Terasa seperi banyak semut dikakiku, walau hanya sekedar untuk melangkahkan kaki membuka pintu kamar sahabatku, Nyala.
Entah, aku tak persis tau satu tahun belakangan ini, apa yg terjadi antara Nyala dan Unggun, krn waktu membuat kami sibuk dengan kehidupan masing2. Nyala dan Unggun, aku dan senjaku.
Pagi ini dengan menangis terisak, Nyala menelfonku. hanya mengatakan 'Unggun meninggal'. aku tak tau apa yg difikiranku saat itu, juga aku tak lebih tau apa yg difikirannya saat itu. yang ada, selama satu jam kami hanya menangis, lalu pelan-pelan panggilan menghilang,
Jadwal training 'mengajar kelas dengan penuh cinta' ku yang satu jam lagi akan dimulai, aku tinggalkan dan meminta rekanku, Elang yang akan melakukannya sendiri. Aku hanya berkata aku harus segera pulang. Melihat air mataku yang terus menetes, aku rasa dia paham dengan kalimat 'aku harus pulang'.
Nyala diatas tempat tidur sedang melihat foto pernikahannya, ahhh.... aku benci saat seperti ini, saat ketika kalian akan bingung ingin mengatakan atau melakukan apa. Jika hanya musibah kecil, mungkin aku bisa mengeluarkan joke yang biasa aku berikan kepada mereka, 'rumah apa yang paling seram?', mereka akan menjitak ku beramai-ramai karna pertanyaan teka-tekinya tak pernah berubah. door,,,,kami akan tertawa.....tapi,,,.
Kuletakan tangaku dibahunya, 'Ndut', ah....mata itu.....dia tersenyum, kupeluk ia, peluk yang juga aku butuhkan, ahhh,,,, sepertinya ada banyak cairan yg aku keluarkan dari mata ini.
'semua akan baik-baik saja' hanya kalimat itu yang terus menerus aku keluarkan,,, bukan hanya untuk untuk menguatkannya, tapi juga menguatkan ku.
'aku mencintainya' 'aku rasa ini jawabannya'
'jawaban apa?' Nyala benar2 memberi wajah aneh
'aku rasa aku harus bersamanya'
'bukan itu maksudku Ndut'