- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Miris] kampanye segitu mahalnya bisa, dana buat riset gak bisa


TS
radyonov
[Miris] kampanye segitu mahalnya bisa, dana buat riset gak bisa
Quote:
background songnya gan

miris gan liat perkembangan iptek di indonesia
pada kekurangan dana, sedangkan disisi lain parpol malah berfoya-foya menghabiskan dana buat pemilu

Spoiler for dana kampanye:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berikut ROL laporkan mengenai rincian total laporan awal dan kampanye 12 partai peserta pemilu 2014 hingga Ahad (2/3).
1. Partai Nasdem
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 41.186.935.500
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 97.790.669.354
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 138.977.622.854
2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 54.204.938.236,11
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 15.5 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 69.704.938.236
3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 32.481.388.425,90
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 50 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 82.481.388.425,90
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 130.842.436.120
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 90 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 220.842.436.120
5. Partai Golkar
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 75.037.763.861
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 99 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 174.037.763.861
6. Partai Gerindra
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 184.580.579.070
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 122 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 306.580.579.070
7. Partai Demokrat
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 139.091.134.444
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 129 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 268.091.134.444
8. Partai Amanat Nasional (PAN)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 86.342.968.557
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 170 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 256.342.968.557
9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 45.058.531.231
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 51.712.646.787
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 96.771.178.018
10. Partai Hanura
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 136.372.137.926
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 104.7 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 241.072.137.926
11. Partai Bulan Bintang (PBB)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 29.107.872.785
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 18.3 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 47.407.872.785
12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 19.682.719.813
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 16.7 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 36.382.719.813.
1. Partai Nasdem
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 41.186.935.500
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 97.790.669.354
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 138.977.622.854
2. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 54.204.938.236,11
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 15.5 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 69.704.938.236
3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 32.481.388.425,90
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 50 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 82.481.388.425,90
4. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 130.842.436.120
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 90 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 220.842.436.120
5. Partai Golkar
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 75.037.763.861
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 99 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 174.037.763.861
6. Partai Gerindra
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 184.580.579.070
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 122 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 306.580.579.070
7. Partai Demokrat
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 139.091.134.444
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 129 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 268.091.134.444
8. Partai Amanat Nasional (PAN)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 86.342.968.557
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 170 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 256.342.968.557
9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 45.058.531.231
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 51.712.646.787
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 96.771.178.018
10. Partai Hanura
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 136.372.137.926
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 104.7 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 241.072.137.926
11. Partai Bulan Bintang (PBB)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 29.107.872.785
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 18.3 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 47.407.872.785
12. Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
Laporan Sumbangan Periode Pertama : Rp 19.682.719.813
Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 16.7 Miliar
Total Laporan Awal Dana Kampanye : Rp 36.382.719.813.
ini yang buat miris gan, peneliti kekurangan dana

Spoiler for :
VIVAnews - Ketua Tim Peneliti Pusat Arkeologi Nasional (Arkenas) Priyatno Hadi mengatakan penemuan kapal selam tentara Nazi era Hitler di perairan Karimun Jawa, Jepara Jawa Tengah, patut disyukuri. Hal itu membuktikan kemampuan peneliti Indonesia di mata internasional.
"Selama ini hanya peneliti asing yang sering mencuat. (Temuan) ini menjadi bukti bahwa peneliti kita sebenarnya juga mampu," ujar Priyatno kepada VIVAnews, Rabu 20 November 2013.
Pembuktian itu makin penting dalam kondisi penelitian RI yang masih terbatas dalam hal anggaran. Priyatno mengatakan, kemungkinan studi lebih dalam kapal selam Hilter itu baru bisa dilakukan pada tahun 2015.
"Riset kami sangat tergantung dengan APBN. Untuk 2014, anggaran kami belum siap untuk mendalami riset ini," jelas Priyatno. Namun, dia belum bisa menyebut berapa perkiraan anggaran yang terpakai untuk mempelajari kapal selam Jerman itu.
Menurutnya, temuan ini juga menjadi momentum bagi Pusat Arkenas untuk mengambil alih penelitian arkeologi bawah laut. Karena sejak hampir tiga dekade riset arkeologi laut di bawah kendali Direktorat Peninggalan Bawah Laut Kementerian Keluatan.
"Dulu, riset seperti ini dipegang Arkenas. Tapi, pada tahun 1986 diambil alih institusi lain. Nah, yang penting saat ini pusat Arkenas punya tugas baru, yaitu menangani arkeologi bawah laut," kata dia.
Ia menceritakan penghentian penelitian arkeologi bawah laut oleh Arkenas disebabkan raibnya tim peneliti Arkenas saat melaksanakan riset. "Peneliti kami tak ditemukan saat meneliti di perairan Riau. Sejak 1986 makanya berhenti total," Priyatno mengisahkan.
Sebagaimana diketahui, peneliti Pusat Arkenas berhasil menemukan bangkai kapal selam U-Boat jenis U-168 beserta jasad awaknya. Kapal era Hilter itu berukuran panjang 76 meter dan garis tengah 4,9 meter. Saat ditemukan, kapal itu dalam kondisi rusak. (eh)
"Selama ini hanya peneliti asing yang sering mencuat. (Temuan) ini menjadi bukti bahwa peneliti kita sebenarnya juga mampu," ujar Priyatno kepada VIVAnews, Rabu 20 November 2013.
Pembuktian itu makin penting dalam kondisi penelitian RI yang masih terbatas dalam hal anggaran. Priyatno mengatakan, kemungkinan studi lebih dalam kapal selam Hilter itu baru bisa dilakukan pada tahun 2015.
"Riset kami sangat tergantung dengan APBN. Untuk 2014, anggaran kami belum siap untuk mendalami riset ini," jelas Priyatno. Namun, dia belum bisa menyebut berapa perkiraan anggaran yang terpakai untuk mempelajari kapal selam Jerman itu.
Menurutnya, temuan ini juga menjadi momentum bagi Pusat Arkenas untuk mengambil alih penelitian arkeologi bawah laut. Karena sejak hampir tiga dekade riset arkeologi laut di bawah kendali Direktorat Peninggalan Bawah Laut Kementerian Keluatan.
"Dulu, riset seperti ini dipegang Arkenas. Tapi, pada tahun 1986 diambil alih institusi lain. Nah, yang penting saat ini pusat Arkenas punya tugas baru, yaitu menangani arkeologi bawah laut," kata dia.
Ia menceritakan penghentian penelitian arkeologi bawah laut oleh Arkenas disebabkan raibnya tim peneliti Arkenas saat melaksanakan riset. "Peneliti kami tak ditemukan saat meneliti di perairan Riau. Sejak 1986 makanya berhenti total," Priyatno mengisahkan.
Sebagaimana diketahui, peneliti Pusat Arkenas berhasil menemukan bangkai kapal selam U-Boat jenis U-168 beserta jasad awaknya. Kapal era Hilter itu berukuran panjang 76 meter dan garis tengah 4,9 meter. Saat ditemukan, kapal itu dalam kondisi rusak. (eh)
Spoiler for :
BELAKANGAN ini bangsa ini disuguhi sejumlah terobosan mengagumkan dalam bidang teknologi pertahanan.
Terobosan dimaksud bukan sekadar pada belanja besar-besar alutsista canggih, melainkan juga kemampuan anak bangsa untuk merekayasa dan membuat sejumlah alutsista guna mendorong percepatan pemenuhan minimumessential force (MEF). Salah satunya ditunjukkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Nama lembaga satu ini memang tidak begitu terkenal dibandingkan nama-nama BUMNIS seperti PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, PT PAL, atau perusahaan swasta nasional yang kiprahnya dalam industri pertahanan sudah tidak diragukan lagi seperti PT Palindo Shipyard Batam dan PT Lundin di Banyuwangi.
Tapi jika ditelusuri, karya Lapan sebenarnya tidak kalah gahar dibandingkan nama-nama tenar di atas. Kabar terbaru yang disuguhkan, lembaga tersebut Maret ini menguji coba roket canggih yang mempunyai jarak tembak hingga 100 kilometer (RX-420).
Program yang digarap bareng PT DI dan Bahana tersebut merupakan pengembangan dari R-Han 122 yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak Hari Teknologi Nasional, Agustus 2013 lalu.
Di luar roket untuk membawa satelit luar angkasa untuk membawa satelit nasional, Lapan diam-diam bersama TNI AU dan PT Dahana juga tengah menggarap rudal penangkis serangan udara (PSU) untuk jarak menengah. Jika program terwujud, PSU akan bernilai strategis untuk mendukung Sistem Pertahanan Udara Nasional (Sishanudnas), demi menanggulangi ancaman udara, terutama untuk melindungi objek vital, baik dari ancaman pesawat tempur maupun rudal.
Sejauh ini, TNI hanya dilengkapi PSU jarak pendek seperti Oerlikon, Starstreak, VL Mica, Grom, maupun TD 2000 yang jarak tembaknya antara 5–7 km. Sedangkan untuk jarak menengah, seperti HQ-16 dan BUK-M2E, baru tahap wacana. Apalagi untuk jarak jauhnya.
Selain alutsista, Lapan ternyata sudah banyak meluncurkan karya seperti Lapan Surveillance Aircraft (PK-LSA01) yang beberapa waktu diluncurkan, pesawat tanpa awak (Lapan Surveillance UAV-LSU), Satelit LAPAN A1 (LAPAN TUBSAT yang dilanjutkan dengan Satelit LAPAN A2,Satellite Early Warning System (Sadewa).
Bahkan, Lapan juga berperan penting dalam pengembangan N219, yang rencananya akan dilanjutkan dengan program N245 dan N270. Dengan melihat begitu strategisnya posisi Lapan, semestinya bangsa ini memberikan perhatian lebih bangsa tersebut.
Perhatian dibutuhkan karena faktanya sejauh ini dukungan pendanaan, khususnya untuk riset, sangatlah minim. Misalnya untuk alokasi pengembangan roket, Lapan mendapat anggaran Rp10,5 miliar (2011-2012), Rp11 miliar (2013-2014), dan Rp42 miliar (2014- 2015).
Lapan memang juga mendapat suntikan dana dari sumber lain, misalnya dari TNI AD yang mengalokasikan anggaran Rp3,5 miliar. Alokasi dana pengembangan roket memang menunjukkan peningkatan. Tetapi secara teoretis, untuk dana research and development yang melibatkan inovasi dan material sangatlah membutuhkan keleluasaan dana.
Kecilnya anggaran tersebut tentu sangat ironis bila dibandingkan dengan alokasi anggaran yang sifatnya hura-hura, seperti dana kunjungan kerja dan kegiatan tetek bengek yang dilakukan eksekutif maupun legislatif.
Mempertimbangkan posisi strategis, karya nyata yang ditunjukkan, serta perkembangan lingkungan dunia, semestinya pemerintah memahami bahwa Lapan tidak bisa diperlakukan biasa. Lapan harus dijadikan center of excellence, termasuk untuk mendukung kemandirian alutsista sebagai salah satu elemen penting national power. Harapan ini tidak akan tercapai secara maksimal jika anggaran yang diberikan jauh dari memadai.
Terobosan dimaksud bukan sekadar pada belanja besar-besar alutsista canggih, melainkan juga kemampuan anak bangsa untuk merekayasa dan membuat sejumlah alutsista guna mendorong percepatan pemenuhan minimumessential force (MEF). Salah satunya ditunjukkan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).
Nama lembaga satu ini memang tidak begitu terkenal dibandingkan nama-nama BUMNIS seperti PT Dirgantara Indonesia (DI), PT Pindad, PT PAL, atau perusahaan swasta nasional yang kiprahnya dalam industri pertahanan sudah tidak diragukan lagi seperti PT Palindo Shipyard Batam dan PT Lundin di Banyuwangi.
Tapi jika ditelusuri, karya Lapan sebenarnya tidak kalah gahar dibandingkan nama-nama tenar di atas. Kabar terbaru yang disuguhkan, lembaga tersebut Maret ini menguji coba roket canggih yang mempunyai jarak tembak hingga 100 kilometer (RX-420).
Program yang digarap bareng PT DI dan Bahana tersebut merupakan pengembangan dari R-Han 122 yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada puncak Hari Teknologi Nasional, Agustus 2013 lalu.
Di luar roket untuk membawa satelit luar angkasa untuk membawa satelit nasional, Lapan diam-diam bersama TNI AU dan PT Dahana juga tengah menggarap rudal penangkis serangan udara (PSU) untuk jarak menengah. Jika program terwujud, PSU akan bernilai strategis untuk mendukung Sistem Pertahanan Udara Nasional (Sishanudnas), demi menanggulangi ancaman udara, terutama untuk melindungi objek vital, baik dari ancaman pesawat tempur maupun rudal.
Sejauh ini, TNI hanya dilengkapi PSU jarak pendek seperti Oerlikon, Starstreak, VL Mica, Grom, maupun TD 2000 yang jarak tembaknya antara 5–7 km. Sedangkan untuk jarak menengah, seperti HQ-16 dan BUK-M2E, baru tahap wacana. Apalagi untuk jarak jauhnya.
Selain alutsista, Lapan ternyata sudah banyak meluncurkan karya seperti Lapan Surveillance Aircraft (PK-LSA01) yang beberapa waktu diluncurkan, pesawat tanpa awak (Lapan Surveillance UAV-LSU), Satelit LAPAN A1 (LAPAN TUBSAT yang dilanjutkan dengan Satelit LAPAN A2,Satellite Early Warning System (Sadewa).
Bahkan, Lapan juga berperan penting dalam pengembangan N219, yang rencananya akan dilanjutkan dengan program N245 dan N270. Dengan melihat begitu strategisnya posisi Lapan, semestinya bangsa ini memberikan perhatian lebih bangsa tersebut.
Perhatian dibutuhkan karena faktanya sejauh ini dukungan pendanaan, khususnya untuk riset, sangatlah minim. Misalnya untuk alokasi pengembangan roket, Lapan mendapat anggaran Rp10,5 miliar (2011-2012), Rp11 miliar (2013-2014), dan Rp42 miliar (2014- 2015).
Lapan memang juga mendapat suntikan dana dari sumber lain, misalnya dari TNI AD yang mengalokasikan anggaran Rp3,5 miliar. Alokasi dana pengembangan roket memang menunjukkan peningkatan. Tetapi secara teoretis, untuk dana research and development yang melibatkan inovasi dan material sangatlah membutuhkan keleluasaan dana.
Kecilnya anggaran tersebut tentu sangat ironis bila dibandingkan dengan alokasi anggaran yang sifatnya hura-hura, seperti dana kunjungan kerja dan kegiatan tetek bengek yang dilakukan eksekutif maupun legislatif.
Mempertimbangkan posisi strategis, karya nyata yang ditunjukkan, serta perkembangan lingkungan dunia, semestinya pemerintah memahami bahwa Lapan tidak bisa diperlakukan biasa. Lapan harus dijadikan center of excellence, termasuk untuk mendukung kemandirian alutsista sebagai salah satu elemen penting national power. Harapan ini tidak akan tercapai secara maksimal jika anggaran yang diberikan jauh dari memadai.
Spoiler for :
Bogor - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil membuat satelit pemantau dan radio pertama yang memiliki orbit ekuatorial dan buatan anak bangsa. Pembuatan dan pengembangan satelit ini menghabiskan biaya sebesar Rp 35 Miliar, belum termasuk dana peluncurannya di India.
"Kurang lebih ini total cost sekitar Rp 35 Milyar," kata Kepala Pusat Tenkologi Satelit, Suhermanto, di Jalan Cagak Satelit KM 04 Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8/2012).
Satelit mikro miliaran rupiah tersebut dinilai mampu mendukung komunikasi dalam kondisi bencana, selain memantau pelayaran di Indonesia. Komunikasi radio tersebut melalui frekuensi radio amatir, dan bisa digunakan instansi siaga bencana.
"Satelit ini bisa sebagai back-up komunikasi kalau ada disaster. Nanti pemanfaatannya melalui koordinasi Lapan karena ada prosedur tertentu untuk bisa kontak dengan satelit. Jika ada disaster, SAR bisa mendapatkan jalur komunikasi alternatif menggunakan radio amatir berkat satelit tersebut," ujar Suhermanto.
Suhermanto menjelaskan alasan dikembangkannya satelit pemantau Lapan A2 yang memiliki bobot 75 kilogram tersebut karena kebutuhan nasional. Walau pendanaan masih menjadi tanggungjawab pemerintah, Suhermanto mengaku banyak pihak swasta yang tertarik dengan pengembangan satelit tersebut.
"Kebutuhan nasional saat ini adalah satelit komunikasi dan demosentris, atas dasar itulah muncul satelit ini. Terkait pendanaan itu baru ditahap pemerintah, sedangkan swasta sudah sangat tertarik. Terkait Lapan A2, ada user yang sangat berminat, karena orbitnya ekuatorial," ucap Suhermanto.
Lapan dan Pusat Teknologi Satelit menyebutkan Lapan A2 sebagai satelit buatan Indonesia 100 persen. Satelit ini mampu memantau pelayaran di Indonesia dengan melintas sebanyak 14 kali sehari di atas Zamrud Khatulistiwa.
"Kurang lebih ini total cost sekitar Rp 35 Milyar," kata Kepala Pusat Tenkologi Satelit, Suhermanto, di Jalan Cagak Satelit KM 04 Rancabungur, Bogor, Jawa Barat, Jumat (31/8/2012).
Satelit mikro miliaran rupiah tersebut dinilai mampu mendukung komunikasi dalam kondisi bencana, selain memantau pelayaran di Indonesia. Komunikasi radio tersebut melalui frekuensi radio amatir, dan bisa digunakan instansi siaga bencana.
"Satelit ini bisa sebagai back-up komunikasi kalau ada disaster. Nanti pemanfaatannya melalui koordinasi Lapan karena ada prosedur tertentu untuk bisa kontak dengan satelit. Jika ada disaster, SAR bisa mendapatkan jalur komunikasi alternatif menggunakan radio amatir berkat satelit tersebut," ujar Suhermanto.
Suhermanto menjelaskan alasan dikembangkannya satelit pemantau Lapan A2 yang memiliki bobot 75 kilogram tersebut karena kebutuhan nasional. Walau pendanaan masih menjadi tanggungjawab pemerintah, Suhermanto mengaku banyak pihak swasta yang tertarik dengan pengembangan satelit tersebut.
"Kebutuhan nasional saat ini adalah satelit komunikasi dan demosentris, atas dasar itulah muncul satelit ini. Terkait pendanaan itu baru ditahap pemerintah, sedangkan swasta sudah sangat tertarik. Terkait Lapan A2, ada user yang sangat berminat, karena orbitnya ekuatorial," ucap Suhermanto.
Lapan dan Pusat Teknologi Satelit menyebutkan Lapan A2 sebagai satelit buatan Indonesia 100 persen. Satelit ini mampu memantau pelayaran di Indonesia dengan melintas sebanyak 14 kali sehari di atas Zamrud Khatulistiwa.
memang partai itu mirip-mirip bank gan, duitnya banyak, cuma gak ada depositonya gan

bedanya juga kalo mau riset asal menjanjikan bisa pinjem kebank, tapi ke partai gak bisa

mirisnya investor swasta lebih tertarik berinvestasi di sektor pemerintahan, ngasih dana kampanye biar nanti kalo udah jadi kebagian proyek

memang ane masih bingung gan tentang alokasi dana ristek ini, jatohnya kemana ya ?
walapun begitu, dana ristek indonesia masih terlalu kecil
sakit gan, sakit

yaudah gan, daripada berkepanjangan ane ada rencana out nih beberapa tahun ke depan, jadi kalo ente mau bilang "kenapa ente gak keluar negeri aja" ane udah jawab nih
sumber :
sumber
sumber
sumber
sumber
Diubah oleh radyonov 19-05-2014 20:44
0
5.1K
Kutip
79
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan