ditanyaaaAvatar border
TS
ditanyaaa
Sebuah Renungan Dari Seorang Suami... :') (Yang Mau Nikah/Yang Udh Nikah Masuk Gan!)
Lima tahun yang lalu, kecelakaan telah
merenggut orang yang kukasihi, sering aku
bertanya-tanya, bagaimana keadaan istri
saya sekarang di alam surgawi, baik-baik
sajakah? Dia pasti sangat sedih karena sudah
meninggalkan sorang suami yang tidak mampu
mengurus rumah dan seorang anak yang masih
begitu kecil.
Begitulah yang kurasakan, karena selama ini
saya merasa bahwa saya telah gagal, tidak
bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani
anak saya, dan gagal untuk menjadi ayah dan
ibu untuk anak saya.
Pada suatu hari, ada urusan penting di tempat
kerja, aku harus segera berangkat ke kantor,
anak saya masih tertidur. Ohhh… aku harus
menyediakan makan untuknya. Karena masih
ada sisa nasi, jadi aku menggoreng telur untuk
dia makan. Setelah memberitahu anak saya
yang masih mengantuk, kemudian aku bergegas
berangkat ke tempat kerja. Peran ganda yang
kujalani, membuat energiku benar-benar
terkuras.
Suatu hari ketika aku pulang kerja aku merasa
sangat lelah, setelah bekerja sepanjang hari.
Hanya sekilas aku memeluk dan mencium
anakku, saya langsung masuk ke kamar tidur,
dan melewatkan makan malam. Namun, ketika
aku merebahkan badan ke tempat tidur dengan
maksud untuk tidur sejenak menghilangkan
kepenatan, tiba-tiba saya merasa ada sesuatu
yang pecah dan tumpah seperti cairan hangat!
Aku membuka selimut dan….. di sanalah
sumber ‘masalah’nya … sebuah mangkuk yang
pecah dengan mie instan yang berantakan di
seprai dan selimut!
Ya Alloh..! Aku begitu marah, aku mengambil
gantungan pakaian, dan langsung menghujani
anak saya yang sedang gembira bermain
dengan mainannya, dengan pukulan-pukulan!
Dia hanya menangis, sedikitpun tidak meminta
belas kasihan, dia hanya memberi penjelasan
singkat:
“Ayah, tadi aku merasa lapar dan tidak ada
lagi sisa nasi. Tapi ayah belum pulang, jadi aku
ingin memasak mie instan. Aku ingat, ayah
pernah mengatakan untuk tidak menyentuh
atau menggunakan kompor gas tanpa ada
orang dewasa di sekitar, maka aku menyalakan
mesin air minum ini dan menggunakan air
panas untuk memasak mie.
Satu untuk ayah dan yang satu lagi untuk saya
… Karena aku takut mie’nya akan menjadi
dingin, jadi aku menyimpannya di bawah
selimut supaya tetap hangat sampai ayah
pulang. Tapi aku lupa untuk mengingatkan
ayah karena aku sedang bermain dengan
mainan saya … Saya minta maaf Ayah … “
Seketika, air mata mulai mengalir di pipiku …
tetapi, saya tidak ingin anak saya melihat
ayahnya menangis maka aku berlari ke kamar
mandi dan menangis dengan menyalakan
shower di kamar mandi untuk menutupi suara
tangis saya. Setelah beberapa lama, aku
hampiri anak saya, memeluknya dengan erat
dan memberikan obat kepadanya atas luka
bekas pukulan dipantatnya, lalu aku
membujuknya untuk tidur.
Kemudian aku membersihkan kotoran tumpahan
mie di tempat tidur. Ketika semuanya sudah
selesai dan lewat tengah malam, aku melewati
kamar anakku, dan melihat anakku masih
menangis, bukan karena rasa sakit di
pantatnya, tapi karena dia sedang melihat
foto ibu yang dikasihinya.
Satu tahun berlalu sejak kejadian itu, saya
mencoba, dalam periode ini, untuk memusatkan
perhatian dengan memberinya kasih sayang
seorang ayah dan juga kasih sayang seorang
ibu, serta memperhatikan semua
kebutuhannya. Tanpa terasa, anakku sudah
berumur tujuh tahun, dan akan lulus dari
Taman Kanak-kanak. Untungnya, insiden yang
terjadi tidak meninggalkan kenangan buruk di
masa kecilnya dan dia sudah tumbuh dewasa
dengan bahagia.
Namun… belum lama, aku sudah memukul
anakku lagi, saya benar-benar menyesal….
Guru Taman Kanak-kanaknya memanggilku dan
memberitahukan bahwa anak saya absen dari
sekolah. Aku pulang kerumah lebih awal dari
kantor, aku berharap dia bisa menjelaskan.
Tapi ia tidak ada dirumah, aku pergi mencari di
sekitar rumah kami, memangil-manggil
namanya dan akhirnya menemukan dirinya di
sebuah toko alat tulis, sedang bermain
komputer game dengan gembira. Aku marah,
membawanya pulang dan menghujaninya
dengan pukulan-pukulan.
Dia diam saja lalu mengatakan, “Aku minta
maaf, Ayah”. Selang beberapa lama aku
selidiki, ternyata ia absen dari acara
“pertunjukan bakat” yang diadakan oleh
sekolah, karena yg diundang adalah siswa
dengan ibunya. Dan itulah alasan
ketidakhadirannya karena ia tidak punya
ibu…..
Beberapa hari setelah penghukuman dengan
pukulan rotan, anakku pulang ke rumah
memberitahu saya, bahwa disekolahnya mulai
diajarkan cara membaca dan menulis. Sejak
saat itu, anakku lebih banyak mengurung diri
di kamarnya untuk berlatih menulis, yang saya
yakin, jika istri saya masih ada dan melihatnya
ia akan merasa bangga, tentu saja dia
membuat saya bangga juga!
Waktu berlalu dengan begitu cepat, satu tahun
telah lewat. Saat ini musim dingin,dan hari
raya idul fitri pun telah tiba. tapi
astagfirulloh, anakku membuat masalah lagi.
Ketika aku sedang menyelasaikan pekerjaan di
hari-hari terakhir kerja, tiba-tiba kantor pos
menelpon. Karena pengiriman surat sedang
mengalami puncaknya, tukang pos juga sedang
sibuk-sibuknya, suasana hati mereka pun jadi
kurang bagus.
Mereka menelpon saya dengan marah-marah,
untuk memberitahu bahwa anak saya telah
mengirim beberapa surat tanpa alamat.
Walaupun saya sudah berjanji untuk tidak
pernah memukul anak saya lagi, tetapi saya
tidak bias menahan diri untuk tidak
memukulnya lagi, karena saya merasa bahwa
anak ini sudah benar-benar keterlaluan. Tapi
sekali lagi, seperti sebelumnya, dia meminta
maaf : “Maaf, Ayah”. Tidak ada tambahan satu
kata pun untuk menjelaskan alasannya
melakukan itu.
Setelah itu saya pergi ke kantor pos untuk
mengambil surat-surat tanpa alamat tersebut
lalu pulang. Sesampai di rumah, dengan marah
saya mendorong anak saya ke sudut
mempertanyakan kepadanya, perbuatan konyol
apalagi ini? Apa yang ada dikepalanya?
Jawabannya, di tengah isak-tangisnya,
adalah : “Surat-surat itu untuk ibu…..”.
Tiba-tiba mataku berkaca-kaca. …. tapi aku
mencoba mengendalikan emosi dan terus
bertanya kepadanya: “Tapi kenapa kamu
memposkan begitu banyak surat-surat, pada
waktu yg sama?”
Jawaban anakku itu : “Aku telah menulis surat
buat ibu untuk waktu yang lama, tapi setiap
kali aku mau menjangkau kotak pos itu, terlalu
tinggi bagiku, sehingga aku tidak dapat
memposkan surat-suratku. Tapi baru-baru ini,
ketika aku kembali ke kotak pos, aku bisa
mencapai kotak itu dan aku mengirimkannya
sekaligus”. Setelah mendengar penjelasannya
ini, aku kehilangan kata-kata, aku bingung,
tidak tahu apa yang harus aku lakukan, dan
apa yang harus aku katakana ….
Aku bilang pada anakku, “Nak, ibu sudah
berada di surga, jadi untuk selanjutnya, jika
kamu hendak menuliskan sesuatu untuk ibu,
cukup dengan membakar surat tersebut maka
surat akan sampai kepada ibu. Setelah
mendengar hal ini, anakku jadi lebih tenang,
dan segera setelah itu, ia bisa tidur dengan
nyenyak. Saya berjanji akan membakar surat-
surat atas namanya, jadi saya membawa
surat-surat tersebut ke luar, tapi…. saya
jadi penasaran untuk tidak membuka surat
tersebut sebelum mereka berubah menjadi
abu.
Dan salah satu dari isi surat-suratnya
membuat hati saya hancur……
Quote:
‘Ibu sayang’, Saya sangat merindukanmu!
Hari ini, ada sebuah acara ‘Pertunjukan
Bakat’ di sekolah, dan mengundang semua ibu
untuk hadir di pertunjukan tersebut. Tapi
kamu tidak ada, jadi saya tidak ingin
menghadirinya juga. Aku tidak memberitahu
ayah tentang hal ini karena aku takut ayah
akan mulai menangis dan merindukanmu lagi.
Saat itu untuk menyembunyikan kesedihan,
aku duduk di depan komputer dan mulai
bermain game di salah satu toko. Ayah
keliling-keliling mencari saya, setelah
menemukanku ayah marah, dan aku hanya
bisa diam, ayah memukul aku, tetapi aku
tidak menceritakan alasan yang sebenarnya.
Ibu, setiap hari saya melihat ayah
merindukanmu, setiap kali dia teringat
padamu, ia begitu sedih dan sering
bersembunyi dan menangis di kamarnya.
Saya pikir kita berdua amat sangat
merindukanmu. Terlalu berat untuk kita
berdua, saya rasa. Tapi ibu, aku mulai
melupakan wajahmu. Bisakah ibu muncul
dalam mimpiku sehingga saya dapat melihat
wajahmu dan ingat ibu? Temanku bilang jika
kau tertidur dengan foto orang yang kamu
rindukan, maka kamu akan melihat orang
tersebut dalam mimpimu. Tapi ibu, mengapa
engkau tak pernah muncul?
Setelah membaca surat itu, tangisku tidak bisa
berhenti karena saya tidak pernah bisa
menggantikan kesenjangan yang tak dapat
digantikan semenjak ditinggalkan oleh istri
saya ….
Untuk para suami, yang telah dianugerahi
seorang istri yang baik, Untuk para istri, yang
telah dianugerahi seorang suami yang baik
atau untuk calon ibu atau bapak, yang penuh
kasih sayang terhadap anak-anaknya selalu
berterima-kasihlah setiap hari padanya. Dia
telah rela menghabiskan sisa umurnya untuk
menemani hidupmu, membantumu,
mendukungmu, memanjakanmu, membimbingmu
dan selalu setia menunggumu, menjaga dan
menyayangi dirimu dan anak-anakmu.
Hargailah keberadaannya, kasihilah dan
cintailah dia sepanjang hidupmu dengan segala
kekurangan dan kelebihannya, karena apabila
engkau telah kehilangan dia, tidak ada emas
permata, intan berlian yg bisa menggantikan
posisinya
0
2.8K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan