Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pakubeton36Avatar border
TS
pakubeton36
THE raids mancay
Pemain film laga The Raid, Iko Uwais,
berkunjung ke Kompas.com, Jakarta,
Jumat (16/3/2012). Film The Raid,
yang disutradarai oleh Gareth Evans,
mendapat apresiasi positif dari
kritukus film dunia.
Selasa, 8 April 2014 | 17:11 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com --
Keberhasilan film silat The Raid 1 dan
The Raid 2 di kancah perfilman
internasional adalah fenomenal. Di
London, Inggris, dikabarkan orang rela
antre untuk menyaksikan film The
Raid 2 yang baru saja diluncurkan
sejak akhir Maret lalu. Di Amerika
Serikat, film tersebut langsung meraup
165.000 dollar AS di pekan perdana,
dan langsung menduduki peringkat 23
di film box office AS.
Sementara di dalam negeri, sampai
pekan lalu, tercatat sudah 704.156
penonton yang menyaksikan karya
sutradara Gareth Evans tersebut.
Fenomena ini tidak lepas dari peran
Iko Uwais yang menjadi bintang utama
film itu. Iko kini praktis menjadi
bintang laga teratas yang dikenal di
tingkat dunia. Cowok Betawi ini
secara sadar memilih menjadi aktor
laga karena kecintaannya pada seni
bela diri pencak silat. Dia
mempelajarinya sejak berusia 10
tahun.
Keseriusan Iko belajar di perguruan
silat Tiga Berantai milik pamannya
membuat suami penyanyi Audy Item
tersebut merasakan ikatan jiwanya
yang amat kuat dengan ilmu silat.
Semakin mempelajari dan
mengenalkan silat ke berbagai negara,
Iko semakin merasakan bahwa
Indonesia punya seni bela diri yang
kaya karakter. Namun, bakat Iko
sebagai petarung belum diketahui
banyak orang. Sembari terus belajar
silat dan menjadi atlet silat nasional,
ia tetap menjalani pekerjaan sehari-
harinya sebagai sopir truk di sebuah
perusahaan.
Pertemuannya dengan sutradara
Gareth Evans pada tahun 2007 (ketika
itu ia membuat film dokumentasi di
perguruan silat Tiga Berantai) telah
mengubah kehidupan Iko. Gareth yang
melihat potensi Iko, mengajaknya
bermain film berjudul Merantau pada
tahun 2009. Lewat film yang pernah
diputar di Fantastic Film Festival di
Puchon, Korea Selatan, dan Fantastic
Fest di Austin, Texas (AS), nama Iko
mulai dikenal di dunia internasional.
Selain bermain film, Iko juga
mendapat banyak tawaran menjadi
bintang iklan untuk beberapa produk.
Di luar kesibukannya menjadi aktor,
ayah Atreya Syahla Putri Uwais ini
menjadi pencari bakat dan koreografer
untuk seni bela diri di PT Merantau
Films.
Hollywood pun mulai melibatkan
pendekar itu. Iko Uwais antara lain
terlibat dalam penggarapan film Man
of Tai Chi yang dibintanginya bersama
aktor beken Keanu Reeves.
Melihat semakin banyak film tentang
percintaan, apakah Iko Uwais
berencana untuk tampil dalam layar
perfilman Indonesia dengan tema
percintaan?
(Ryan Aulia Arsyad, Bandung)
Ha-ha-ha.. Apa pun genre-nya tidak
menutup kemungkinan buat saya main
dalam film di luar action.
Terpikirkah Bang Iko untuk bermain
film romantis atau komedi? Lalu
adakah impian peran yang Bang Iko
sangat ingin mainkan?
(Indri Hapsari Tiaryani, Yogyakarta)
Tidak sama sekali.. Tetapi saya ingin
sekali berperan sebagai tokoh yang
sedikit menantang, sedikit gila, tapi
dingin.
Iko, siapa orang yang penting dalam
kesuksesan dirimu selain orangtua?
(Nurul Fatimah, Cibodas, Kota
Tangerang, Banten)
Allah yang memberikan segala jalan
dan rezeki kepada saya. Selain itu,
orang yang paling berjasa dalam
perjalanan karier saya, antara lain
guru besar saya, almarhum Haji
Ahmad Bunawar. Dia yang menjadikan
saya seperti ini dan Gareth Evans
(sutradara film The Raid 1 dan The
Raid 2 yang menemukan bakat Iko).
Apakah menurut Mas Iko ada
hubungan atau pertalian antara
kecintaan Mas Iko pada seni bela diri
(silat) terhadap film-film yang telah
atau sedang dibintangi Mas Iko saat
ini?
(Ria Sitorus, mahasiswi Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan,
Sumatera Utara)
Ya pasti ada, karena bela diri yang
saya tunjukan di film-film yang saya
bintangi tersebut budaya silat.
Apa yang menjadi inspirasi dan
dorongan Mas Iko untuk terjun ke
dunia akting di film laga, karena
menjadi aktor film laga tidak hanya
butuh kemampuan bela diri saja?
(Khairul Amin, mahasiswa Jurusan
Agroteknologi, Fakultas Pertanian
Peternakan, Universitas
Muhammadiyah, Malang)
Karena Indonesia sudah kangen
dengan adanya figur bela diri dari
milik khas kita sendiri. Kita punya
seni bela diri (martial art) sendiri
yang begitu kaya dengan karakternya,
yakni pencak silat.
Setelah film The Raid 1 ditayangkan di
beberapa negara, adakah orang luar
negeri yang secara pribadi
mendatangi Anda, karena penasaran
ingin belajar pencak silat langsung
dari Anda?
(Lenny Luthfiyah, mahasiswa Ilmu
Komunikasi Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Sunan Ampel,
Surabaya)
Ya ada, beberapa orang.
Mengingat karier Anda yang sukses
sebagai atlet dan aktor film laga,
apakah anak Anda nanti diharapkan
mengikuti jejak Anda sebagai atlet
maupun aktor film laga?
(Rachmad Hadjarati, Malang- Jawa
Timur)
Saya tidak harus menuntut anak-anak
saya untuk mengikuti jejak hidup ke
bidang saya atau ibunya. Terserah
saja ke mana dia mau berkarier. Yang
penting positif. Kami pasti
mendukungnya.
Apakah keinginan terbesar Anda
selanjutnya, setelah karier yang sudah
Anda capai saat ini begitu luar biasa?
(Munandar, Cikarang, Bekasi-Jawa
Barat)
Keinginan terbesar saya adalah terus
berkarier dan membawa nama besar
pencak silat.
Kebanggaan seperti apa yang Anda
rasakan ketika film-film yang
dibintangi sukses dan diputar di
mancanegara?
(Endang Retnowati, SMP 2 Brangsong,
Kabupaten Kendal, Jawa Tengah)
Semua keberhasilan film-film saya itu
pastinya di luar ekspektasi. Saya
sangat bangga berperan di dalamnya.
Ada enggak keinginan terjun ke dunia
tarik suara, misalnya berduet bareng
Audy? Kan istri Anda dan keluarganya
terlahir dari keluarga pemusik.
(Aulia Rasyid, Jakarta)
Tidak, saya tidak mau memaksakan
keadaan untuk menjadi seperti itu.
Kami masing-masing sudah memiliki
profesi sendiri. Istri saya menjadi
penyanyi, saya sebagai fighter.
Kita tahu salah satu cara merebut
pasar film adalah melalui aktor
filmnya. Menurut Anda, apakah aktor-
aktor laga dalam film Indonesia bisa
bersaing dengan aktor laga film-film
Barat?
(Gunawan Simangunsong, mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Kristen
Indonesia, Jakarta)
Semua pasti mungkin. Alhamdulillah
perfilman Indonesia saat ini sudah
diperhitungkan di perfilman dunia.
Sekarang Iko dan Audy sudah punya
anak nih, cewek lagi. Nah apakah
nanti anaknya mau diarahkan untuk
jadi penyanyi kayak ibunya atau
cewek yang suka silat kayak
bapaknya?
(Wahyu Dwi Pranata, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Grobogan-Jawa
Tengah)
Kami tentu mempersiapkan semuanya
untuk menuntun anak kami ke jalan
yang sebaik mungkin.
Hai Bang Iko, Anda kan orang Betawi,
misalnya ada dua tawaran film
sekaligus pada saat yang sama,
bermain film tentang Pitung dan film
tentang Jampang, Anda bakal memilih
Film yang mana dan apa alasannya?
(M Arief Wijaya, Jakarta)
Saya memilih untuk ikut berperan
dalam film tentang Si Pitung, karena
cerita Si Pitung bisa dikolaborasikan
dari segi teknik dan sinematografinya
secara modern.
Dengan karier Anda yang gemilang
dan sukses, apa sih ekspektasi
terbesar dalam hidup Anda?
(Sonia Trisnata Widyati, Surabaya-
Jawa Timur)
Saya memiliki keinginan untuk lebih
mengenalkan silat yang merupakan
budaya dan ciri khas Indonesia di
salah satu film tentang seni bela diri
(martial art) kita.
Iko Uwais itu seperti Jackie Chan-nya
Indonesia, sangat fantastik ketika
bermain film yang ber-genre action.
Apakah Anda ingin atau bercita-cita
untuk beradu akting dengan bintang
internasional dan menjadi bintang
action Indonesia yang mendunia?
(Sulastri, Bandung-Jawa Barat)
Iya pastinya. Saya bercita-cita
supaya budaya kita bisa berkolaborasi
dengan cabang bela diri yang lain.
Saya kagum melihat Anda bahwa aktor
Indonesia juga mempunyai kompetensi
untuk dapat bermain dengan dunia
film luar negeri. Menurut pendapat
Anda, apa kekurangan aktor Indonesia
lainnya dalam bermain film di
Indonesia agar mendapat kemajuan
seperti Anda, setelah Anda
mempunyai pengalaman bermain yang
disutradarai oleh warga Inggris?
(Ceria Kristi Br Tarigan, Medan-
Sumatera Utara)
Menurut saya, teman-teman aktor
Indonesia tidak ada kekurangan sama
sekali. Hanya saja aktor Indonesia
belum berkesempatan menunjukkan
kemampuannya secara maksimal.
Mungkin jangan merasa cukup puas
dulu, karena apa yang kita kerjakan,
pasti belum meraih titik sempurna.
Iko Uwais namanya bagus. Boleh
ceritakan sedikit tentang nama itu?
(Khadijah Daeng Rannu, Makassar-
Sulawesi Selatan)
Iko itu nama panggilan saya saat
masih kecil. Nama saya lengkap
Uwais Qorny. Saya tiga bersaudara,
abang saya yang pertama diberi nama
oleh paman saya. Kakak saya yang
nomor dua diberi nama oleh kakek
saya.
Bapak saya seorang guru mengaji atau
ustaz. Dia mau memberi nama untuk
"saya" pas saya lahir nanti. Kebetulan
waktu itu bapak saya sedang
membaca kitab, dan menemukan
sejarah sang sahabat Rasulullah SAW
yang bernama Uwais Al Qorony.
Lalu bapak saya membuang beberapa
kata dari Uwais Al Qorony tersebut,
jadilah Uwais Qorny dengan memakai
nama panggilan nama kecil saya,
"Iko". Nah, Gareth sangat suka dengan
nama Iko Uwais. Dia kemudian
mengambil nama panggilan saya
untuk digabung dengan nama depan
saya sehingga menjadi "Iko Uwais".
Bang Iko, pernahkah menggunakan
keahlian bela dirinya di kehidupan
nyata, misalnya dari tindak kejahatan,
copet dan lain-lain? Bisa diceritakan
pengalamannya kalau pernah.
(Aris, Pamulang Tangerang Selatan-
Banten)
Semua pasti ada, itu bagian dari
pengalaman hidup saya.
Ilmu silat merupakan warisan leluhur
bangsa Indonesia. Bagaimana Anda
bisa mencintai olahraga tersebut?
(Dani Ramdani Hasanudin, Bandung,
Jawa Barat)
Menurut saya, silat itu beladiri yang
sudah mewakili dari berbagai macam
aliran beladiri dan ia fleksibel, tidak
monoton. Maka dari itu, menurut saya,
siapa lagi yang bisa mengembangkan
budaya kita sendiri, selain kita.
Sebagai anak muda masa kini, apa
yang memotivasi Anda untuk
menekuni ilmu beladiri pencak silat?
(Ignatius Wurwanto, BSD City -
Tangerang-Banten)
Beladiri pencak silat ini salah satu
warisan keluarga saya, dan juga
warisan bangsa. Silat sangat kaya
dengan kebudayaan. Hal tersebut
menjadi motivasi saya untuk
menekuni pencak silat.
Iko Uwais
Nama Lengkap: Uwais Qorny
Lahir: Jakarta, 12 Februari 1983
Tinggi dan berat badan: 169
sentimeter dan 70 kilogram
Hobi: bermain silat, main sepak bola
Pekerjaan:
2008–sekarang: pencari bakat dan
koreografer di PT Merantau Films
Pengalaman:
- Tampil di Ekshibisi Martial Art di
Azerbaijan (2006)
- Tampil di Ekshibisi Martial Art di
Moskwa, Rusia (2006)
- Tampil di Inggris Open Martial Art
(2006)
- Memperkenalkan silat di Laos dan
Kamboja (2007)
- Tampil di Ekshibisi Martial Art se
dunia di Paris, Perancis (2008)
Penghargaan:
- Juara III dalam Kejuaraan Daerah
Antar Perguruan Silat se-DKI Jakarta
(2003)
- Penampil Terbaik Kategori Dewasa
Tunggal pada Festival Pencak Silat di
Cibubur, Jakarta Timur (2005)
- Nomine Kategori Pendatang Baru
Terbaik dan Terfavorit di Indonesia
Movie Awards (2010)
- Nomine peraih Breakout Stars yang
dirilis Rotten Tomatoes dalam film
"The Raid 1" (2012)
- Nomine peraih Pasangan Laga
Terbaik (bersama aktor laga Donny
Alamsyah) dalam film "The Raid 1" di
Indonesia Movie Awards (2013)
Film:
- Merantau (2009)
- The Raid 1 (2011)
- Man of Tai Chi (2013)
- The Raid 2: Berandal (2014).
0
1.7K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan