Beriklan di TV dengan intensitas tinggi, tidak menjadi jaminan diminati banyak orang. Hal ini dialami Partai Hanura.

Selama masa kampanye, belanja iklan partai ini di TV mencapai Rp 70,5 miliar. Terbesar di antara 12 parpol. Namun perolehan suara berdasarkan hitungan cepat berbagai lembaga survei hanya 5%-6%.

Sebaliknya, Partai Gerindra dengan belanja iklan di TV Rp 26,49 miliar mampu mendulang suara 11%-12%.

Begitu pula Partai NasDem, sebagai partai baru peserta Pemilu 2014, dengan belanja iklan di TV Rp 3,228 miliar, sukses meraup suara 6%-7%.

“Ini adalah fenomena menarik yang perlu dianalisa,” kata Direktur Sigi Kaca Pariwara, Jakarta, Sapto Anggoro. Sebagai perusahaan data mining yang mengelola brand Adstensity.com, Sigi melakukan monitoring dan riset terhadap kemunculan iklan tayangan TV dalam jenis iklan kampanye politik, selama masa kampanye terbuka, mulai 16 Maret sampai 5 April pukul 24.00 WIB.

“Kami menghitung frekuensi tayang setiap iklan dan mengkombinasikannya dengan harga komersial tayangan iklan per-stasiun TV berdasarkan data published rate yang tertera berikut open discount yang disertakan masing-masing stasiun TV,” jelasnya.

Ada 10 stasiun TV dimonitor selama 24 jam sehari, meliputi RCTI, SCTV, Trans 7, Trans TV, Indosiar, TV One, Metro TV, AnTV, MNC TV dan Global TV.

Total belanja iklan seluruh partai di televisi Rp 340 miliar.

Selama masa kampanye tersebut, ditemukan ada 107 variasi tema television commercial (TVC) kampanye yang dilansir 12 parpol.

Gerindra menjadi partai yang paling banyak membuat variasi iklan TVC dengan 19 tema, disusul Demokrat: 14 tema dan Golkar dengan 13 tema TVC.

Sementara PBB menjadi parpol yang paling sedikit membuat variasi tema, hanya 1 tema TVC.

Sementara itu, dari jumlah frekuensi tayang, iklan-iklan kampanye milik Paertai Hanura paling aktif dengan total 2.489 kali tayang.

Sementara PBB menjadi partai yang paling sedikit beriklan di televisi. Hanya 5 kali.

Selain Hanura, Ada dua parpol yang secara kasat mata aktif mengeluarkan iklan “berbau” politik jauh-jauh hari, yakni Golkar dan Gerindra. Total pengeluaran Golkar Rp 39,884 miliar dan Gerindra Rp 26,490 miliar.

Kenapa belanja besar di TV seperti Partai Hanura tak berkorelasi dengan raihan suara Pemilu 2014?

Beberapa masyarakat menilai, materi yang disampaikan kurang mengena di hati rakyat. Dan juga tokoh yang ditampilkan tidak punya nilai jual.

“Keseringan tampil, malah saya jadi bosan jadinya. Mentang-mentang dia yang punya TV,” kata seorang responden.........

Grafik Biaya iklan TV yang sudah dikeluarkan partai politik untuk Pemilu 2014



sumur

Iklan tidak selalu menjanjikan...........