AkuCintaNaneaAvatar border
TS
AkuCintaNanea
Bisakah keturunan Tionghoa jadi presiden Indonesia?
Bisakah keturunan Tionghoa jadi presiden Indonesia?
Kamis, 30 Januari 2014 07:34


Ahok

Merdeka.com - Sejak dulu negara Indonesia belum pernah mempunyai presiden yang beretnis Tionghoa. Sebab sejak periode kepemimpinan Soekarno hingga Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hampir semuanya berdarah Jawa.

Salah satu keturunan Tionghoa yang kini selalu mendapat sorotan adalah Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama . Namun bisakah Ahok menjadi presiden?

Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, mengatakan bahwa saat ini cara pandang masyarakat sudah mulai terbuka untuk menerima siapa pemimpinnya. Apalagi jika suatu saat Indonesia bisa dipimpin oleh presiden beretnis Tionghoa.

"Sangat dimungkinkan, karena budaya-budaya yang bersifat keterbukaan berpikir sudah ada di Indonesia. Publik sudah mulai terbuka," kata Yunarto kepada merdeka.com, Rabu (29/1).

Kendati demikian, Yunarto menilai bahwa Ahok belum bisa maju menjadi presiden. Menurutnya dengan berbekal hasil survei yang masih rendah, akan susah membawa politisi Gerindra itu maju ke kursi presiden di tahun 2014.

"Ahok saja pun juga belum bisa kalau jadi presiden berdasarkan prestasi survei. Di tahun 2014 ini juga belum ada kandidat kuat (etnis Tionghoa) yang bisa ke arah sana," ujarnya.

Yunarto menambahkan, Indonesia saat ini sudah banyak memiliki banyak masyarakat yang terbuka cara berpikirnya. Apalagi mayoritas masyarakat Tionghoa di Indonesia saat ini tak hanya melulu menginginkan pemimpinnya berdarah sama.

"Ya memang harus diakui masyarakat kadang masih terjebak isu agama dan ras, non jawa pun masih sulit, sekat itu masih tersisa pada sebagian masyarakat yang belum terdidik. Contoh Obama dulu waktu menjadi presiden, beberapa rakyat di sana juga masih rasialis. Tapi untuk negara yang maju pasti mereka akan tetap patuh pada hasil pemilu," paparnya.

"Tapi kan logikanya sederhana, kalau sudah terpilih masyarakat pasti akan melihat dari hasil pemilu juga. Masyarakat pasti juga mau memilih. Pola pikir dari etnis Tionghoa sendiri sekarang yang terpenting mereka akan mencari siapa saja pemimpin mereka, tak harus dari Tionghoa juga," imbuh Yunarto.
http://www.merdeka.com/politik/bisak...indonesia.html

Saat Gus Dur mengaku keturunan Tionghoa tulen
Kamis, 30 Januari 2014 05:00

Merdeka.com - Siapa sangka mantan Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur ternyata keturunan Tionghoa. Entah pengakuan itu benar atau tidak, tapi yang jelas Gus Dur berulang kali mengungkapkan hal itu di depan publik, bahwa dia keturunan Tionghoa.

"Saya ini China tulen sebenarnya, tapi ya sudah nyampurlah dengan Arab dan India. Nenek moyang saya orang Tionghoa asli," kata Gus Dur dalam talkshow "Living in Harmony The Chinese Heritage in Indonesia" di Mal Ciputra, Jalan S Parman, Jakarta Barat, Rabu (30/1/2008).

Gus Dur menjelaskan dirinya adalah turunan Putri Campa yang menjadi selir Raja Majapahit, Brawijaya V. "Putri Campa itu lahir di Tionghoa, lalu dibawa ke Indonesia," ujarnya.

Dari perkimpoiannya dengan Brawijaya V, Putri Campa ini mempunyai dua anak; pertama laki-laki bernama Tan Eng Hian dan anak kedua perempuan bernama Tan A Lok. Tan Eng Hian mendirikan kerajaan Demak dan akhirnya berganti nama menjadi Raden Patah. "Dari sana keturunannya," ujarnya.

Sedangkan Tan A Lok, menikah dengan seorang ulama muslim keturunan Tionghoa bernama Tan Kim Han. Dalam beberapa kesempatan lain, Gus Dur justru mengaku keturunan Tan Kim Han. Dia merupakan salah satu tokoh yang menggulingkan Kerajaan Majapahit dan ikut mengantarkan pendirian Kerajaan Islam Demak.

Tan Kim Han adalah tokoh Muslim Tionghoa pada abad ke-15 dan 16. Dia diutus oleh iparnya, Jin Bun (dalam kitab Pararaton) atau Tan Eng Hian (versi Gus Dur) atau Raden Patah, yakni Raja Demak pertama bersama Maulana Ishak (sebagian riwayat menyebut ayah Sunan Giri) dan Sunan Ngudung (konon ayah Sunan Kudus) untuk mengadakan revolusi politik pada Majapahit.

Pertanyaannya, sebenarnya Tan Kim Han ini tokoh 'fiktif atau asli? Sejauh ini belum bisa dibuktikan. Namun setidaknya catatan-catatan lama tentang Tan Kim Han ini diyakini beberapa orang.

Ketika menjadi presiden, Gus Dur pernah berkunjung ke Universitas Beijing, China, pada 3 Desember 1999. Di sana dia mendapat sambutan meriah. Selain mengaku sebagai keturunan Tan Kim Han, Gus Dur juga mengatakan bahwa salah satu putrinya belajar Mandarin di salah satu universitas di Indonesia.

Tiga tahun kemudian, pada 2003, ternyata Gus Dur diundang untuk meresmikan monumen Tan Kim Han di China. Pada tahun itu, muncul silsilah singkat tentang Tan Kim Han, berdasar dua catatan silsilah dari marga Tan cabang Meixi dan cabang Chizai yang dikompilasi pada 1576 dan 1907.

Dari catatan itu diketahui Tan Kim Han lahir pada 1383, pada masa pemerintahan Hongwu. Dia menikah tanpa anak dan mengajar di satu sekolah di Leizhou setelah lulus dalam ujian pada 1405. Berdasar catatan Chizai Fang Jiapu pada 1907, Tan Kim Han ikut bersama Laksamana Cheng Ho berkunjung ke Lambri-Aceh. Setelah itu namanya tidak tercatat lagi karena menjadi pengikut agama lain, kemungkinan Islam.

Laksamana Cheng Ho melakukan ekspedisi laut pada 1405-1433 M, salah satunya ke Lambri atau Aceh. Perjalanan tokoh muslim China ini didokumentasikan oleh Ma Huan dalam kronik China. Ma Huan tiga kali ikut dalam perjalanan Laksamana Cheng Ho, pada 1405, 1408 serta 1412. Dia juga mencatat Tan Kim Han ikut dalam perjalanan itu.

Pada 1413, Ma Huan mencatat Lambri telah menjadi kerajaan Islam, dengan populasi sekitar 1.000 keluarga, semuanya muslim dan mereka jujur. Raja di daerah itu beragama Muslim. Tan Kim Han mungkin tertarik terhadap komunitas Muslim yang hidup di Lambri dan memutuskan untuk tinggal di sana, dan menikah dengan wanita setempat, membangun keluarga di Lambri.

Keluarga yang dibentuk Tan Kim Han mulai berkembang dan menjadi keluarga berpengaruh di komunitas Muslim di Lambri hingga Jawa Timur. Tan Kim Han memiliki nama panggilan Syekh Abdul Qodir Al-Shini.

Belakangan, seorang Peneliti Prancis Louis-Charles Damais, ikut menelusuri jejak Tan Kim Han ini. Charles Damais sampai pada kesimpulan bahwa Tan Kim Han merupakan tokoh Muslim yang memiliki nama lain Abdul Qodir Al-Shini, makamnya di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.

Kakek Gus Dur , Hasyim Asyari merupakan orang Jombang, putra dari Kiai Asyari. Jombang merupakan kabupaten kecil yang secara historis wilayahnya masuk dalam wilayah Majapahit. Makam Abdul Qodir Al-Shini masih satu kompleks dengan makam Putri Campa dan Raja Brawijaya V.
http://www.merdeka.com/peristiwa/saa...hoa-tulen.html

-------------------------

Suka-suka rakyat yang jadi pemilih lah!.
Gitu aja kok repot!



emoticon-Ngakak
Diubah oleh AkuCintaNanea 03-05-2014 08:47
0
8.2K
72
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan