AMERIKA MENINGKATKAN STOK CADANGAN JDAM

Air Weapons: Stocking Up On JDAM

Pada akhir tahun 2013 Departemen Pertahanan Amerika tiba tiba meningkatkan jumlah pemesanan JDAM sebanyak 17 persen ( menjadi 212.588).
Lebih dari 250.000 bom jenis JDAM sudah dibuat sejak tahun 1998, dan Amerika adalah pelanggan utama. Ini semua adalah tentang menyetok untuk “The Big One”.
Angkatan Udara Amerika (juga laut, marinir dan darat) semua berpaling dari menggunakan kekuatan udara (air power) dalam melawan para teroris dan pasukan bersenjata tanpa bentuk, kearah apa yang mereka sebut sebagai “membom Beijing” atau Korea Utara atau Iran.
Ini perubahan besar bagaimana kekuatan udara Amerika digunakan selama dua dekade terakhir ini.
Pada saat itu banyak dilakukan pemboman tetapi jarang ada perlawanan pada pesawat tempur Amerika.
Ketika bom pintar GPS dan targeting pods diperkenalkan pada tahun 90an, para pilot pesawat pembom menjadi berkurang tugasnya, dan kemudian hanya menjadi supir pembawa bom.

Pihak Amerika mempercayai bahwa kunci dari persenjataan udara adalah bom pintar, terutama JDAM dan JSOW (JDAM yang diberi motor penggerak).
Oleh karena itu pemesanan JDAM ditingkatkan, untuk menambah jumlah bom cadangan perang bila peperangan nanti terjadi.
Dilain pihak, Amerika sudah mempunyai sejumlah senjata bom pintar.
Sesudah penyerbuan Irak, angkatan udara Amerika memesan JDAM sebanyak 5000 JDAM per bulan.
Dimana pada masa akhir peperangan terbukti mereka membutuhkan kurang dari itu.
Ditahun 2005, sekitar 30.000 JDAM dipesan.
Berkurang ditahun 2006 menjadi 11.605, dan 10.661 ditahun 2007.
Sedangkan ditahun 2008, hanya 5000 yang dipesan.
Tapi saat ini lebih dari 10.000 lagi setahun.
Hampir semua yang dipesan beberapa tahun ini dialokasikan sebagai cadangan perang.
Hanya beberapa ribu saja selama setahun yang digunakan, dan itu termasuk untuk pelatihan.
Untuk cadangan perang, mereka mempunyai lebih dari 100.000 buah, dan digunakan tidak harus spesifik, tapi diperuntukkan peperangan besar dimasa depan.
Para perencana peperangan udara melihat bahwa konflik sangat mungkin terjadi dengan Cina.
Walaupun ada ketergantungan dengan GPS, JDAM sudah dibuat untuk tahan terhadap jamming, dan jika ini gagal masih ada cadangan yaitu sistim penuntun INS, walaupun tidak seakurat GPS tapi masih tergolong akurat untuk menghancurkan target.

Bom pintar JDAM dibuat pada tahun 90an, ketika jaringan GPS baru saja beroperasi.
Senjata ini mulai digunakan ditahun 1999 pada Konflik di Kosovo, dan terbukti berhasil mengurangi jumlah bom yang dijatuhkan jauh daripada pengeboman biasa.
Para jendral angkatan udara masih menebak akan kemana ini semua akan mengarah.
Saat ini usaha terbesar adalah bagaimana menggunakan semua teknologi ini untuk menghentikan perlawanan seperti Cina (atau Iran atau Korea Utara, dua musuh yang lebih kurang lengkap persenjataannya)

Terlihat dan implikasinya, JDAM datang dengan tiba tiba.
Bom berpenuntun pertama terlihat pada akhir perang dunia kedua, dan tidak menjadi faktor penting hingga bom berpenuntun laser dibuat pada tahun 60an.
Satu dekade kemudian bom berpenuntun di monitor mulai beroperasi.
Tapi bom jenis ini sangat mahal, sekitar 100.000 dollar sebuah.
Sampai Perang Teluk 1991, hanya 16 persen dari 250.000 bom yang digunakan adalah bom berpenuntun/guided.
Tetapi para analisa peperangan menemukan bahwa 75 persen kerusakan yang terjadi diakibatkan oleh bom berpenuntun.
Bom berpenuntun masih mahal, dan yang memakai perangkat laser masih terkendala dengan berbagai kondisi cuaca (hujan, embun, badai pasir).
Sesuatu yang baru dibutuhkan untuk menggantikan bom bodoh selamanya.
Dan jawaban itu adalah bom pintar berpenuntun GPS

Ditahun 1991, sistim GPS baru mulai beroperasi.
Sudah ada rencana untuk membuat bom seperti JDAM tetapi tidak ada yang yakin bahwa ini akan berhasil.
Ketika para teknisi mulai bekerja, diketahui bahwa JDAM tidak hanya dapat bekerja dengan baik, tetapi biayanya setengah dari (18.000 dollar per bom) apa yang angkatan udara anggarkan (40.000 dollar per bom, atau sekitar 55.000 dollar dengan perubahan tingkat inflasi)

Jadi di tahun 1996, JDAM mulai produksi.
Selama penggunaan pertama, di Kosovo, 98 persen dari 652 JDAM yang digunakan mengenai target.
Ditahun 2001, JDAM terbukti senjata yang ideal dalam mendukung beberapa ratus pasukan khusus dan para personil CIA yang beroperasi di Afghanistan.
JDAM menjadi lebih akurat dan efektif dari perkiraan.
Sedangkan ditahun 2002, Amerika menggunakan setengah dari inventaris 10.000 JDAM nya di Afghanistan.

Ditahun 2003, 6.500 JDAM digunakan dalam kurun waktu 3 minggu pada penyerbuan Irak.
Sejak 1999, pesawat tempur Amerika menggunakan kurang dari 40.000 bom.
Versi terus diperbaharui sehingga bom ini mempunyai beberapa kelebihan.
Versi terakhir lebih akurat, yang dapat menempatkan bom ini dalam radius 10 meter dari titik yang dituju.
JDAM cukup kuat.
Pesawat tempur F-22 dapat menjatuhkan setengah ton JDAM dari ketinggian 16.100 meter (50.000 kaki), selagi terbang dengan kecepatan 1500 km/jam.

Kedatangan JDAM hampir bersamaan dengan adanya targeting pods yang murah dan efektif.
Alat ini meningkatkan efektifitas JDAM.
Targeting pods berisi FLIR (kualitas gambar video penglihatan malam dengan radar infra merah), dan kamera TV yang membuat para pilot dapat terbang pada ketinggian 6.300 meter (20.000 kaki) dan dapat melihat apa yang terjadi dibawah sana.
Piranti ini juga berisi penunjuk laser untuk bom berpenuntun laser, dan penghitung jarak laser / laser range finder yang membuat pilot dapat mengkoordinasikan bom JDAM.

Berada pada jarak aman dari gangguan tembakan senjata penangkis udara, para pilot dapat melihat apa yang terjadi didarat, dan dapat menjadi pengamat bagi pasukan kawan didarat.
Tetapi kemampuan ini juga membuat para pilot mudah dalam memilah target dan menghancurkan dengan penuntun laser atau bom JDAM.
Selagi pesawat pesawat pembom mendapatkan informasi dari pengawas didarat untuk dukungan udara bagi pasukan kawan, mereka juga dapat mencari sendiri target dengan piranti yang ada, dimana didaerah tsb tidak ada kawan pemberi informasi.
Targeting pods / piranti target ini pertama kali digunakan pada Perang Teluk 1991.
Perangkat yang dipunyai piranti LANTIRN, yang untuk ukuran saat ini, gambar pada monitor sangat jelek untuk dapat melihat apa yang terjadi didarat.
Dan lebih dari sepuluh tahun, peningkatan teknologi memberikan para pilot penglihatan yang lebih baik dalam melihat daratan.

Tetapi saat ini para perencana harus membuat teknik teknik untuk mengatasi sistim anti serangan udara dan jammers GPS.
Angkatan udara dan laut Amerika sudah lama berusaha untuk mengatasi ini, dan usaha ini tidak pernah menjadi prioritas (dan anggaran sedikit) selama dekade terakhir, dikarenakan lebih terfokus pada peperangan yang sedang terjadi.
Teknik pembuatan bom pintar, termasuk penggunaan UAV dalam menemukan target, dan menghancurkannya menggunakan rudal rudal berpenuntun, hingga saat ini mengalami kesuksesan.
Tetapi ketika melawan musuh yang sudah siap dan mempunyai peralatan bagus, hal ini masih diragukan.

Selama Perang Dingin (1947-91) Amerika bekerja keras untuk dapat menembus pertahanan udara yang kuat.
Hal ini telah diuji ketika di Vietnam dan Perang Arab-Israel 1973.
Kedua konflik ini menunjukkan bahwa dengan peralatan dan taktik yang benar, penyerang dapat berhasil, dengan kerugian sedikit.
Tetapi peperangan udara semacam ini penuh dengan bahaya, kejutan, dan berpotensi sangat tinggi untuk dikalahkan.

Dilain pihak banyak negara lain (Rusia, Cina, Israel, Taiwan dan lainnya) memproduksi JDAM versi mereka, dan bom bom berpenuntun laser, dan berkompetisi dalam penjualan dengan buatan Amerika.

http://www.strategypage.com/htmw/hta.../20140423.aspx

nyetoknya banyak amat euy

benar benar mamarika menerapkan motto “bila ingin damai, bersiap untuk berperang”, dan mereka serius mengantisipasi perang masa depan dengan prediksi bakalan dengan si panda