Quote:
Jakarta- Hujan es disertai angin kencang melanda kawasan Pejaten, Jakarta Selatan. Hujan ini membuat daun-daun dan juga ranting pohon berjatuhan akibat tiupan angin.
Hujan es ini melanda kawasan Pejaten, Cilandak dan Ampera sekitar pukul 15.30 WIB, Senin (7/4/2014).
Hujan ini sangat deras sehingga membuat jarak pandang terbatas. Langit juga terlihat gelap sehingga banyak pengendara jalan yang menyalakan lampunya agar jelas melihat jalanan.
Menurut pantauan detikcom, ukuran es ini tidak terlu besar dan saat menimpa bagian atas mobil akan berbunyi sangat keras. Saat berita ini diturunkan, hujan lebat masih terjadi di kawasan Pejaten.
Hujan deras juga terjadi di Halim, Fatmawati, Kuningan, Pondok Indah, Pasar Minggu, Condet, Cibitung dan Bintara.
Bagaimana hujan es terjadi? Kepala Sub Bidang Peringatan Dini Cuaca Ekstrem Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kukuh Ribudiyanto beberapa waktu silam kepada detikcom pernah menjelaskan hujan es diawali dengan terbentuknya awan cumulusnimbus. Awan ini merupakan awan tebal yang terbentuk menjelang hujan. Dalam awan ini biasanya terbentuk turbulance sehingga menimbulkan hembusan udara dari atas ke bawah.
Awan ini bisa menjulang hingga ketinggian 12 km. Saat mencapai ketinggian 12 km suhu di puncak awan mencapai -40 derajat Celcius hingga -60 derajat Celcius. Kemudian saat terjadi embusan udara turunlah kristal-kristal es.
"Saat embusan itu es-nya turun sehingga turun hujan es," katanya.
Kukuh mengatakan, agar bisa turun hujan es ketinggian awan cumulus nimbus harus mencapai 7 km hingga 12 km. "Kalau ketinggiannya baru sampai 5 km suhunya baru mencapai 0 derajat Celcius, jadi harus menjulang lebih tinggi dari itu untuk menyebabkan hujan es," paparnya.
Kukuh meminta masyarakat mewaspadai adanya pohon tumbang saat masa transisi musim ini. Hal ini disebabkan pada masa transisi ini kerap terjadi angin kencang. "Hujan biasanya juga tidak terlalu lama, namun deras," katanya.