UD. BATE MIRAH adalah suatu usaha produksi batu bata skala menengah yang berlokasi di Dusun Tanjung, Gampong Juli Tambo Tanjong Kemukiman Juli Utara, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireun, Propinsi Aceh. Dari pusat Kota Bireun, lokasi perusahaan hanya berjarak sekitar ± 3 km ke arah utara (ke arah Kabupaten Bener Meriah).



Saat ini produksi batu bata kami mencapai 50 ribu batu bata/25 hari kerja. Oleh karena keterbatasan modal maka pengembangan perusahaan berjalan lambat, sehingga tidak sesuai seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, langkah kedepan yang kami tempuh selaku pihak pengelola adalah menjadikan perusahaan ini go public dengan mengundang para investor untuk bergabung. Untuk rencana pengembangan, saat ini kami mempunyai 2 item kebutuhan tambahan yaitu pembebasan tanah seluas ± 1 ha dan pembangunan dapur pembakaran.

1. Tabel Rencana Kebutuhan Biaya Pengembangan


Hal ini karena keterbatasan lahan, tanah seluas 2000 m2 yang selama ini digunakan sebagai tempat usaha sudah tidak dapat lagi mendukung tahap rencana pengembangan. Oleh sebab itu, melakukan pembebasan tanah adalah langkah yang tepat dan mesti se-segera mungkin dilakukan. Lahan seluas 1 ha yang akan dibebaskan ini terletak tepat di belakang perusahaan, dengan kondisi tanah berbukit. Selama ini lokasi tersebut digunakan perusahaan untuk mengambil bahan baku (tanah) untuk pembuatan batu bata.



Untuk Kabupaten Bireun dan sekitarnya harga jual satuan batu bata umumnya berkisar antara Rp.350-420, dengan harga rata-rata Rp.385. Namun, dari tren pasar 10 tahun terakhir menunjukkan harga jualnya cenderung terus naik apalagi bila stok dipasaran sedikit (terbatas), maka harga jual satuan dapat melonjak naik mencapai Rp.600-700

Berikut sekilas mengenai rincian perhitungan produksi per unit batu bata, biaya-biaya, keuntungan, dan pembagian hasil di UD.BATE MIRAH.

2. Tabel Rincian ongkos produksi per satuan


Sedangkan modal kerja yang dibutuhkan untuk 1x produksi (total 50 ribu batu bata) adalah sebesar 9,5 juta rupiah

3. Tabel Ongkos 1x Produksi (50 ribu Batu Bata)


Dengan mengambil harga jual satuan rata-rata Rp.385, maka akan dihasilkan laba kotor sebesar Rp.8.000.000.

4. Tabel Perhitungan Keuntungan Sebelum Pembebasan Tanah


Setelah pembebasan tanah maka biaya bahan baku menjadi berkurang dari semula Rp.20 turun menjadi Rp.5, sehingga total ongkos produksi per satuan adalah Rp.175.

5. Tabel Rincian Ongkos Produksi Per Satuan Setelah Pembebasan Tanah


Dengan demikian modal kerja yang dibutuhkan untuk 1x produksi juga menurun menjadi 8,75 juta rupiah.

6. Tabel Ongkos 1x Produksi (50 ribu Batu Bata) Setelah Pembebasan Tanah


Dengan mengambil harga jual satuan rata-rata Rp.385, maka untuk 1x produksi laba kotor yang dihasilkan akan meningkat menjadi Rp.8.950.000.

7. Perhitungan Keuntungan Setelah Pembebasan Tanah


Setelah dilakukan pembebasan tanah yang berdampak positif dengan menurunnya total ongkos produksi per satuan, maka laba kotor juga kembali terkoreksi dengan adanya penambahan 1 unit dapur pembakaran lagi. Dengan total produksi mencapai 100 ribu batu bata (2x produksi) maka diperlukan ongkos produksi sebesar Rp.17.500.000

8. Ongkos Produksi Untuk 100 ribu Batu Bata


Jika mengambil harga jual satuan rata-rata Rp.385, maka dari 2x produksi laba kotor yang dihasilkan akan meningkat menjadi Rp.19.450.000

9. Perhitungan Keuntungan Setelah Pembebasan Tanah & Penambahan 1 Unit Dapur Pembakaran


Sebelum pembagian keuntungan antara pihak pengelola dan investor, maka dilakukan inventalisir terlebih dahulu terhadap aset-aset yang dimiliki perusahaan saat ini. Setelah di data diperoleh total keseluruhan aset (aktiva tetap dan aktiva lancar) sebesar Rp.127.410.000 yang juga merupakan modal pengelola. Sedangkan untuk modal investor adalah Rp.110.000.000 (dapat dilihat pada Tabel Rencana Kebutuhan Biaya Pengembangan).

10. Inventalisir Aset Perusahaan (Aktiva Tetap & Aktiva Lancar)


Persentase pembagian keuntungan untuk masing-masing pihak dilakukan dengan cara membandingkan besaran nilai modal masing-masing. Hasil perhitungan diperoleh bahwa persentase keuntungan pihak pengelola adalah sebesar 54%, sedangkan pihak investor mendapat bagian sebesar 46% dari laba kotor.

11. Pembagian Persentase Keuntungan


Dengan demikian maka pembagian keuntungan dapat dilihat pada tabel berikut:
12. Keuntungan 1x Produksi (50 Ribu Batu Bata) Sebelum Pembebasan Tanah


13. Keuntungan 1x Produksi (50 Ribu Batu Bata) Setelah Pembebasan Tanah


14. Keuntungan 2x Produksi (100 Ribu Batu Bata) Setelah Pembebasan Tanah & Penambahan 1 Unit Dapur Pembakaran




Kami disini bekerjasama dengan para agen untuk urusan masalah penjualan, dengan sistem penawaran harga. Setelah harga penjualan disepakati bersama yang tentunya menguntungkan kedua belah pihak, kemudian mereka (agen) langsung mengambil batu bata ke pabrik. Umumnya pihak perusahaan akan menerima uang hasil penjualan batu bata dari agen sekitar 7 hari sejak transaksi penjualan disepakati. Dengan demikian, ini berarti bahwa pihak pengelola baru akan mentransfer keuntungan yang menjadi bagian pihak investor selambat-lambatnya setelah jangka waktu tersebut.

Jangka waktu kerjasama investasi ini diharapkan kurang dari 2 tahun atau setelah investor mendapatkan nilai BEP. Setelah BEP investor tercapai maka investor diberi kebebasan untuk memilih, kembali melanjutkan kerjasama atau menarik modal yang dinvestasikan. Jika Investor ingin menarik modal, maka investor berhak mendapatkan besaran nilai modal yang sama saat awal investasi.

Investasi dilakukan dengan 2 Tahap, dengan nilai per slot nya adalah 2 juta rupiah.
Tahap 1 adalah tahap pembebasan atau perluasan lahan usaha sebesar 80 juta rupiah.
Tahap 2 adalah tahap pembangunan 1 unit dapur pembakaran sebesar 30 juta rupiah.

Bagi investor ingin bertanya lebih lanjut atau memerlukan proposal lengkap bisa menghubungi kami di: