Hai, mungkin, diriku ini telah mengisi seluruh kuota ingatanmu. Mungkin, sekarang yang kau fikirkan hanyalah diriku. Yahaha, mungkin ego-ku yang terlalu besar, terlalu keras kepala, sehingga aku sendiri yang berfikir seperti itu.
Atau mungkin, kini dirimulah yang marah, marah karena menunggu dan menunggu sesuatu yang tidak pasti. Mereka bilang, melupakan seseorang yang sangat berarti untukmu, sama seperti mencoba mengingat seseorang yang sebelumnya tidak pernah kamu kenal.
Hahaha, aku jadi ingat 12 bulan yang lalu. Kakiku berderap dengan cepat di gerbang sekolah. Ya, itulah hari dimana aku resmi, menjadi siswa di sekolah kita. Aku ingat, aku datang di pukul 07.00 pagi. Disambut oleh tatapan penasaran oleh siswa di kelas kita, tak terkecuali dirimu.
“Namaku Ani, Aninda Putri.” ujarku sembari tersipu malu.
Guru mempersilahkanku duduk. Banyak pasang mata yang melihatku, dengan muka masam tentunya. Dan sepertinya, dirimulah yang paling ramah.
“Namaku Raisha,” katamu dengan senyum yang tulus.
Dan ya, 1 bulan kemudian, kita mendeklarasikan diri, sebagai sepasang sahabat. Tidak bisa kubayangkan, betapa indahnya waktu itu. Walaupun banyak teman yang mengacuhkan kita, dan banyaknya teman yang mengucilkanmu, kamu tetap setia kepadaku. Pada akhirnya, aku tahu kalau sahabat itu benar-benar nyata. Sahabat itu orang yang tetap setiap disisimu, ketika banyak orang yang menjauhkanmu.
Rasanya sangat indah, jika aku memikirkan itu semua. Dan 3 bulan kemudian, secara mendadak aku menghilang. Tidak terdaftar sebagai murid di sekolah kita, rumah yang kosong, dan seakan-akan kau tidak pernah bertemu denganku.
Tapi ketahuilah, Raisha, aku tidak pernah berpikiran begitu. Terima kasih, Raisha, karena kamu, aku telah mengalami 3 bulan yang menyenangkan. Walaupun, um.. keadaanku yang, botak. Ya, aku mengidap kanker darah stadium 2. Dan sekolah merupakan permintaanku, karena aku bosan berada di rumah sakit.
Aku sangat berterima kasih, karena kamu telah menerimaku apa adanya. Ya, apa adanya. Kamu tidak pernah malu menerimaku sebagai temanmu, dan kamu selalu membantuku, ketika sakitku menjadi lebih parah.
Ketahuilah, aku pergi, bukan karena aku membencimu. Tetapi, karena aku tidak mau kamu menderita, melihat penyakitku yang semakin parah.
Oh iya, ketika kamu membaca surat ini, mungkin aku telah pindah ke alamat dibawah ini. Tolong kunjungi aku, ya!
***
Raisha berjalan dengan cepat, berlari, ke tempat yang dituju, yang ternyata berdekatan di rumahnya. Dan akhirnya ia sampai.
Alamat itu menuju ke sebuah pemakaman. Di depan Raisha terdapat sebuah nisan, dengan terukir nama Aninda Putri di batunya.
Ada sebuah botol yang sangat usang, berisi sebuah kertas. Raisha membuka botol itu dan menemukan sebuah surat.
Raisha,
Aku mengingat, saat kau menjahiliku. Saat kau membuatku menangis. Aku akan melupakan itu semua.
Lalu..
Ketika aku mengacaukan tugasmu. Ketika aku membuat kamarmu berantakan. Ketika aku merepotkanmu. Bisakah kamu melupakan itu semua?
Dan jika bisa,
Tolong lupakan aku juga, ya?