choyukidesuAvatar border
TS
choyukidesu
[Cerpen] I Love You Like You Love Her
emoticon-Kiss

“Siapa lagi?” Gadis itutertunduk sembari mengamati selembar foto seorang gadis belia yang sedangtersenyum manis di genggaman tangannya.

“Akito. Dia cantikbukan? Aku pikir, aku mulai suka kepadanya.”

Raut wajah gadis disampingnya mendadak lesu, kepalanya semakin tertunduk, membuat rambutpanjangnya semakin menutupi sirat wajahnya. Entahlah, ekspresi apa yang iasembunyikan saat itu.

“Mikako?” Panggilnyapelan, mungkin cemas karena Mikako tak merespon kalimat yang dia katakan barusaja.

Untuk pertama kalinyadia mendongakkan wajahnya ke arah teman laki – lakinya tersebut. Sungguh jelastersirat ekspresi semu yang sulit untuk dilukiskan, seolah – olah hanya diasaja yang mengetahui ekspresi sebenarnya di balik wajah itu.

“Cantik sekali.”Ujarnya lirih hingga nyaris tak terdengar.

“Benarkah? Mikako, ” Tangannyamemegang kedua pundak kecil Mikako. Memutar tubuh Mikako dan membuat kedua matamereka saling bertatapan.

“Aku ingin mengutarakanperasaanku kepadanya. Menurutmu?”

Tak ada keterkejutanyang berarti pada diri Mikako, tidak seperti saat dia mendengar bahwa Miuramenyukai gadis itu. Tetapi, mengijinkan Miura mengutarakan perasaannya membuatMikako lebih menderita. Itu berarti dia harus melepas sahabat kecilnya itu?Tiba-tiba sebuah senyuman menghiasi wajah Mikako. Lagi – lagi hanya sebuah senyumansemu.

“Miura sudah dewasasekarang.”

“Eh? Apa maksudmu?”Ujarnya heran.

“Iya. Kamu sudah bisamenyukai seorang wanita sekarang. Dulu saja, aku mengenal Miura hanya sebatasanak kecil yang lugu dan polos, tapi sekarang? Lihatlah!”

“Kau berniatmengejekku?” Sontak Miura mengacak – acak rambut Mikako, menyalurkan perasaanmalunya.

“Sedikit berniatseperti itu. Miura,” Kini tangan Mikako yang meraih pundak Miura dan menatapnyalekat.

“Utarakan perasaanmu,jika itu yang kamu inginkan. Tapi, aku harap dia benar – benar pilihan hatimu,wanita yang benar – benar dapat menerima kau apa adanya.” Ujar Mikako tersenyum.Begitupun dengan Miura, ekspresinya menggambarkan kepuasan yang nyata.

Miura memeluk tubuhkecil sahabatnya tersebut. Hanya di balik pundak Miuralah, Mikako bisa menjadidirinya saat itu, tanpa sedikitpun kepura – puraan. Sebenarnya dari lubuk hatiyang terdalam, dia ingin mencegah Miura, melarangnya mendekati gadis lainselain dia.

Karena aku takutkehilangan Miura, Kehilangan hangatnya kebersamaan dengannya.

---

From: Miura
To: Mikako
Mikako,berkat doamu, sekarang Akito sudah resmi jadi pacarku, Yee. Thanks ya J
Mikako sudah menebakhal ini sebelumnya. Seorang Akito tidak mungkin menolak ungkapan cinta dariseorang Miura, laki – laki tampan yang sangat terkenal di sekolah.Kelebihan-kelebihan sudah jelas menghiasi raganya, prestasi di bidang akademikmaupun non akademik, sudah berhasil diraihnya. Namun tidak selalu nasib baikmenimpa Miura. Sebenarnya Akito bukan orang pertama yang ia sukai, tapi karenagadis idamannya dulu bukan pribadi yang baik bagi Miura, mereka tidak dapatmempertahankan hubungan itu lebih lama lagi. Gadis itu hanya ingin memanfaatkankepopulerannya saja tanpa tulus mencintai Miura. Ia harap Akito tidak sepertigadis itu. Mikako tidak akan tega melihat Miura tersakiti lagi untuk keduakalinya.

Dengan amat terpaksa,jari – jari Mikako bergerak bergantian menekan tombol handphone miliknya,berniat untuk membalas pesan pendek dari sahabatnya itu.

From: Mikako
To: Miura
Selamatya. Aku ikut senang emoticon-Big Grin

“Huuhh.” Keluhan kecil namuncukup menyakitkan itu keluar dari mulut Mikako, direbahkan tubuhnya di atastempat tidur satu – satunya yang berada dikamar itu. Pikirannya melayang – layang tak karuan.

“Aargghhh.” Ia menjeritdengan kerasnya sembari meremas rambutnya kencang. Entah apa yang ada dipikirannya. Dia hanya ingin berteriak, berusaha mengeluarkan beban terberatnyasaat itu.

Tanpa sengaja, bolamatanya menangkap sebuah bingkai yang tergeletak di atas meja belajarnya.Seketika itu pula, diraih bingkai tersebut, sebulir air mata jatuh tepat ketikaia melihat dua orang anak kecil terpampang pada bingkai tersebut. Memori dalam otaknyamemutar kembali kenangan indah bertahun – tahun yang lalu. Dua wajah polos anakkecil yang terlihat sangat gembira, tanpa tekanan dan tanpa beban yangtersembunyi sedikitpun.

Ya benar. Itu Miura danMikako, ketika status sahabat – sahabat kecil itu masih melekat erat pada dirimereka bahkan hingga sekarang. Kebersamaan yang sama sekali tak dapat dihitungsebentar itulah yang membuat Mikako sangat menyayangi Miura bahkan lebih dariseorang sahabat.

Kring. . .

Suara getar handphonemembuyarkan lamunan Mikako, pikirannya teralihkan kepada siapa pengirim pesansingkat ke handphonenya tersebut. Miura? Lagi? Mikako tidak mengira bahwapengirimnya adalah orang yang sama, dia mengira bahwa Miura akan mengalihkansegala perhatiannya kepada Akito, pacar barunya. Ternyata dia salah, Miuramasih mengingat Mikako. Itulah alasan kedua mengapa Mikako sangatmenyayanginya, karena kesetiaannya yang benar-benar tulus kepada orang lain.

From: Miura
To: Mikako
Mikako,bisa menemaniku ke supermarket lusa?

Tanpa menunggu banyakwaktu, Mikako segera mengirimkan balasankepadanya, memutuskan untuk menyetujui ajakan Miura. Selama ini, Mikako lebihmementingkan kepentingan Miura, walaupun ada agenda paling daruratpun. Hanyasatu alasan, karena dia tidak ingin mengecewakan seorang sahabat.

---

Tap . . . Tap . . . tap

Derap kaki terdengar susulmenyusul di sebuah area Sekolah Menengah Atas. Tak terkecuali dengan Mikako,seperti biasa dia berjalan sendirian, sedikit menundukkan wajahnya, bukankarena takut akan tersandung tapi memang karakternya yang cukup misterius ini.Mikako bukanlah siswi terkenal di sekolahnya, bahkan jika saja dia tidak dekatdengan Miura, mungkin keberadaannya tidak banyak diketahui oleh siswa lain.
“Mikako.” Teriakanseorang pemuda terdengar dari arah belakang. Suara yang tak asing bagi Mikakoitu membuatnya menghentikan langkah kakinya dan menolehkan wajahnya kebelakang.

Benar saja. Miurabersama seorang gadis. Siapa lagi kalau bukan Akito. Mereka terlihat sangatserasi, Miura yang tampan dan mempesona berjalan berdampingan bersama seorang gadisnan cantik lagi anggun. Seketika pula sebuah angan – angan muncul di benakMikako, andai saja posisi Akito digantikan olehnya, pasti Mikako merasa amatsenang. Tapi rasanya mustahil sekali, ketika mengetahui fakta seorang Mikakoyang sangat bertolak belakang dengan gambaran sosok Miura. Mereka mempercepatlangkah mereka menghampiri Mikako, bahkan ia tak sadar bahwa pasangan itu telahberhadapan dengannya.

“Mikako? Kau melamunlagi?” Ucap Miura sembari melambaikan tangannya di depan muka Mikako.

“Oh, tidak.” JawabMikako bohong.

“Oh ya, ini Akito.”Miura memperkenalkan pacar barunya itu sekarang. Akito mengulurkan tangannya kearah Mikako yang kemudian menyambutnya ramah.

“Hai, Mikako.” UjarMikako memperkenalkan diri.

“Akito.” Ucap Akitotersenyum manis. Bahkan senyuman Akito mampu memluluhkan hati Mikako sebagaiseorang wanita, apalagi ketika Miura melihatnya. Tidak heran jika Miura bisamenyukai gadis ini.

“Ayo, kita jalanbersama.” Ajak Miura yang kemudian menggandeng Akito, disusul Mikako walau agaktertinggal sedikit.

Dalam setiap langkahkakinya kini, Mikako hanya bisa menatap sendu pasangan itu, Akito dan Mikako.Di lain sisi, matanya memancarkan cahaya kepedihan yang sangat jelas tertahan.

----

Untuk kesekian kalinyaMikako melirik benda bulat yang melingkari pergelangan tangannya itu. Ketidaksabarannya muncul kembali ketika ia menoleh ke belakang namun lagi-lagi orangyang ia tunggu saat itu belum juga datang.

“Mikako.” Suara yangbenar – benar ditunggunya saat itu akhirnya datang juga, ia menolehkankepalanya ke belakang dan benar saja orang itu adalah Miura.

“Maaf membuatmumenunggu.” Ujar Miura sedikit tergagap sembari memegangi lututnya karena kelelahanakibat berlarian.

“Tidak apa – apa.Bukankah kau sudah sering terlambat.” Ujar Mikako sedikit kecewa akibat terlalulama menunggu. Mereka terdiam sejenak hingga akhirnya Mikako bertanya lagi.

“Jadi, kita maungapain?” Sambungnya lagi.

“Aku ingin mengajakmumembelikan hadiah buat Akito. Mau kan?”

Mikako terdiam.Perasaan – perasaan tidak suka mulai muncul kembali dalam benak Mikako, apakahia harus berkecimpung dalam semua hal yang menyangkut Akito. Kenapa harusdengannya? Bahkan pernah terpikir oleh Mikako lebih baik ia tak bersama Miuralagi jika dia masih bersama Akito.

“Mikako? Kau tidak mauya?” Sirat wajah Miura berubah lesu, ia pikir Mikako akan menolak permintaannyaini.

“Baiklah.” Jawab Mikako mengejutkan Miura. Refleks Miuratersenyum menyambut respon yang diharapkannya tersebut.

Mereka segera berjalanbersama untuk pergi ke Mall. Tak banyak kalimat yang terlontar untuk mengisipercakapan mereka dalam perjalanan yang lumayan lama itu. Mungkin Mikakkoataupun Miura sudah merasa bosan. Tapi sebenarnya Mikakolah yang menyebabkanini semua, sepertinya rasa ketidakikhlasan masih berada pada diri Mikako, namunia terpaksa menutupinya lagi dan lagidengan alasan bahwa Mikako sangatmenyayangi miura.

Tak terasa langkahmereka sudah memasuki area Mall, dengan ekspresi ceria seperti biasanya, iamengajak Mikako untuk berjalan lebih cepat memasuki gedung Mall yang tergolongmewah tersebut. Sepertinya ia sudah tidak sabar untuk membelikan hadiah untukAkito.

Setelah mereka benar –benar berada di dalam Mall, Miura sibuk mencari sesuatu yang ia butuhkan saatitu, hingga kedua matanya menangkap sebuah tempat yang dipenuhi kilauanaksesoris di sana. Segera ia melangkahkan kakinya ke sana, Mikako hanya mengikutinyadari belakang.

“Menurutmu, aku harusmemberinya kalung atau cincin?” Tanya Miura, tangannya masih sibuk memilihaksesoris yang cocok untuk Akito.

“Kalung saja.” JawabMikako datar.

“Kenapa?”

“Kalau cincin takutnyakebesaran kalau enggak kekecilan. Emang kamu udah ukur keliling jarinya?”

“Ah benar. Tidak salahaku mengajakmu, Mikako. Kau berguna sekali.” Ujar Miura senang.

Mereka melihat beberapajenis kalung yang tergantung di sana. Tiba – tiba Mikako melihat sebuah kalungpermata dengan sebuah bintang kecil tergantung indah pada rantainya. Mikakomengambil kalung itu kemudian ia mengamatinya perlahan. Sepertinya iamenyukainya.

“Kau menyukai kalungitu?” Miura tiba – tiba mendatangi Mikako yang terlihat menaruh hati pada kalungyang ada di genggaman tangannya sekarang.

“Kalau iya, memangkenapa?”

“Aku ingin membelinya.Bolehkan?”

Mikako sedikit terkejutatas pernyataan dari Miura baru saja. Membelinya? Kenapa dia membeli kalungpilihan Mikako, bukannya dia ingin memberikannya untuk Akito?

“Untuk siapa?” TanyaMikako heran.

“Untuk Akito. Aku pikirsetiap wanita memiliki selera yang sama.”

Kekecewaan kinimenghampiri Mikako kembali. Dugaannya mengenai untuk siapa kalung itu akandiberikan ternyata salah besar. Dia pikir, Miura akan memberikan untuknya,ternyata tidak. Bagaimana mungkin dia bisa berpikir seperti itu? Bodoh sekali.

Mikako hanya bisamenahan perasaan sedih yang menghampiri hatinya. Dijulurkan tangannya ke arahMiura untuk memberikan kalung itu walau dengan berat hati.

“Terima kasih Mikako.”Ujarnya tersenyum sambil mencubit pipi Mikako.
“Lain kali pilih sajasendiri barang yang kamu beli. Jangan mengambil barang kesukaanku.” Ucap Miuracemberut.

“Itulah mengapa akumemintamu untuk menemaniku.” Lagi – lagi Miura tersenyum ke arahnya. Senyumanyang benar – benar menjengkelkan bagi Mikako.

Tak lama kemudian,Miura segera beranjak pergi menuju kasir untuk membayar barang yang telah iabeli tersebut. Untuk yang kesekian kalinya Mikako hanya dapat membuntutisahabatnya itu dari belakang.

---

“Miura? Sebenarnya kausuka wanita yang seperti apa?” Tiba – tiba Mikako bertanya di tengah perjalananmereka pulang dari Mall.

“Tipe ya? Emm,” Miuramendongakkan kepalanya ke atas untuk berpikir sejenak.

“Tidak muluk, aku hanyaingin dia menerimaku apa adanya dan setia bersamaku. Aku ingin wanita yangbenar – benar menyayangiku bukan karena materi atau kepopuleran semata.”

Pernyataan Miura barusaja membuat Mikako tertegun sejenak. Ia berkata dalam hati, apakah dia bukantermasuk apa yang sudah diutarakan Miura baru saja? Bukankah dia juga sudahbisa menyayangi Miura apa adanya bahkan lebih dari yang Miura bayangkan jikadia tahu bahwa di sini, ada seorang gadis bernama Mikako yang sungguh – sungguhmenyayanginya?

“Harus cantik ya?”Sambung Mikako masih penasaran.

“Tidak juga. Akumenilai wanita yang aku sukai jika aku merasa nyaman berada di sampingnya.”

Jadi, itu berartiselama ini Miura tidak nyaman bersama Mikako?

“Semua sudah beradapada diri Akito, benarkan?” Mikako bertanya lagi, penat di dadanya semakin takkuat menahan rasa sakit yang ia alami.

“Mungkin Iya.”

Kalimat singkat namunsangat terasa menyakitkan. Kalimat yang mampu membuat Mikako nyaris pingsan,jika saja ia tak memiliki kekuatan sedikitpun untuk menopang tubuhnya yanglemah itu, bukan karena ia menderita sakit fisik yang parah tapi karena perihdi dadanya sudah tak tertahankan lagi, perih yang melebihi rasa sakit apapunselama hidupnya.

Mereka berhenti disebuah pertigaan. Mereka harus berpisah kala itu, ya karena rumah mereka beradadi arah terpisah dari pertigaan tersebut.

“Mikako, terima kasihsudah menemaniku. Sampai jumpa.” Miura membelokkan langkah kakinya ke arahselatan lalu melambaikan tangannya ke arah Mikako.

Mikako tersenyummembalasnya. Senyuman yang tipis sekali, mungkin senyuman itu hanyalah sisa –sisa kebahagiannya kala itu. Mikako berjalan berkebalikan dengan Miura, iaberjalan ke arah utara untuk pulang ke rumah. Langkah kakinya sudah semakinberat untuk memaksanya berjalan lagi, rasanya dia ingin menjatuhkan badannyasejenak, mungkin karena kelelahan batin yang ia rasakan sudah mencapaipuncaknya.

Tiba – tiba langkahnyaterhenti ketika ia melewati sebuah area persawahan. Dilihatnya pasangan yangsedang berbincang – bincang mesra di seberang jalan tempat ia berdiri sekarang.Agak samar – samar memang, tapi Mikako merasa sangat mengenal mereka, terutamagadis itu. Dipastikannya pandangan matanya kepada dua sosok tersebut, hingga kterkejutanmuncul seketika saat Mikako sudah mengetahui bahwa gadis itu adalah Akito yangsedang bersama laki – laki lain, bukan Miura.

Dipastikannya sekalilagi dan ternyata ia tidak salah menduga lagi bahwa gadis itu adalah Akito.Mikako menghampiri mereka, seketika pasangan itu menoleh ke arah Mikako,terutama Akito yang tampak sangat terkejut melihat kedatangannya di sana.

“Mikako?”

“Akito, siapa dia?”Ujar Mikako menunjuk ke arah pemuda di depannya.

“Kamu? Kenapa ada disini?” Ujar Akito terlihat cemas.

“Bukan itu yang jadimasalah, tapi mengapa kamu bersama laki – laki ini?”

“Oh, dia.” Akitomendadak bingung hendak menjawab apa, ia merasa sangat tertekan saat itu.

“Dia pacarku.” Pemudadi sampingnya menjawab sembari merangkul pundak Akito, “Maaf kamu siapa?”

“Akito?” Ujar Mikakoterkejut tidak karuan.

“Aku bisa jelaskan.”Akito berusaha menenangkan Mikako yang sepertinya sudah terbakar emosi.

“Setega itukah kau kepadaMiura? Memang dia kurang apa buat kamu, dia sangat menyayangimu, Akito.” UjarMikako gamblang sembari menahan emosinya.

“Mikako, maafsebenarnya aku tidak tulus mencintainya, aku hanya ingin...”

“Ingin apa?” Mikakomembentak.

“Hanya inginmemanfaatkannya, memanfaatkan kepopulerannya agar aku bisa terkenal disekolah.” Akito menunduk.

“Kau licik Akito.”Tanpa berkata lagi, Mikako berlari menjauhi mereka. Kebencian kini mulaimerambahi sekujur tubuhnya. Dia tidak menyangka, ternyata di balik wajahmalaikat Akito, dia ternyata sama liciknya dengan wanita lain. Kini kegundahan melengkapiperasaan Mikako, saat ia harus berpikir bagaimana cara menceritakan hal inikepada Miura.

Akhirnya ia sampai didepan rumahnya. Secepat mungkin ia memasuki rumahnya tanpa mengucap salamterlebih dahulu. Ya, karena dia sendiri di rumah itu, ayah dan ibunya belumpulang bekerja. Mikako segera melepas sepatu dan tasnya, sekelumat pikirantentang Akito dan pacarnya masih bergemuruh di otaknya, rasanya pening sekali.Dia tidak bisa membayangkan jika Miura tahu mengenai hal ini.

Tiba – tiba suara belrumahnya membuyarkan kegelisahan Mikako saat itu. Rasanya dia hanya inginsendiri kala itu, kondisinya belum kembali normal pasca kejadian memuakkantadi. Dengan terpaksa, Mikako membuka pintu rumahnya untuk mencari tahu siapagerangan yang datang.

“Miura?”

“Hai!” Sapa Miura tersenyum.

“Kenapa tiba – tibadatang?” Tanya Mikako heran.

“Kenapa? Tidak boleh?Eh, aku boleh masuk tidak.”

Mikako terdiam, diamemegang dahinya bingung. Rasanya dia ingin kabur saat melihat Miura. Dia hanyatidak ingin Miura tersakiti saat Mikako menceritakan soal Akito. Karena Mikakotidak segera menjawab, Miurapun memasuki rumah tanpa pemberian ijin dari Mikakoterlebih dahulu.

“Ayah dan ibumukemana?”

“Oh, mereka belumpulang.”

“Wah, momen yangtepat.” Miura tersenyum kemudian duduk di sofa.

“Maksudmu?” Ujar Mikakoduduk di samping Miura.

“Tidak ada, hehehe.”

“Oh ya, Miura, apa kamusudah tahu mengenai Akito?” Suara Mikako terdengar berat.

“Kenapa?” Miuramemandangi Mikako ingin tahu.

Mikako menelan ludah,sepertinya dia tidak yakin jikalau ingin mengungkapkan hal ini secara mendadak kepadaMiura. Padahal mereka baru saja menjalin hubungan beberapa hari yang lalu. Bagaimanareaksi Miura nantinya? Tapi bagaimana lagi, Miura harus tahu.

“Soal Akito, apa kamu sudahtahu kalau dia, emm, dia punya pacar baru?” Mikako memejamkan matanya, rasanyadia tidak sanggup menerima reaksi dari Miura.

“Oh, sudah kok.” Jawabmiura santai.

“Loh? Kok kamu tidakkaget?” Mikako mendadak heran.

“Yah, awalnya sihmemang sangat menyakitkan. Bahkan ketika aku sudah mengetahui hal ini sebelumnya.Ya sudah, aku rela melepasnya daripada dia harus bersama orang yang tidak tulusdicintainya.” Ujarnya datar.

“Tapi kenapa kamu tidakcerita?”

“Aku hanya tidakpercaya saja, wajah polos Akito bahkan mampu menutupi karakternya yangsebenarnya. Sulit sekali menerima kenyataan ini, tapi semua itu memberikankupelajaran bahwa ketulusan seseorang tidak bisa dilihat langsung dari parasnya.Tapi, hati dan kebaikannya lah yang menentukan, aku pikir itu semua ada dikamu, Mikako.”

Mikako terdiam cukuplama. Dia tidak dapat berkata apa – apa saat mendapati sahabat karibnya itumemandangnya cukup lama. Apa dia salah dengar? Miura mengeluarkan sebuah kotakkecil berwarna merah dari dalam sakunya dan kemudian membukanya.

Kalung itu?

“Ini untukmu.”

“Untukku? Bukankah ituuntuk Akito.”

Miura memasangkankalung itu ke leher Mikako, “Tidak, aku berbohong kepadamu, ini untuk wanitaberhati tulus sepertimu.” Ujar Miura tersenyum, dipegangnya erat tangan Mikako.

“Aku sadar, selama iniaku tidak melihatmu yang sebenarnya sangat peduli terhadapku, sedangkan akusibuk mengamati wanita lain. Apa kamu mau jadi kekasihku, Mikako Tabe?”

Jantung Mikako serasaterhenti. Ia masih tidak percaya saat harus mengalami semua kejadian ini. Entahia harus merasa senang atau sedih, tapi dia baru menyadari jika harapannyauntuk bersama Miura akan terwujud.

“Miura?”

Miura masih memandangmata sipit Mikako tanpa berkedip. Cahaya harapan untuk bersamanya terlihat amatjelas. Akhirnya Mikako mengangguk, dipeluknya Miura erat. Kebahagiaan yangtidak tertandingi sebelumnya, perasaan sakit hati yang dialaminya sebelum inisudah lenyap tak berbekas lagi. Rasanya semua sudah terbayarkan saat mendapatifakta bahwa Miura sudah menjadi miliknya sekarang. Miura mencintai Mikako.

“Aku harap kau lah yangdapat mencintaiku dengan tulus.” Miura berbisik lirih di telinga Mikako.


TAMAT
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.5K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan