau pesaing, sekarang sudah bergeser, justru dimunculkan oleh 'penderita' black campaign itu sendiri. Beberapa rekan diskusi memberikan istilah mereka melakukan 'curi start' memunculkan isu black campaign yang seakan-akan dilakukan oleh pesaing. Tujuannya tak lain adalah untuk menarik simpatik konsumen atau pemilih. Mengharapkan kesimpulan dari publik bahwa dialah korban dari black campaign. 'Menderitakan diri' agar tampak menderita.

Curi start black campaign ini biasanya subur pada konstituen pemilih mengambang (swing voter) pada bangsa-bangsa yang masyarakatnya masih kuat memegang norma dan budaya belas kasih. Indonesia adalah salah satu ladang subur operasi marketing curi start black campaign ini.

Masyarakat Indonesia masih memiliki populasi masyarkat belas kasih yang cukup tinggi akibat kondisi obyektif masih banyaknya masyarakat yang berada pada garis kehidupan ekonomi belum mapan dan/atau penyerapan pendidikan yang belum memadai. Boleh dikatakan, pemilih irrasional masih mendominasi pemilih di Indonesia.

Orang yang dianggap teraniaya akan mudah menarik simpatik dari masyarakat untuk mendukung dan membantunya. Oleh masyarakat, kebenaran bukan dipandang sebagai sebuah manisfestasi artikulasi fakta-fakta, namun kedekatan emosional dengan kondisi diri mereka. Jika senasib, maka dianggap benar. Sebaliknya, orang yang tidak senasib dianggap berseberangan. Bahkan, kalangan terdidik yang 'tidak mau repot' pun akan mengaminkan 'kebenaran' orang-orang 'teraniaya' ini.

Tidak heran, banyak 'pebisnis dadakan' di Indonesia yang memanfaatkan potensi 'market' masyarakat kita yang mudah welas asih ini. Potensi welas asih yang sesungguhnya baik, dimanfaatkan untuk mengeruk kepentingan pribadi. Sering kita mendengar berita bahwa cukong-cukong pengemis memiliki pendapatan fantastis yang lebih tinggi dari seorang manajer perusahaan berkembang sekalipun.

Berbagai upaya untuk memunculkan belas kasihan dari dermawan dilakukan. Mulai dari mengorbankan anak kecil hingga 'menyalonkan' diri agar tampak menderita seperti berpura-pura buntung atau cara jalannya tidak normal.

Jika boleh dikatakan sebagai upaya kriminal, maka Kriminal Welas Asih ini dapat kita rasakan pada euforia pilpres saat ini. Sebab ketidakjujuran, pembentukkan opini publik yang tidak sehat, dan pengurangan timbangan (jika dalam konteks jual-beli) menjadi halal dilakukan oleh mereka hanya sekedar mendapatkan hak yang bukan haknya.

Kapan Strategi Welas Asih ini menjadi tidak efektif diterapkan? Tentu saja ketika kesejahteraan dan pendidikan lebih memadai dimiliki oleh masyarakat pemilih atau 'konsumen'.

Tidak heran jika dalam pemilu di negara-negara maju, strategi yang diterapkan untuk mencapai suara dominan adalah melalui strategi yang lebih memberikan ruang pada masyarakat pemilih untuk optimal berfikir. Strategi welas asih tidak laku atau tidak efektif diterapkan di negara-negara maju tersebut.

Kapan akan berlaku di Indonesia? Entalah .... Hanya Allah SWT Yang Maha Mengetahui.

"(Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang fakir yang terhalang (usahanya karena jihad) di jalan Allah sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi; (orang lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apa pun harta yang baik yang kamu infakkan, sungguh, Allah Maha Mengetahui" [QS al-Baqarah/2 : 273].

Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu [QS ar-Rahmân/55:9].

Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (Yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain, mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidakkah orang-orang itu yakin bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan. Pada suatu hari yang besar. (Yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Rabb semesta alam [QS. al-Muthaffifîn/83:1-6]

Wallahu a'lam ...

 Welas Asih: STRATEGI PEMENANGAN PENGEMIS dan CAPRES
0
1.1K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan