- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
MIRIS NYA BELAJAR DI INDONESIA
TS
barok.12.12.12
MIRIS NYA BELAJAR DI INDONESIA
Quote:
Quote:
selamat datang di thread ane yang berantakan ini
Quote:
akhir-akhir ini banyak kasus dunia pendidikan di INDONESIA gan, mulai dari TK, SD, SMP, SMA, sampe anak KULIAHAN
Quote:
Spoiler for Pertama TK:
Siswa TK Disodomi di Kamar Mandi Sekolah
Bocah berusia lima tahun, siswa taman kanak-kanak (TK) berstandar internasional di Jaksel jadi korban sodomi petugas kebersihan di sekolah tempat korban belajar. Dua ter tersangka kini ditahan di Polda Metro Jaya.
Ulah bejat Agun dan Firjiawan, dilaporkan oleh ibu korban, T, 40, setelah mendengar penuturan putra sulungnya. ”Pertengahan Maret, korban sering ketakukan, mengigau dan berteriak ketika tidur,” kata dia, Senin (14/4). Awalnya T sempat frustrasi oleh sikap anaknya yang tidak ingin diajak bicara ihwal penyebab perubahan perilakunya. Anaknya tidak ingin kembali ke sekolah.
Setelah T menemukan luka memar di perut sebelah kanan, T kembali menanyakan anaknya. Kemudian, sang anak mengaku ‘dinakali oleh seseorang’. ”Saya sudah menangis saya, anak saya mendapat tindakan kekerasan seksual di kamar mandi sekolah,” kata dia.
Menurut pengakuan anaknya, pelaku lima orang. Anaknya selalu dipukuli sebelum mendapatkan pelecehan seksual melalui anusnya. T lalu melapor ke polisi. Tidak lama kemudian, dua pelaku ditangkap polisi. ”Mereka mengaku di depan polisi telah melecehkan anak saya,” kata T. Sementara Kuasa Hukum korban, Andi M Asrun mengatakan, kasus pencabulan anak sudah menjadi tren di Indonesia dan masyarakat harus memberikan perhatian. ”Kasus ini jadi semacam perlawanan terhadap deklarasi sekolah sebegai zona damai dan aman bagi anak. Apalagi sekolahnya dengan status keamanan yang tinggi di Jakarta,” kata dia.
DIGILIR
Akibat kejadian itu T mengaku, anaknya kini memiliki penyakit kelamin. ”Anak saya terkena herpes setelah diperiksakan ke dokter,” katanya. Anaknya sempat demam tinggi secera tiba-tiba di pertengahan bulan Maret, dan dokter memvonisnya terkena penyakit kelamin. ”Dokter bilang tidak mungkin anak seperti itu terkena Herpes, pasti ada pemicunya,” kata T.
T mengatakan, tindak pelecehan seksual di sekolah anaknya diperkirakan terjadi Februari hingga Maret. ”Saya menangis terus ketika mendengar cerita anak saya, ternyata ada pelaku lain sampai empat orang,” kata dia. Pada 24 Maret 2014, T langsung melapor ke polisi, dan pihak sekolah ikut membantu menemukan pelakunya.
Melalui beberapa penyelidikan, dua pegawai bernama Agun dan seorang wanita bernama Afriska ditangkap. Keduanya tidak mengaku, tapi beberapa hari kemudian Agun mengakui perbuatannya dan meminta pelaku lain, Firjiawan untuk ditangkap juga karena melakukan hal yang sama. ”Dari situ saya tahu anak saya digilir,” kata T. Afriska tidak mengakui perbuatannya dan akhirnya dibebaskan karena tidak cukup bukti. (Yahya)
Bocah berusia lima tahun, siswa taman kanak-kanak (TK) berstandar internasional di Jaksel jadi korban sodomi petugas kebersihan di sekolah tempat korban belajar. Dua ter tersangka kini ditahan di Polda Metro Jaya.
Ulah bejat Agun dan Firjiawan, dilaporkan oleh ibu korban, T, 40, setelah mendengar penuturan putra sulungnya. ”Pertengahan Maret, korban sering ketakukan, mengigau dan berteriak ketika tidur,” kata dia, Senin (14/4). Awalnya T sempat frustrasi oleh sikap anaknya yang tidak ingin diajak bicara ihwal penyebab perubahan perilakunya. Anaknya tidak ingin kembali ke sekolah.
Setelah T menemukan luka memar di perut sebelah kanan, T kembali menanyakan anaknya. Kemudian, sang anak mengaku ‘dinakali oleh seseorang’. ”Saya sudah menangis saya, anak saya mendapat tindakan kekerasan seksual di kamar mandi sekolah,” kata dia.
Menurut pengakuan anaknya, pelaku lima orang. Anaknya selalu dipukuli sebelum mendapatkan pelecehan seksual melalui anusnya. T lalu melapor ke polisi. Tidak lama kemudian, dua pelaku ditangkap polisi. ”Mereka mengaku di depan polisi telah melecehkan anak saya,” kata T. Sementara Kuasa Hukum korban, Andi M Asrun mengatakan, kasus pencabulan anak sudah menjadi tren di Indonesia dan masyarakat harus memberikan perhatian. ”Kasus ini jadi semacam perlawanan terhadap deklarasi sekolah sebegai zona damai dan aman bagi anak. Apalagi sekolahnya dengan status keamanan yang tinggi di Jakarta,” kata dia.
DIGILIR
Akibat kejadian itu T mengaku, anaknya kini memiliki penyakit kelamin. ”Anak saya terkena herpes setelah diperiksakan ke dokter,” katanya. Anaknya sempat demam tinggi secera tiba-tiba di pertengahan bulan Maret, dan dokter memvonisnya terkena penyakit kelamin. ”Dokter bilang tidak mungkin anak seperti itu terkena Herpes, pasti ada pemicunya,” kata T.
T mengatakan, tindak pelecehan seksual di sekolah anaknya diperkirakan terjadi Februari hingga Maret. ”Saya menangis terus ketika mendengar cerita anak saya, ternyata ada pelaku lain sampai empat orang,” kata dia. Pada 24 Maret 2014, T langsung melapor ke polisi, dan pihak sekolah ikut membantu menemukan pelakunya.
Melalui beberapa penyelidikan, dua pegawai bernama Agun dan seorang wanita bernama Afriska ditangkap. Keduanya tidak mengaku, tapi beberapa hari kemudian Agun mengakui perbuatannya dan meminta pelaku lain, Firjiawan untuk ditangkap juga karena melakukan hal yang sama. ”Dari situ saya tahu anak saya digilir,” kata T. Afriska tidak mengakui perbuatannya dan akhirnya dibebaskan karena tidak cukup bukti. (Yahya)
Spoiler for Kedua SD:
Kasus Anak SD Meninggal Setelah Dipukuli Kakak Kelas
Jakarta, Sekolah, institusi yang seharusnya menjadi tempat anak mengenyam pendidikan dengan aman dan nyaman kini bisa saja mengundang kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan sang anak. Mengingat akhir-akhir ini banyak kasus kekerasan yang terjadi di sekolah.
Misalnya kekerasan seksual pada murid TK di JIS dan bullying bocah kelas 6 SD terhadap adik kelasnya sampai membuat korban meninggal. Nah, untuk tetap menjaga keamanan dan kenyamanan anak saat belajar di sekolah, perlu andil dari berbagai pihak dan juga perlu dicari solusi.
"Nggak perlu menyalahkan siapa-siapa, lebih baik kita lihat solusinya baiknya gimana. Kalau dari sekolah bisa lebih ketat lagi dalam menyaring guru dan staf-staf yang akan bekerja di sana," terang psikolog pendidikan Irene Guntur, M.Psi, Psikolog, CGA dalam perbincangan dengan detikHealth, Senin (5/5/2014).
Selain itu, dikatakan wanita yang kerap disapa Ige ini, sekolah juga bisa memasang CCTV di area-area yang rawan misalnya dekat kamar mandi. Peran orang tua juga pastinya diperlukan untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak di sekolah.
Orang tua sebaiknya lebih bisa masuk ke dalam kehidupan anak. Tak hanya sekadar antar jemput atau menanyakan nilai anak, orang tua ada baiknya selalu bertanya pada anak kejadian-kejadian yang ia alami di sekolah.
"Kalau cuma ditanya gimana sekolahnya, anak akan jawab baik, udah. Tapi coba tanya ada kejadian lucu apa tadi di sekolah, temannya ada yang nangis apa nggak, seperti itu kan membuat anak terbiasa menceritakan yang ia alami sehari-hari," imbuh Ige.
Sebagai upaya mencegah terjadinya kekerasan pada anak di sekolah, orang tua perlu mengajari anak bagaimana melindungi dirinya yaitu apa yang harus dilakukan ketika ada orang yang ingin menyakitinya. Anak bisa saja melawan, berteriak, atau mengadukan kejadian itu pada guru dan orang tuanya.
Jakarta, Sekolah, institusi yang seharusnya menjadi tempat anak mengenyam pendidikan dengan aman dan nyaman kini bisa saja mengundang kekhawatiran orang tua terhadap keselamatan sang anak. Mengingat akhir-akhir ini banyak kasus kekerasan yang terjadi di sekolah.
Misalnya kekerasan seksual pada murid TK di JIS dan bullying bocah kelas 6 SD terhadap adik kelasnya sampai membuat korban meninggal. Nah, untuk tetap menjaga keamanan dan kenyamanan anak saat belajar di sekolah, perlu andil dari berbagai pihak dan juga perlu dicari solusi.
"Nggak perlu menyalahkan siapa-siapa, lebih baik kita lihat solusinya baiknya gimana. Kalau dari sekolah bisa lebih ketat lagi dalam menyaring guru dan staf-staf yang akan bekerja di sana," terang psikolog pendidikan Irene Guntur, M.Psi, Psikolog, CGA dalam perbincangan dengan detikHealth, Senin (5/5/2014).
Selain itu, dikatakan wanita yang kerap disapa Ige ini, sekolah juga bisa memasang CCTV di area-area yang rawan misalnya dekat kamar mandi. Peran orang tua juga pastinya diperlukan untuk mencegah terjadinya kekerasan pada anak di sekolah.
Orang tua sebaiknya lebih bisa masuk ke dalam kehidupan anak. Tak hanya sekadar antar jemput atau menanyakan nilai anak, orang tua ada baiknya selalu bertanya pada anak kejadian-kejadian yang ia alami di sekolah.
"Kalau cuma ditanya gimana sekolahnya, anak akan jawab baik, udah. Tapi coba tanya ada kejadian lucu apa tadi di sekolah, temannya ada yang nangis apa nggak, seperti itu kan membuat anak terbiasa menceritakan yang ia alami sehari-hari," imbuh Ige.
Sebagai upaya mencegah terjadinya kekerasan pada anak di sekolah, orang tua perlu mengajari anak bagaimana melindungi dirinya yaitu apa yang harus dilakukan ketika ada orang yang ingin menyakitinya. Anak bisa saja melawan, berteriak, atau mengadukan kejadian itu pada guru dan orang tuanya.
Spoiler for ketiga SMP:
Dua Siswa SMP Pemeran Video Mesum Berbeda
Penyidik Polda Metro Jaya telah memeriksa FP, siswa pemeran video mesum SMP Negeri 4. Kepada penyidik, FP menceritakan hubungannya dengan AE, siswi yang juga menjadi pemeran dalam video itu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, penyidik memeriksa FP di salah satu tempat yang aman. Dihadapan penyidik, FP bercerita apa adanya terkait kasus tersebut termasuk hubungannya dengan AE.
"Dari pemeriksaan diketahui jika FP dan AE memang berpacaran. Istilah mereka jadian," ujarnya, Rabu (30/10/2013).
Rikwanto melanjutkan, keduanya beradegan mesum pertama kali pada awal September. Saat itu FP mengatakan aksinya dilakukan atas dasar suka sama suka dan tanpa adanya paksaan seperti yang dikatakan AE.
"FP bicara tidak ada paksaan. Dari keterangan yang disampaikan, saat melakukan pertama kali ada satu orang temannya yang menyaksikan," jelasnya.
Begitu pun waktu mereka melakukan untuk kedua dan ketiga kali, dimana selalu ada siswa lain yang menyaksikan. Saat ini penyidik sudah memeriksa 17 orang yang terdiri dari 10 orang siswa yang melihat dan merekam adegan mesum itu dengan menggunakan ponselnya.
"Dari AE ada yangg memaksa dia untuk melakukan hal demikian kalau tidak akan disebarluaskan. Akan dikonfirmasi lagi siapa orang yang dimaksud AE. Itu yang akan dikonfirmasikan kepada orang yang dituduh. Salah satu dari 10 pelajar menyuruh AE menurut pengakuannya," tandasnya.
Seperti diberitkan sebelumnya, dalam beberapa waktu terakhir kasus video mesum yang diperankan oleh murid SMPN 4 Sawah Besar, Jakarta Pusat, mengejutkan banyak pihak. Awalnya orangtua AE, salah seorang siswi SMP di Jakarta Pusat melaporkan bahwa anaknya dipaksa berhubungan intim dengan seorang temannya.
Kejadian tersebut bahkan sengaja direkam dengan telepon genggam oleh temannya yang lain. Hal ini terjadi pada 13 September lalu, sekitar pukul 11.50 Wib.
Saat itu AE tengah turun dari kelasnya ketika jam pelajaran usai. Sesampainya di lantai dasar salah seorang teman prianya mengajaknya ke salah satu ruangan untuk bertemu dengan teman lainnya.
Ketika korban masuk, ternyata sudah ada seorang pria inisial, FP. Setelah itu, AE diminta untuk berhubungan intim dengan FP. Lalu teman-teman yang lainnya merekam dengan menggunakan telepon genggam.
Berdasarkan analisa yang dilakukan Polda Metro Jaya, diduga video itu bukanlah pemerkosaan. Bahkan polda menduga video itu dilakukan atas dasar suka sama suka.
Sebab dalam video itu, terlihat kedua murid yang memerankan tidak dalam kondisi tertekan, bahkan mereka tertawa-tawa. Sementara siswi AE, tetap mengaku jika ia beradegan mesum dalam video itu karena adanya paksaan (dibully).
"AE bilang adanya unsur pemaksaan, kan makanya harus dilihat dari yang melihat. Kita akan melihat faktanya yang suka sama suka," tandasnya.[bay]
Penyidik Polda Metro Jaya telah memeriksa FP, siswa pemeran video mesum SMP Negeri 4. Kepada penyidik, FP menceritakan hubungannya dengan AE, siswi yang juga menjadi pemeran dalam video itu.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto mengatakan, penyidik memeriksa FP di salah satu tempat yang aman. Dihadapan penyidik, FP bercerita apa adanya terkait kasus tersebut termasuk hubungannya dengan AE.
"Dari pemeriksaan diketahui jika FP dan AE memang berpacaran. Istilah mereka jadian," ujarnya, Rabu (30/10/2013).
Rikwanto melanjutkan, keduanya beradegan mesum pertama kali pada awal September. Saat itu FP mengatakan aksinya dilakukan atas dasar suka sama suka dan tanpa adanya paksaan seperti yang dikatakan AE.
"FP bicara tidak ada paksaan. Dari keterangan yang disampaikan, saat melakukan pertama kali ada satu orang temannya yang menyaksikan," jelasnya.
Begitu pun waktu mereka melakukan untuk kedua dan ketiga kali, dimana selalu ada siswa lain yang menyaksikan. Saat ini penyidik sudah memeriksa 17 orang yang terdiri dari 10 orang siswa yang melihat dan merekam adegan mesum itu dengan menggunakan ponselnya.
"Dari AE ada yangg memaksa dia untuk melakukan hal demikian kalau tidak akan disebarluaskan. Akan dikonfirmasi lagi siapa orang yang dimaksud AE. Itu yang akan dikonfirmasikan kepada orang yang dituduh. Salah satu dari 10 pelajar menyuruh AE menurut pengakuannya," tandasnya.
Seperti diberitkan sebelumnya, dalam beberapa waktu terakhir kasus video mesum yang diperankan oleh murid SMPN 4 Sawah Besar, Jakarta Pusat, mengejutkan banyak pihak. Awalnya orangtua AE, salah seorang siswi SMP di Jakarta Pusat melaporkan bahwa anaknya dipaksa berhubungan intim dengan seorang temannya.
Kejadian tersebut bahkan sengaja direkam dengan telepon genggam oleh temannya yang lain. Hal ini terjadi pada 13 September lalu, sekitar pukul 11.50 Wib.
Saat itu AE tengah turun dari kelasnya ketika jam pelajaran usai. Sesampainya di lantai dasar salah seorang teman prianya mengajaknya ke salah satu ruangan untuk bertemu dengan teman lainnya.
Ketika korban masuk, ternyata sudah ada seorang pria inisial, FP. Setelah itu, AE diminta untuk berhubungan intim dengan FP. Lalu teman-teman yang lainnya merekam dengan menggunakan telepon genggam.
Berdasarkan analisa yang dilakukan Polda Metro Jaya, diduga video itu bukanlah pemerkosaan. Bahkan polda menduga video itu dilakukan atas dasar suka sama suka.
Sebab dalam video itu, terlihat kedua murid yang memerankan tidak dalam kondisi tertekan, bahkan mereka tertawa-tawa. Sementara siswi AE, tetap mengaku jika ia beradegan mesum dalam video itu karena adanya paksaan (dibully).
"AE bilang adanya unsur pemaksaan, kan makanya harus dilihat dari yang melihat. Kita akan melihat faktanya yang suka sama suka," tandasnya.[bay]
Spoiler for Keempat SMA:
Tawuran SMA 6 dan SMA 70
Tawuran pelajar yang melibatkan siswa SMAN 6 dengan SMAN 70 Jakarta memakan korban jiwa. Kronologi tawuran yang membuat Alawi tewas tersebut pun diungkap Kepala Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Seperti apa kejadiannya?
Pada Senin, 24 September 2012 di bundaran Bulungan, Jakarta Selatan kembali terjadi tawuran antar siswa. Kepala Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Hermawan menuturkan, siswa SMA 70 menyerang lebih dulu ke siswa SMA 6.
Siang pukul 12.00 murid-murid SMA 6 baru keluar dari sekolah. ”Mereka baru habis ujian,” kata Hermawan. Lima murid SMA 6 makan gultik alias gulai tikungan. Seketika 20 siswa SMA 70 langsung menyerang. ”Ada yang bawa arit,” sambungnya.
Sementara menurut pengakuan siswa SMAN 6 berinisial Z, yang juga menjadi korban luka-luka itu, siswa SMAN 70 datang dengan teriakan yel-yel sekolah mereka. Saat itulah Alawi, siswa SMAN 6 yang tewas, sempat lari namun jatuh di depan tempat mereka makan dan dipukuli.
Tawuran tersebut berlangsung 15 menit. Selain Alawi yang terkena luka bacok di bagian dada, dua siswa lainnya terluka. Alawi sempat dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah, namun nyawanya tak tertolong. Sementara korban luka, satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di jari tangan.
Di TKP, polisi menyita sebuah arit dengan noda darah. Barang bukti itu dibawa ke laboratorium forensik Polri untuk mencocokkan darah di arit dengan darah korban.
Kini polisi telah memeriksa satu guru SMA 70, dua guru SMA 6 dan dua saksi lainnya. Kedua sekolah tersebut pun masih diawasi oleh polisi gabungan Polres dan Polsek untuk antisipasi peristiwa susulan.
Tawuran pelajar yang melibatkan siswa SMAN 6 dengan SMAN 70 Jakarta memakan korban jiwa. Kronologi tawuran yang membuat Alawi tewas tersebut pun diungkap Kepala Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan. Seperti apa kejadiannya?
Pada Senin, 24 September 2012 di bundaran Bulungan, Jakarta Selatan kembali terjadi tawuran antar siswa. Kepala Reserse Kepolisian Resor Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Hermawan menuturkan, siswa SMA 70 menyerang lebih dulu ke siswa SMA 6.
Siang pukul 12.00 murid-murid SMA 6 baru keluar dari sekolah. ”Mereka baru habis ujian,” kata Hermawan. Lima murid SMA 6 makan gultik alias gulai tikungan. Seketika 20 siswa SMA 70 langsung menyerang. ”Ada yang bawa arit,” sambungnya.
Sementara menurut pengakuan siswa SMAN 6 berinisial Z, yang juga menjadi korban luka-luka itu, siswa SMAN 70 datang dengan teriakan yel-yel sekolah mereka. Saat itulah Alawi, siswa SMAN 6 yang tewas, sempat lari namun jatuh di depan tempat mereka makan dan dipukuli.
Tawuran tersebut berlangsung 15 menit. Selain Alawi yang terkena luka bacok di bagian dada, dua siswa lainnya terluka. Alawi sempat dilarikan ke Rumah Sakit Muhammadiyah, namun nyawanya tak tertolong. Sementara korban luka, satu luka di pelipis, satu lagi luka kecil di jari tangan.
Di TKP, polisi menyita sebuah arit dengan noda darah. Barang bukti itu dibawa ke laboratorium forensik Polri untuk mencocokkan darah di arit dengan darah korban.
Kini polisi telah memeriksa satu guru SMA 70, dua guru SMA 6 dan dua saksi lainnya. Kedua sekolah tersebut pun masih diawasi oleh polisi gabungan Polres dan Polsek untuk antisipasi peristiwa susulan.
Spoiler for Keempat KULIAH:
Kasus Ospek Maut di ITN Malang
Satreskrim Polres Malang akan memeriksa empat tersangka kasus ospek maut di ITN Malang yang menewaskan Fikri Dolasmantya Surya (19). Fikri adalah mahasiswa baru jurusan Planologi ITN meninggal ketika mengikuti kegiatan KBD (kemah bakti desa) di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang pada 12 Oktober 2013.
"Empat tersangka itu ditetapkan setelah kita gelar perkara di Polda Jatim beberapa hari lalu," jelas Kasat Reskrim Polres Malang AKP M Aldy Sulaeman kepada Surya Online, Minggu (26/1/2014). Nama-nama empat tersangka masih dirahasiakan. Menurut Aldy, tidak menutup kemungkinan jumlah tersangkanya bertambah. "Tambahan mungkin saja. Tapi kalau mengurangi jumlah tersangka tidak mungkin," ujarnya.
Gelar perkara di Polda Jatim saat itu dihadiri sejumlah pihak. Selain penyidik polres juga penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jatim, para saksi ahli dll. Sehingga gelar perkara itu sangat komprehensif.
Keluarga Fikri sendiri telah menolak dilakukan otopsi meski penyidik dari Polres Malang mendatangi rumah orangtua Fikri di Mataram. Sehingga polisi memeriksa banyak saksi atas kasus itu. Mulai dari seluruh mahasiswa baru yang ikut kegiatan KBD, para panitia KBD, dosen hingga rektor ITN.
Selain itu juga warga sekitar Pantai Goa Cina di Desa Sitiarjo juga dimintai keterangan. Pemeriksaan para saksi berlangsung maraton sepanjang Desember 2013 lalu.
Kematian Fikri menjadi gempar setelah dipicu beredarnya foto-foto di media sosial dan media online. Diduga terjadi kekerasaan dalam kegiatan KBD sekaligus ospek jurusan Planologi ITN.
Kapolres Malang, AKBP Adi Deriyan Jayamarta berharap dari kasus ini menjadi yurisprudesi baik, setidaknya di Malang Raya. "Ini menjadi peringatan buat mahasiswa, perguruan tinggi agar tidak melakukan tindakan ospek yang menitikberatkan pada kegiatan fisik. Ini bisa di hukum," papar Deriyan.
Terkait#Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang
Baca Juga
Pekan Depan Berkas Pemeriksaan 4 Tersangka ITN, Diserahkan Kejaksaan
Jadi Tersangka, Mantan Kaprodi Planologi ITN, Bingung dan Terkejut
Empat Tersangka ITN Malang, Mangkir Dalam pemeriksaan
Polisi Rahasiakan Empat Tersangka Kasus Ospek Maut di ITN Malang
Polisi Rahasiakan Identitas Tersangka Kasus ITN Malang.
Satreskrim Polres Malang akan memeriksa empat tersangka kasus ospek maut di ITN Malang yang menewaskan Fikri Dolasmantya Surya (19). Fikri adalah mahasiswa baru jurusan Planologi ITN meninggal ketika mengikuti kegiatan KBD (kemah bakti desa) di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang pada 12 Oktober 2013.
"Empat tersangka itu ditetapkan setelah kita gelar perkara di Polda Jatim beberapa hari lalu," jelas Kasat Reskrim Polres Malang AKP M Aldy Sulaeman kepada Surya Online, Minggu (26/1/2014). Nama-nama empat tersangka masih dirahasiakan. Menurut Aldy, tidak menutup kemungkinan jumlah tersangkanya bertambah. "Tambahan mungkin saja. Tapi kalau mengurangi jumlah tersangka tidak mungkin," ujarnya.
Gelar perkara di Polda Jatim saat itu dihadiri sejumlah pihak. Selain penyidik polres juga penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Jatim, para saksi ahli dll. Sehingga gelar perkara itu sangat komprehensif.
Keluarga Fikri sendiri telah menolak dilakukan otopsi meski penyidik dari Polres Malang mendatangi rumah orangtua Fikri di Mataram. Sehingga polisi memeriksa banyak saksi atas kasus itu. Mulai dari seluruh mahasiswa baru yang ikut kegiatan KBD, para panitia KBD, dosen hingga rektor ITN.
Selain itu juga warga sekitar Pantai Goa Cina di Desa Sitiarjo juga dimintai keterangan. Pemeriksaan para saksi berlangsung maraton sepanjang Desember 2013 lalu.
Kematian Fikri menjadi gempar setelah dipicu beredarnya foto-foto di media sosial dan media online. Diduga terjadi kekerasaan dalam kegiatan KBD sekaligus ospek jurusan Planologi ITN.
Kapolres Malang, AKBP Adi Deriyan Jayamarta berharap dari kasus ini menjadi yurisprudesi baik, setidaknya di Malang Raya. "Ini menjadi peringatan buat mahasiswa, perguruan tinggi agar tidak melakukan tindakan ospek yang menitikberatkan pada kegiatan fisik. Ini bisa di hukum," papar Deriyan.
Terkait#Institut Teknologi Nasional (ITN) Malang
Baca Juga
Pekan Depan Berkas Pemeriksaan 4 Tersangka ITN, Diserahkan Kejaksaan
Jadi Tersangka, Mantan Kaprodi Planologi ITN, Bingung dan Terkejut
Empat Tersangka ITN Malang, Mangkir Dalam pemeriksaan
Polisi Rahasiakan Empat Tersangka Kasus Ospek Maut di ITN Malang
Polisi Rahasiakan Identitas Tersangka Kasus ITN Malang.
Quote:
Quote:
Gimana gan seru kan belajar di INDONESIA
Spoiler for BONUS plus plus:
Quote:
jangan lupa gan sama
0
5.6K
Kutip
14
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan