zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Lippo bikin jaringan bioskop saingi 21 dan Blitz
Merdeka.com - Group Lippo membentuk anak usaha berupa jaringan bioskop baru di Indonesia dengan nama Cinemaxx. Ini menyerupai nama bioskop di Jerman, tapi dikabarkan tak ada kaitan apa-apa antara keduanya.

Kabar ini ditulis oleh kolomnis Majalah Variety, Patrick Frater, dalam edisi Kamis (22/5).

Rencananya, konglomerasi yang dipimpin James Riady itu akan membangun 22 multipleks sepanjang 2014, dengan total 160 layar.

Kepala Distribusi Film Cinemaxx Michael Sim menyatakan film impor asal Hollywood, Amerika Serikat, akan jadi andalan utama jaringan mereka. Akan tetapi pihaknya berupaya memperbanyak pasokan film produksi dalam negeri.

Itu untuk menghindari persaingan langsung dengan jaringan 21 yang memiliki Omega selaku importir dan distributor film Amerika.

"Kami tetap yakin bisa mengakses film produksi Hollywood, tapi kami tidak bisa mengandalkan dari pasokan jaringan 21. Jadi kami butuh jaringan kami sendiri," ujarnya.

Grup Lippo rencananya membangun jaringan Cinemaxx di mal yang mereka miliki. Beberapa hak sewa bioskop 21 di mal Lippo sudah tak lagi diperpanjang. Konglomerasi ini hingga 2014 memiliki 40 pusat perbelanjaan di seluruh Tanah Air.

Masuknya Cinemaxx ke pasar eksbisi film membikin persaingan lebih ketat. Indonesia dengan penduduk terbanyak keempat sedunia cuma memiliki 800 layar bioskop secara nasional. Adanya bioskop Lippo itu akan langsung menambah 20 persen jumlah layar di Indonesia.

Perusahaan yang terlibat di bisnis eksibisi film selama 10 tahun ini cuma dua, yakni 21 Cineplex selaku penguasa pasar dengan 600 layar. Disusul Grup Blitzmegaplex yang mencoba mengejar pesaingnya lewat pencatatan saham perdana di bursa tiga bulan lalu.

Tahun lalu, jaringan bioskop Korea Selatan CJ-CGV kabarnya tertarik masuk ke Tanah Air. Konsorsium Negeri Ginseng ini ingin mengambil alih saham Blitzmegaplex yang dikuasai PT Graha Layar Prima.

Akan tetapi, Daftar Negatif Investasi masih melarang bisnis bioskop dibuka untuk pemodal asing. Alhasil niatan itu urung dilaksanakan.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, untuk subsektor film, video, dan fotografi di Indonesia menghasilkan Rp 8,4 triliun pada 2013. Belum terbukanya data pengelola bioskop membuat jumlah penonton film riil dan pertumbuhannya di Tanah Air tidak tersedia secara komprehensif.

http://www.merdeka.com/uang/lippo-bi...dan-blitz.html

jadi 3 ganemoticon-Cendol (S)
0
3.8K
23
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan