leylam4ajnun
TS
leylam4ajnun
Orang Bugis jadi Cawapres Dampingi Jokowi? Dua-duanya Tak Bagus untuk Si Jokowi
CAWAPRES JOKOWI:
Megawati Merenung Di Bali, Pilih JK atau Abraham Samad?
Jum'at, 09 Mei 2014, 12:06 WIB

Bisnis.com, DENPASAR - Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristianto mengatakan partainya akan mengumumkan kandidat calon wakil presiden (cawapres) pendamping Joko Widodo (Jokowi) antara 10 hingga 18 Mei.

"Nama-nama cawapres tersebut tidak jauh berbeda dengan nama yang disebutkan media selama ini," katanya di Denpasar, Jumat (9/5/2014).

Menurut dia, ada dua kandidat cawapres yang difavoritkan mendampingi Jokowi yakni Jusuf Kalla dan Abraham Samad. "Kita tunggu saja. Soal siapa yang dipilih tergantung pada Pak Jokowi dan Ibu Megawati," katanya.

Ketika di tanya tentang kedatangan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri ke Bali, Hasto mengatakan bahwa itu tidak ada kaitannya dengan urusan politik. "Urusan pribadi, tidak ada kaitannya dengan politik. Ibu ingin merenung di Bali. Beliau menganggap Bali adalah rumahnya kedua," katanya. Megawati Soekarnoputri tiba di Bali pada Kamis sore (8/5), disambut beberapa petinggi PDI-P a.l. Wakil Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara, Wakil Bupati Gianyar Made Mahayastra.
http://news.bisnis.com/read/20140509...-abraham-samad

Mubyl : Paloh Bilang, Cawapresnya Orang Bugis
Sat,03 May 2014 | 00:58

MAKASSAR, FAJAR -- Duet Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla sebagai capres-cawapres, hampir pasti. Pengurus beberapa partai di daerah mengaku sudah mendapat sinyal kepastian pasangan Jawa-luar Jawa ini.

Pertemuan Jokowi dan JK di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta juga disebut-sebut melahirkan kesepakatan tertentu. Kedua tokoh ini juga dinilai biasa membuat kesepatakan melalui pertemuan-pertemuan nonformal.

Ini juga tidak terlepas dari dukungan beberapa tokoh dari luar Sulsel yang menempatkan JK sebagai pasangan paling ideal Jokowi. Belum lagi, berdasar pada hasil survei, elektabilitas JK untuk menempati posisi teratas sebagai cawapres. Jauh mengungguli cawapres lainnya.
http://www.fajar.co.id/politik/3232553_5665.html



'Matahari Kembar' dan Kepentingan Bisnis Jadi Kekurangan Duet Jokowi-JK
Minggu, 04/05/2014 18:11 WIB

Jakarta - Direktur Riset Freedom Foundation, Mohamad Nabil, menyebut adanya kekurangan bila Joko Widodo berpasangan dengan Jusuf Kalla menghadapi Pilpres. Bila duet ini diresmikan, diyakini akan ada 'matahari kembar' lantaran keduanya memiliki gaya serupa.

Tak hanya itu, JK juga diprediksi akan lebih dominan dibanding Jokowi karena sudah senior dalam politik dan kerap melampaui otoritas atasannya. Ini bisa dilihat dari gaya kerja JK saat memimpin pemerintah bersama Susilo Bambang Yudhoyono.

"Ini kan juga karena mengidap kesenjangan usia. Ini juga berpotensi menyandera Jokowi karena gurita bisnisnya," kata Nabil di sela-sela acara diskusi 'Menelaah Capres-Cawapres 2014' di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Minggu (4/5/2014).

Nabli menambahkan, dengan latar belakang sebagai pengusaha, JK memiliki kepentingan terkait bisnisnya.

"Pasangan capres-cawapres itu harus saling menopang dan saling menguatkan. Sama SBY yang jenderal saja, JK berani apalagi dengan Jokowi yang orang Jawa santun," sebutnya.

Adapun kemungkinan duet Prabowo Subianto- Jusuf Kalla diperkirakan Nabil bakal sulit terwujud. Menurut Nabil, Prabowo justru diuntungkan bila berpasangan dengan politisi senior Golkar Akbar Tanjung.

Akbar diyakini menjadi vote getter dari parpol Islam seperti PKS dan PPP. Duet Prabowo-Akbar juga memungkinkan Gerindra-Golkar sebagai koalisi prospektif yang rasional.

"Sulit Prabowo-JK. Tapi, kalau Prabowo-Akbar maka semakin membuka potensi di Pilpres nanti. Duet ini bakal jadi tandingan definitif duet Jokowi-JK," ujarnya.
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...duet-jokowi-jk

Untung Rugi PDIP Pilih JK Jadi Cawapres Jokowi
Minggu, 04/05/2014 11:07 WIB



Jakarta - Nama Jusuf Kalla (JK) muncul sebagai kandidat terkuat menjadi cawapres PDIP Jokowi. Apa saja keuntungan dan kerugian PDIP memilih JK sebagai pendamping Jokowi?

Pengamat politik Arya Fernandes membeberkan sejumlah hal mengenai untung dan rugi PDIP memilih JK. Untung yang pertama adalah, JK memiliki pengalaman yang panjang di pemerintahan terutama di tingkat pusat dibandingkan Jokowi.

"Memilih JK akan mempercepat Jokowi beradaptasi," ujar Arya saat berbincang dengan detikcom, Minggu (4/5/2014).

Kedua, faktor emosi dan kematangan politik. Sebagai mantan wapres dan mantan Ketum Golkar, JK memiliki emosi yang tenang dan matang secara politik dibandingkan Jokowi.

Ketiga, faktor kemampuan mengambil keputusan secara cepat. JK dapat menjadi 'bumper' dan mampu mengambil risiko politik yang tidak populis, seperti ketika mengumumkan kenaikan BBM dan konversi BBM ke gas, seperti pada masa pemerintahan SBY di KIB I.

"Faktor selanjutnya mengambil JK juga bisa mendapatkan dukungan Golkar di Senayan," tuturnya.

Meski begitu, Arya juga mengingatkan beberapa efek yang bisa merugikan bila memilih JK. Pertama, JK dan Jokowi memiliki dua karakter personal yang hampir sama. Risiko yang akan ditempuh bila memilih JK adalah munculnya dua matahari kembar di pemerintah

"Bisa-bisa nanti JK lebih bersinar dibandingkan Joko widodo," kata Arya.

Kedua, mengenai karakter pemilih. Menurut Arya, karakter pemilih JK dan Jokowi juga hampir sama.

"Dikhawatirkan dengan memilih JK tidak memberi tambahan suara bagi Jokowi," ungkapnya.

Sebelumnya Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP Eva Kusuma Sundari tak menampik bahwa sosok JK memiliki nilai plus tersendiri dibandingkan dengan kandidat cawapres lainnya yang masuk dalam radar PDIP. Eva mengakui JK bisa membawa gerbong Partai Golkar, minimal gerbong Indonesia Timur bakal terangkut JK.

Semenatara itu kekhawatiran akan terwujudnya duet Jokowi-JK muncul di tubuh Golkar. Ketua DPP Golkar Yorrys Rawyai terang-terangan menyebut Golkar bakal mengalami kerugian cukup besar kalau JK menjadi cawapresnya Jokowi. JK bisa mempengaruhi kebulatan suara kader Golkar dalam mendukung pencapresan Ical, khususnya dari wilayah Indonesia Tengah dan Timur.
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...awapres-jokowi

PDIP: Bertemunya Jokowi dan JK di Bandara Bukan Kebetulan, Tapi Pertanda
Minggu, 04/05/2014 12:04 WIB

Jakarta - Calon presiden dari Partai Demokrai Indonesia Perjuangan Joko Widodo (Jokowi) kemarin bertemu dengan senior Partai Golongan Karya Jusuf Kalla di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.

Politisi PDI Perjuangan Rahardi Zakaria menafsirkan pertemuan Jokowi-JK kemarin itu bukanlah kebetulan, melainkan tanda-tanda alam yang mengarah ke terbentuknya pasangan capres-cawapres 2014.

"Bukan suatu kebetulan, JK dan Jokowi bertemu di VIP Room Halim Perdanakusumah. Sama-sama pakai baju putih. Ini seloka, ini sandi," kata Rahardi Zakaria dalam diskusi politik koalisi bersama Emrus Corner di Hotel Gren Alia, Jl Cikini Raya, Jakarta Pusat, Minggu (4/5/2014).

Meski begitu, Rahardi tak mau terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kepastian soal pasangaan Jokowi serta koalisi di Pilpres 2014 masih harus menunggu pengumuman resmi dari PDIP.

"Namun sudah ada tanda-tanda, seloka, sinyal-sinyal, kemana PDIP akan melakukan penggabungan, yang akan dipasangkan dengan calon Jokowi," imbuh Rahardi.

Rahardi menjelaskan, tokoh-tokoh yang diusung jadi capres atau cawapres tidak bisa serta merta dimunculkan, melainkan harus melewati pembicaraan koalisi. Ini karena tidak ada yang punya perolehan suara mencukupi untuk mengusung tokohnya sendiri.

"Para pengamat berpikirnya terlalu liberal kadang-kadang, ini itu cocok untuk dipasangkan Jokowi, Aburizal, atau Prabowo. Padahal yang perlu dilihat adalah partainya dulu. Karena pesertanya adalah parpol yang mengusung calon-calonnya," tutur Rahardi.
http://news.detik.com/pemilu2014/rea...-tapi-pertanda

Abraham Samad Jadi Cawapres Berbahaya Bagi KPK
Jumat, 21 Maret 2014 00:16 WIB



TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Gerindra dianggap serius meminang Ketua KPK Abraham Samad untuk menjadi pendamping Prabowo Subianto di Pemilu 2014. Hal itu pun dinilai membahayakan KPK.

Pengamat Politik Indobarometer M Qodari mengatakan Samad akan membawa agenda pribadi bila ingin maju melalui Partai Gerindra.

"Lebih jauh lagi semua kegiatan dia ditujukan untuk popularitas dia, kan bahaya untuk lembaga sebaik KPK," kata Qodari, Kamis (20/3/2014).

Qodari mengungkapkan istilah Capres dan Cawapres yang disematkan kepada Samad dapat menjadikan KPK kepentingan partai berkuasa. Ia pun mencontohkan tindakan KPK dalam kasus Mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum.

"Kalau kita lihat penindakan terhadap Anas dianggap kepentingan partai berkuasa apalagi jadi capres dan cawapres saya bayangkan ramai hujatan ke KPK," tuturnya.

Sebelumnya, Koordinator Prabowo Media Center Budi Purnomo Karjodihardjo mengungkapkan Prabowo tengah mempertimbangkan nama-nama yang potensial mendampinginya maju dalam Pilpres 2014, termasuk Abraham Samad.

"Pak Prabowo mempertimbangkan dengan baik usulan-usulan dari banyak pihak, termasuk nama Abraham Samad," kata Budi.

Abraham yang dilantik sebagai Ketua KPK pada 16 Desember 2011 memiliki masa tugas selama empat tahun hingga 2015. Apabila pria asal Makassar ini mundur dari jabatannya, maka KPK hanya akan dikelola empat pimpinan. Keempat pimpinan lainnya yakni Bambang Widjojanto, Zulkarnain, Busyro Muqoddas, dan Adnan Pandu Praja.
http://www.tribunnews.com/pemilu-201...ahaya-bagi-kpk

Tertarik Jadi Cawapres Abraham Samad Dinilai Oportunis
Rabu, 19 Maret 2014 , 21:00:00 WIB

JAKARTA, GRESNEWS.COM - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad ramai diberitakan tengah dilirik untuk dijadikan calon wakil presiden oleh Partai Gerindra. Terhadap wacana itupun, ternyata Samad menunjukkan ketertarikannya. Sikap yang diambil Samad ini menungundang berbagai kritik.

Peneliti dari Pusat Kajian Anti Korupsi (PUKAT) UGM Hifdzil Alim mengatakan, majunya Samad akan sedikit berdampak pada pemberantasan korupsi. "Nantinya langkah Samad yang banting setir masuk politik akan dicap sebagai orang oportunis," kata Hifdzil kepada Gresnews.com, Rabu (19/3).

Jika Samad kemudian benar-benar maju sebagai cawapres maka ini menjadi yang petama dalam sejarah. Hifdzil sendiri sebenarnya tidak mempermasalahkan niat Samad untuk maju sebagai cawapres. Keputusan tersebut tergantung kepada pribadi Samad.

Hanya saja, kata Hifdzil, menjadi ketua KPK lebih prestisius dibanding wakil presiden. "Itu pilihan Abraham Samad, bagi saya lebih prestisius (jadi Ketua KPK-red) karena bisa panggil wapres," katanya.

Secara umum Hifdzil mengatakan jika Samad benar-benar maju, hal itu tak akan berdampak buruk pada internal KPK. Pasalnya KPK memiliki mekanisme sendiri ketika Samad akan maju sebagai cawapres.

KPK sendiri juga sudah mengambil sikap atas niatan Samad untuk menjadi cawapres dari Gerindra. Juru bicara KPK Johan Budi jika betul maju maka Samad harus mengundurkan diri sebagai Ketua KPK. "Kalau memang sudah resmi untuk nyapres atau wapres, ya kami mendukung. Namun, sesuai ketentuan, yang bersangkutan harus mundur," ujar Johan Budi, Rabu (19/3).

Menurut Johan sesuai dengan UU 30 Tahun 2002 Tentang KPK, disebutkan bahwa pimpinan lembaga itu harus steril dari kepentingan politik. Bahkan disebutkan secara gamblang, pimpinan tidak boleh masuk dalam pengurus partai politik. "Termasuk juga dengan dicalonkan. Ketentuannya seperti itu. Itu berlaku bila sudah resmi untuk mencalonkan diri," ujar Johan.

Hanya saja Wakil Ketua KPK Busyro Muqoddas yakin Samad akan bertahan di KPK. "Saya yakin sahabat saya itu akan lebih fokus untuk menyempurnakan misi mulianya di KPK di saat para pelaku korupsi itu justru sebagian datang dari sejumlah parpol," ujar Busyro, Rabu (19/3).

Wacana meminang Samad sebagai cawapres oleh Gerindra bermula dari usulan Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon. Fadli menyatakan Prabowo menyambut baik usulan soal Samad menjadi cawapres Gerindra. Prabowo dikabarkan mempertimbangkan serius usulan ini. "Bahkan beliau berpikir, jika berpasangan dengan Pak Abraham Samad, maka program menyelamatkan kebocoran 1.000 triliun setiap tahun menjadi lebih mudah," kata Koordinator Prabowo Media Center, Budi Purnomo, Senin (17/3) kemarin.

Gerindra sendiri punya alasan khusus mengapa melirik Abraham Samad untuk dipasang sebagai cawapres Prabowo Subianto. "Saya lihat masyarakat bawah sangat mengapresiasi parpol yang serius berjanji untuk memberantas korupsi," kata anggota Dewan Pembina Gerindra Martin Hutabarat, Rabu (19/3).

Martin mengatakan, masyarakat sudah sangat jengkel dengan banyaknya praktik korupsi di Indonesia. Mereka menginginkan pemimpin yang bisa memberi jaminan korupsi diberantas tuntas. "Karena masyarakat luar biasa jengkelnya terhadap koruptor-koruptor. Jadi sekarang pimpinan parpol yang dipandang bisa paling garang memberantas korupsi adalah Prabowo Subianto, dan jika ada Abraham Samad, upaya pemberantasan korupsi bisa lebih hebat lagi," ujarnya.

Dengan mulai melirik Abraham Samad, Martin mengatakan bahwa Gerindra tak sekadar beretorika dalam janjinya memberantas korupsi. Sebab Gerindra tak sekadar bicara, tapi juga menggandeng tokoh di balik aksi-aksi pemberantasan korupsi di Indonesia. "Jadi ini beda dengan katakan tidak pada korupsi. Kita tidak hanya teriak antikorupsi tapi langsung menggandeng," pungkasnya.

Ketika ditanya soal kemungkinan itu, Samad sendiri menunjukkan sikap tertarik. "Saya tinggal menunggu takdir, apakah jadi Wapres, Presiden atau tetap jadi Ketua KPK," ujar Samad.

Bahkan ketika kembali ditanya soal itu beberapa hari kemudian, Samad tetap memberikan jawaban yang menunjukkan ketertarikan itu. "Berikan saya waktu salat istikharah," ujarnya.

Dia sendiri mengaku tidak punya ambisi sama sekali untuk maju. Namun, Samad berdalih, sebagai manusia dia tidak bisa menolak jalan hidup. "Pertama saya harus salat istikharah, kedua saya masih tetap pada pendapat saya bahwa sebagai manusia biasa kita tidak akan mungkin menolak takdir," ungkapnya.

Jika Samad benar-benar maju sebagai cawpres, sebenarnya dia memang punya modal politik yang lumayan. Menurut hasil Soegeng Sarjadi Sindicate (SSS) yang menganalisis seluruh hasil survei yang dirilis mulai Februari-Desember 2013, elektabilitas sang Ketua KPK tak begitu buruk. Elektabilitas Abraham Samad mencapai 5% di akhir 2013 silam, beda tipis dari mantan wapres Jusuf Kalla.

Setidaknya selama 2013, terdapat 30 survei yang dirilis oleh 20 lembaga. Dalam kajian ini menggunakan pendekatan Meta Analisis dan Focus Group Discussion (FGD). Hasilnya, Samad nangkring di urutan ketujuh dari delapan kandidat capres-cawapres dengan perolehan 5,20% suara, hanya kalah 0,07% dari Jusuf Kalla di urutan keenam.

Hanya saja memang tidak semua pihak setuju dengan niat Samad itu. Wakil Ketua DPR Sohibul Iman meminta Abraham fokus dulu mengurus KPK. "Saya mengapresiasi jika pimpinan fokus pada penegakan hukum. Sabarlah, jangan tergoda oleh politik," kata Sohibul kepada wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (19/3).

Sohibul berharap Abraham fokus pada tugasnya sebagai Ketua KPK. Namun dia juga tak mempermasalahkan ketertarikan Gerindra kepada Abraham. "Itu sah-sah saja, namun hampir semua partai akan berbicara pasangan yang utuh setelah pileg," ujar politikus PKS ini
http://www.gresnews.com/berita/polit...lai-oportunis/

Inilah Tiga Kubu di PDIP yang Berebut Pengaruh Mengendalikan Jokowi
Senin, 28 April 2014 08:49 WIB

JAKARTA, Jaringnews.com - Ada tiga kubu di dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dewasa ini diyakini saling adu kuat berebut pengaruh mengendalikan Joko Widodo alias Jokowi, yang oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, telah diberi mandat menjadi capres partai tersebut. Tiga kubu ini bergerak sendiri-sendiri bahkan sering kurang berkoordinasi yang menyebabkan kampanye Gubernur DKI Jakarta itu dianggap kerap tidak efektif.

Hal ini dikemukakan oleh Marcus Mietzner, peneliti tentang Indonesia dari Australian National University (ANU), lewat sebuah tulisannya yang dilansir oleh Inside Indonesia edisi terbaru.

Ketiga kubu tersebut, menurut Marcus dalam tulisannya yang berjudul Jokowi: Rise of a polite populist, masing-masing adalah, pertama, kubu yang dipimpin oleh putri Megawati dari perkimpoiannya dengan Taufik Kiemas, Puan Maharani. Puan Maharani adalah ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) PDIP.

Kubu kedua adalah kubu yang diimpin oleh dosen Universitas Indonesia, Andi Widjajanto yang merupakan putra dari almarhum Theo Sjafei, petinggi PDIP dan penasihat utama Megawati di era 1990-an.

Ketiga, tim sukses Jokowi sendiri, yaitu jejaring pembantu-pembantunya yang sudah mendukungnya sejak ia mencalonkan diri sebagai walikota Solo tempo hari.

Menurut Marcus, selama kampanye PDIP menjelang Pileg kemarin, ketiga kubu ini saling adu pengaruh dan adu kuat untuk menentukan strategi, lokasi bahkan jadwal kampanye Jokowi.

Marcus menambahkan, ketiga tim ini sering tidak melakukan koordinasi satu sama lain. Mereka juga kerap berbeda pandangan sangat tajam. Salah satu yang menjadi masalah paling memecah-belah ketiga kubu ini pada kampanye Pileg lalu ialah sejauh mana Jokowi harus digunakan sebagai fokus iklan televisi partai .

Sebelum pengumuman Jokowi sebagai calon presiden , Puan telah mengembangkan serangkaian iklan di bawah slogan ' Indonesia Hebat.' Menurut Marcus, awalnya iklan itu dikonseptualisasikan sebagai kampanye untuk menyoroti banyak gubernur, walikota dan bupati kader PDIP yang sukses. Namun, ternyata dalam perjalanannya iklan itu sudah dimodifikasi dengan Puan yang semakin ditonjolkan .

Setelah deklarasi Jokowi , masih menurut Marcus, Puan menolak untuk mengubah strategi iklan partai. Puan masih mengharapkan dapat terangkat popularitasnya lewat iklan partai. Padahal di sisi lain, Jokowi sudah banyak mendapat saran sejak awal agar kampanye lebih banyak menampilkan dia dan prestasinya untuk mencapai efek yang diharapkan.

Baru pada pekan ketiga kampanye ada perubahan. Itu pun, menurut Marcus, kubu Jokowi harus mengumpulkan dana dari sumbangan berbagai pihak agar dapat membayar dan menayangkan iklan baru.

Selain kubu ini, menurut Marcus, Megawati juga mempunyai penasihat independen yang kerap disebut Tim 11. Tim ini diketuai akademisi dari Universitas Gadjah Mada, Cornelis Lay. Cornelis Lay yang merupakan sahabat dekat Megawati sejak lama dan dikenal sebagai cendekiawan yang kredibel, membentuk tim yang diisi oleh sejumlah aktivis dan pakar di bidang masing-masing. Tim ini memberi saran kepada Megawati, terutama terkait dengan pro-kontra di dalam partai terkait pencalonan Jokowi.

Menurut Marcus, hasil kerja tim 11 inilah yang didengar oleh Megawati, ketika akhirnya ia memberi mandat kepada Jokowi untuk menjadi capres
http://jaringnews.com/politik-perist...dalikan-jokowi

------------------------

Panasbung: aku rapopo, Jok!

emoticon-Ngakak
0
3.8K
20
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan