- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[STORY] Darah Jakarta, Cinta Kota Jakarta >>Pulau Tidung<<
TS
enjoy.tour
[STORY] Darah Jakarta, Cinta Kota Jakarta >>Pulau Tidung<<
Quote:
“… Aku masih ingat saat reformasi tercapai dan Indonesia Raya berkumandang kita berpelukan dengan siapa saja yang kita temui di gedung itu biarpun tidak ada yang kita kenal. Aku masih suka menangis kalo inget kamu mencium aspal jalan Jakarta sambil mengucap syukur dan melihat ke langit senja Jakarta. Pemandangan itu yang nggak pernah aku lupa dan membuat keajaiban hati kamu yang selalu mencintai Tanah Air ini tak pernah hilang… di hatiku dan di hati teman-teman…” – 5cm.
Spoiler for DARAH JAKARTA CINTA KOTA JAKARTA:
DARAH JAKARTA CINTA KOTA JAKARTA
Quote:
Siapa yang tidak mengenal tanah Kota Jakarta? Atau Jakarta kota metropolitan, kotor, bau, berpolusi? Sudah kuduga, kita semua berpendapat yang selaras. Hanya saja, ada beberapa bagian mata kita yang dibutakan, atau kita yang sengaja berpura-pura buta? Bahwa masih ada bagian kota Jakarta yang memiliki nilai pariwisata & nilai eksotisme yang sangat tinggi. Cobalah berkunjung ke bagian utara kota Jakarta!
Quote:
Aku pun sudah membuktikannya, dengan menyebrang menggunakan kapal kayu berharga ekonomis. Harga ekonomis sudah pasti kualitas ekonomis pula. Aku berbaur dengan warga-warga Indonesia dari tingkat kesetaraan financial yang berbeda-beda, aku melihat mereka sibuk dengan barang bawaan pribadi mereka masing-masing, Selain itu aku juga melihat aktivitas warga yang sudah ramai kesana-kemari menarik gerobak ataupun menjual dagangan walaupun matahari baru saja muncul di permukaan laut. Ada juga aroma tak sedap yang berasal dari kapal-kapal ikan di sekitar dermaga Pelabuhan Muara Angke tempat aku dan kerabatku yang lain berkumpul. Namun ini bukan merupakan kendala bagiku untuk melunturkan niatku berlibur, bahkan entah mengapa ini adalah suatu kenikmatan bagiku yang tidak dapat kunikmati di Negara-negara lain.
Quote:
Kapalku berlabuh menuju ke Pelabuhan Pulau Tidung, tempat dimana aku dan kerabatku memutuskan untuk berlibur. Perjalanan yang cukup lama, untung saja aku bukanlah seorang yang mabuk lautan. Selama 1 jam perjalanan, aku dijamu oleh pemandangan yang sungguh mengerikan, dimana banyak sekali sampah yang bertebaran di permukaan laut. Namun masih ada warga yang mau memancing ikan di daerah sana, entah apa alasannya aku pun tak tahu.
Quote:
Mendekati Pelabuhan Pulau Tidung, aku bisa merasakan hawa yang jauh berbeda. Air terlihat sangat jernih hingga aku bisa melihat ikan-ikan kecil berenang beberapa meter kedalaman dari permukaan laut. Tak ada ombak besar, yang membuatku khawatir selama perjalanan. Hingga beberapa menit kemudian, kapalku menyentuh bibir pelabuhan Pulau Tidung, dan………… Hallo Petualangan!
Quote:
Hasratku sudah menggebu-gebu, dan kupikir teman-temanku juga demikian, kami ingin cepat-cepat meninggalkan kapal dan menginjak pantai pasir putih Pulau Tidung. Setelah menyentuh daratan, kami dijemput oleh seorang tour guide yang adalah penduduk asli Pulau Tidung dan yang akan mendampingi kami dalam perjalanan selama 3 hari 2 malam. Ia mengarahkan kami untuk mengikutinya dan membawa kami ke lokasi penginapan. Setelah menempuh jarak 1.5km, maka tibalah kami di lokasi penginapan. Bangunannya terlihat masih baru dan begitu modern, ada masing-masing 2 kamar di penginapan cewe dan cowo. Kami sangat beruntung karena penginapan kami menghadap ke arah timur, dimana kami bisa melihat matahari terbit. Ayeeee!!
Quote:
Perjalanan hari pertama pun dimulai, aku dengan sangat senang mengayuh sepedaku hingga kecepatan yang sangat tinggi, namun karena aku melihat jalanan yang sungguh ramai karena pengunjung-pengunjung Pulau Tidung yang lain, aku segera menurunkan kecepatan sepedaku. Aku melintas di jalanan setapak, bukan jalanan aspal yang sering dilalui oleh kendaraan mesin beroda. Satu keuntungan bagiku, bahwa hanya ada Bentor (Becak Motor) disini selain sepeda, tidak ada mobil, truk atau bahkan metro mini yang menimbulkan polusi dan kebisingan.
Quote:
Aku menghabiskan hari pertamaku dengan bersepeda mengelilingi daerah Pulau Tidung, rumah-rumah warga sederhana, penduduk kota yang ramah, dan pohon-pohon tinggi yang meneduhkan, serta jajaran pernak-pernik ataupun kuliner menghiasi perjalananku. Hingga suatu saat, aku harus memberentikan sepedaku, menuju Jembatan Cinta dan juga Pulau Tidung Kecil. Disinilah pusat ramai pengunjung, dimana ada olah raga air, seperti banana boat, jet sky, dll. Ada juga jembatan cinta yang kata orang, kalau ada sepasang kekasih yang pergi kesana dan melompat di jembatan Cinta, maka cinta kedua sepasang kekasih tersebut akan selalu abadi. Hahahaha! Aku tak tahu ini mitos atau bukan. Namun, aku tak mencobanya, karena sempat takut dengan ketinggiannya.
Quote:
Aku pergi ke daerah Pulau Tidung Kecil dan harus melewati jembatan yang sangat panjang untuk sampai disana. Sayangnya, jembatannya sudah begitu rapuh membuat para pengunjung tidak nyaman melewatinya. Pulau Tidung Kecil pun tidak kalah menarik dari Pulau Tidung Besar, hanya lebih banyak pohon-pohon besar yang sangat tinggi. Penduduk disini pun tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa rumah disini, tidak sepadat Pulau Tidung Besar. Aku dan kerabatku kelelahan berjalan dan kami menghabiskan waktu sebentar untuk menikmati Kelapa Muda yang langsung diambil dari Pohon Kelapa asli. Selain itu, aku & kerabatku bermain air di pinggiran pantai dan membangun beberapa bangunan dari pasir. Hal klasik yang sesungguhnya menyenangkan! Sesudahnya kami pulang, kami disuguhi dengan pemandangan matahari terbenam yang sungguh indah. Akupun sampai tak memperhatikan jalanan, karna di ibukota Jakarta sana terlepas Kepulauan Seribu, aku jarang sekali melihat matahari terbenam.
Quote:
Hari pertama kami tutup dengan bakar-bakar. Bukan bakar jagung seperti di daerah Puncak, tapi kami membakar SeaFood. Cumi-cumi dan ikan… ikan apa ya? Kami makan dengan lahap ditambah sambel yang super pedas. Sangat-sangat nikmat, ditambah angin darat yang memberi kesegaran tersendiri pada tubuh kami.
Quote:
Huh, sial! Aku bangun telat pagi ini, dan aku tak sempat melihat matahari terbit, menyaksikan sinar kemerahan bercampur oranye yang menggambarkan semangat hidup di pagi hari yang baru ini. Tak apa, hari ini begitu banyak perjalanan dan rancangan kegiatan yang harus aku lalui.
Quote:
Dan sampailah aku disini, aku sedang duduk diam menikmati angin laut yang mengibas rambutku yang sengaja ku gerai, merasakan ombak yang membawa kapalku menuju Pulau Payung, tempat dimana aku dan kawanku akan snorkeling. Aku membuka pakaianku yang sudah kulapisi baju renang lengan panjang, memakai perlengkapan snorkeling, dan siap mencebur ke dalam air laut, sesampainya aku disana. Aku senang melihat ikan-ikan kecil bermotif warna-warni berenang di dalam laut, aku ingin menghampiri tapi aku takut karena kedatanganku ikan-ikan itu pergi dan kabur. Aku memberinya mereka makan dan biarlah mereka yang menghampiriku, sedikit menggelitik karena mereka berenang berebut makanan di sekitar daerah kakiku. Aku sempat berfoto di dalam air, namun saying sekali aku terlihat buram di hasil fotonya. Mataharipun sangat terik siang ini, aku seperti berenang di lautan lepas karena aku tidak melihat daratan sama sekali di kanan-kiriku. Kami sangat menikmati pengalaman kami yang satu ini, tawa kami membludak saat ada kerabat kami yang sangat takut berada di dalam air. Hahahaha!
Quote:
Baru saja menginjakkan kaki di dalam rumah, tiba-tiba teman-temanku yang lain memanggilku untuk bermain Banana Boat. Tak perlu membuang waktu, kami segera berbalik dan mengambil sepeda kami masing-masing. Masih dengan pakaian yang sama yang digunakan aku dan kawan-kawanku saat snorkeling, kami bermain Banana Boat. Seorang pegawai mengaitkan, kapal berbentuk pisang ini dengan jet sky yang dikendarainya. Awalnya kami dipacu dengan kecepatan yang rendah, tapi lama-kelamaan kecepatan semakin cepat dan cepat, hingga sangat disengajai oleh pegawai ini membelok-belokkan jet skynya hingga Perahu kami terjatuh. Dan…. Byurrrr!!! Semua basah kuyup dan kami tenggelam di dalam lautan lepas. Dan hal itu. Terulang. Tiga. Kali.
Quote:
Sekitar jam 4 sore, kami semua berjalan kaki menuju arah barat. Perjalanan yang sangat panjang, sekitar 3.5 km, hingga aku dan kawan-kawanku berada di paling ujung Pulau Tidung. Kami menunggu proses matahari terbenam, dan ketika waktu itu tiba, aku sangat mengagumi akan pemandangan yang ada di depan mataku. Di langit terpancar warna degradasi merah kekuning-kuningan, saking cerahnya awan pun tidak terlihat lagi saat itu, matahari seakan tenggelam di dalam laut, dan lama-kelamaan warna itu berubah menjadi ungu gelap dan kemudian gelap seutuhnya. Hanya ada bulan dan bintang, yang membantu penerangan dalam perjalanan pulang kami, lagi-lagi kami harus mengikuti rute yang sama, berjalan sejauh 3.5 km.
Quote:
Sesampainya di penginapan, aku mencuci kaki dan mandi. Kakiku sangat kotor karena terkena campuran pasir dan lumpur. Sekitar pukul 9, kami membuat hasil karya yang semuanya berasal dari alam. Pada saat kami menunggu matahari terbenam, kami semua mengumpulkan kerang-kerang dari berbagai bentuk. Aku dan temanku mengumpulkan kerang-kerang besar, dan membuat gambar orang yang sedang tersenyum. Dengan bermodalkan sebuah lilin dan beberapa sedotan sebagai perekat alhasil, 2 jam kemudian semua karya kami selesai dan dilanjutkan dengan sesi nyanyi-nyanyi dan bermain Pancasila lima dasar. Sekali lagi, hal klasik yang sangat menyenangkan!
Malam berganti pagi, kali ini tidak akan kulewatkan melihat proses matahari terbit. Keadaan yang hampir sama seperti yang kulihat kemarin sore. Hanya saja prosesinya yang terbalik. Lama kelamaan, sirat-sirat kemerahan sudah tak nampak lagi karena awan sudah berdominan di hamparan langit. Yang pasti, sinar matahari tetap menusuk sampai ke pori-pori kulit tiap penduduk Pulau Tidung dan aku, memberi semangat baru dan perintah bahwa jangan jadikan hari ini hari yang suram.
Tidak terasa, bahwa liburanku akan segera berakhir. Dan saat ini aku sedang berjalan menuju Pelabuhan Pulau Tidung, ku putar lagi otakku mengingat apa saja yang sudah kulalui selama 3 hari ini. Aku menatap lebih dalam lagi setiap tempat yang kutelusuri termasuk aktivitas warga di Pulau ini, agar memoriku lebih kuat.
Saat kapalku meninggalkan bibir pelabuhan Pulau Tidung, aku sempat berpikir, ya memang aku bukanlah seorang pengamat ataupun salah satu anggota komunitas pencinta alam, namun disini aku adalah seorang penikmat bahwa ada satu tempat yang kuanggap dan kusebut keistimewaan di dalam kota Jakarta dan disinilah tempatnya, Kepulauan Seribu, Aku merasa nyaman dan tentram dalam keadaan kota yang tenang tanpa kebisingan kendaraan bermesin, aku merasakan nilai sosial yang lebih tinggi antara aku dan penduduk yang lain, aku melepas semua gadget dan menaruhnya di dalam tas hanya sewaktu-waktu aku menggunakannya tapi semuanya aman dan aku tak merasa khawatir sama sekali. Aku merasa lebih sehat karena makanan yang aku konsumsi, langsung dan pure berasal dari laut. Dan….. aku tidak pernah merasakan panas karena pohon-pohon tinggi dan besar mengelilingi perkarangan penginapan kami.
Malam berganti pagi, kali ini tidak akan kulewatkan melihat proses matahari terbit. Keadaan yang hampir sama seperti yang kulihat kemarin sore. Hanya saja prosesinya yang terbalik. Lama kelamaan, sirat-sirat kemerahan sudah tak nampak lagi karena awan sudah berdominan di hamparan langit. Yang pasti, sinar matahari tetap menusuk sampai ke pori-pori kulit tiap penduduk Pulau Tidung dan aku, memberi semangat baru dan perintah bahwa jangan jadikan hari ini hari yang suram.
Tidak terasa, bahwa liburanku akan segera berakhir. Dan saat ini aku sedang berjalan menuju Pelabuhan Pulau Tidung, ku putar lagi otakku mengingat apa saja yang sudah kulalui selama 3 hari ini. Aku menatap lebih dalam lagi setiap tempat yang kutelusuri termasuk aktivitas warga di Pulau ini, agar memoriku lebih kuat.
Saat kapalku meninggalkan bibir pelabuhan Pulau Tidung, aku sempat berpikir, ya memang aku bukanlah seorang pengamat ataupun salah satu anggota komunitas pencinta alam, namun disini aku adalah seorang penikmat bahwa ada satu tempat yang kuanggap dan kusebut keistimewaan di dalam kota Jakarta dan disinilah tempatnya, Kepulauan Seribu, Aku merasa nyaman dan tentram dalam keadaan kota yang tenang tanpa kebisingan kendaraan bermesin, aku merasakan nilai sosial yang lebih tinggi antara aku dan penduduk yang lain, aku melepas semua gadget dan menaruhnya di dalam tas hanya sewaktu-waktu aku menggunakannya tapi semuanya aman dan aku tak merasa khawatir sama sekali. Aku merasa lebih sehat karena makanan yang aku konsumsi, langsung dan pure berasal dari laut. Dan….. aku tidak pernah merasakan panas karena pohon-pohon tinggi dan besar mengelilingi perkarangan penginapan kami.
Quote:
Coba sebutkan makna dari Tuhan menciptakan seorang manusia! Bahwa Tuhan membutuhkan otakmu untuk menata alamNya seapik mungkin, membutuhkan tanganmu untuk merias alamnya seindah mungin, membutuhkan lenganmu untuk merangkul alamNya dari ulah si nakal dan membutuhkan hatimu untuk memperdulikan alamNya. – Virginia Mangindaan
Spoiler for Sumber:
Virginia Mangindaan
Yang mau ikut saya jalan-jalan Pulau Tidung masuk dimari
Spoiler for Click me!!:
Jangan Lupa di
biar seger boleh
Diubah oleh enjoy.tour 23-05-2014 15:48
0
2.4K
Kutip
13
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan