Agan boleh bilang ARB ini cari aman dan lebih milih koalisi dengan Gerindra karena dikasih posisi disana, tapi gan kalo dilihat lagi kita juga bisa bilang ARB ini punya jiwa besar dengan berani mengalah merelakan posisi capres dan cawapres pada Prabowo dan Hatta, ya gak? jangan mikir negatif dulu gan bahkan pengamat yang udah sekolah di luar negeri aja ngerti kalo ARB punya jiwa besar dengan memilih partai yang perolehan suaranya lebih kecil untuk berkoalisi. Agan boleh berpendapat negatif tentang ARB, tapi ini negara demokrasi gan, tiap orang bebas menyampaikan pendapatnya. Kalo agan liat dari kacamata negatif agan, kalo ane sih lebih milih liat dari kacamata orang pinter
Quote:
Gabung ke Gerindra, ARB Berjiwa Negarawan
JAKARTA- Bergabungnya Partai Golkar ke poros Gerindra untuk mendukung kemenangan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, tidak lain karena jiwa besar dan sikap kenegarawanan yang diperlihatkan Ketua umum Golkar Aburizal Bakrie atau ARB.
"ARB melihat kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadinya. Dia rela melepas posisi capres dan cawapres yang dimandatkan Golkar dan mendukung Prabowo-Hatta," tegas pengamat politik dari Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, Jakarta, Senin (18/5/2014).
Herdi menambahkan, bukti jiwa besar dan sikap kenegarawanan ARB, karena partai yang dipimpinnya yakni Golkar adalah pemenang pemilu kedua di bawah PDIP, tetapi malah mau mendukung tokoh dari partai yang lebih kecil perolehan suaranya dalam pemilu.
"Jadi, ARB juga tokoh Golkar lain seperti Akbar Tandjung, telah melihat dinamika dan kehendak rakyat yabg nenginginkan ada pemimpin yang tegas dan mampu, dan itu ada pada Prabowo-Hatta," tegasnya.
Pria yang pernah menjadi Peneliti Departemen Politik, Unviersitas California, Barkeley, Amerika Serikat ini mengaku, keputusan ARB mendukung Prabowo-Hatta bukan saja tepat, tetapi menambah elektabilitas pasangan tersebut.
"Saya yakin bahwa dengan dukungan penuh Golkar, ARB dan tokoh-tokoh senior Golkar seperti Ketua Dewan Pertibangan Akbar Tandjung, maka potensi kemenangan Prabowo-Hatta makin tinggi," paparnya.
Dia juga membandingkan, ARB dan Jusuf Kalla. Menurut Herdi, JK masih berambisi jadi cawapres, meski sudah kalah dalam pilpres 2009 dan pernah jadi Wakik Presiden yang kontroversial. "Salut untuk ARB dan Golkar," tuntas Herdi.
Quote:
Dukung Prabowo-Hatta, Ical Dinilai Berjiwa Besar
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pengamat politik dari Universitas Paramadina Jakarta Doktor Herdi Sahrasad mengemukakan bergabungnya Partai Golkar dalam koalisi pimpinan Gerindra untuk mendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa karena adanya jiwa besar dan sikap kenegarawanan Ketua umum Golkar Aburizal Bakrie.
"Aburizal Bakrie (ARB) melihat kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadinya. ARB rela melepas posisi capres dan cawapres yang dimandatkan Rapimnas Golkar dan mendukung Prabowo-Hatta," katanya kepada pers di Jakarta, Senin, menanggapi deklarasi dukungan Golkar kepada Prabowo-Hatta.
Herdi mengatakan bahwa bukti jiwa besar dan sikap kenegarawanan ARB karena partai yang dipimpinnya adalah pemenang urutan kedua Pemilu 2014 di bawah PDIP. Akan tetapi, mau mendukung tokoh dari partai yang lebih kecil perolehan suaranya.
"ARB dan juga tokoh Golkar lain, seperti Akbar Tandjung, telah melihat dinamika dan kehendak rakyat yang menginginkan ada pemimpin yang tegas dan mampu. Dan, itu ada pada Prabowo-Hatta," katanya.
Herdi yang pernah menjadi peneliti di Departemen Politik, Unviersitas California, Barkeley, AS ini mengatakan bahwa keputusan ARB mendukung Prabowo-Hatta bukan saja tepat, melainkan juga menambah elektabilitas pasangan tersebut.
"Saya yakin bahwa dengan dukungan penuh Golkar, ARB, dan tokoh-tokoh senior Golkar, seperti Ketua Dewan Pertimbangan Akbar Tandjung, potensi kemenangan Prabowo-Hatta makin tinggi," ujar Herdi.
Dosen ilmu politik yang sering tampil di forum internasional ini membandingkan ARB dan Jusuf Kalla atau JK. Menurut Herdi, JK masih berambisi jadi cawapres meski sudah kalah dalam Pilpres 2009 dan pernah jadi wapres. "Salut untuk ARB dan Golkar," kata Herdi yang cukup lama jadi peneliti di Monash University, Australia.