Agan2 dan Sis mungkin kenal atau tau dengan seseorang yang namanya Usain Bolt, kan? dia salah satu sprinter tercepat peraih rekor olimpiade.
doi pernah mengutarakan keinginannya buat main di salah satu klub sepakbola, Manchester United, dan akhirnya kesampaian
walaupun cuma bertanding di laga amal buat Rio Ferdinand.
Kalo itu fenomena olahraga di luar negeri, nah.. di Indonesia juga ada.
Suryo Agung Wibowo, sprinter pemegang rekor tercepat di SEA Games, juga banting setir jadi pemain sepakbola!
Tapi bedanya yang ini dikontrak klub buat maen dan merangkap pelatih fisik, tepatnya di Persikab Kabupaten Bandung, yang nanti bakal maen di Divisi Utama Liga Indonesia.
Quote:
Suryo Agung Wibowo, Manusia Tercepat Asia Tenggara yang Kini Jadi Pemain Bola
Banting Setir karena Ingin Wujudkan Cita-Cita Masa Kecil
Masih ingat dengan pelari tercepat Asia Tenggara Suryo Agung Wibowo” Lama tidak terlihat di lintasan, ternyata dia telah banting setir menjadi pemain sepak bola. Mengapa?
MUHAMMAD AMJAD, Bandung
SORE Itu Suryo Agung Wibowo tampak lusuh. Kaus yang dikenakan setengah basah. Wajahnya mandi keringat. Saat Jawa Pos menyapa, pria bertinggi 170 cm tersebut menyambut dengan antusias.
“Baru selesai latihan, Mas. Tapi, larinya sekarang tidak lintasan (atletik), melainkan di lapangan sepak bola,” kata Suryo ketika ditemui di lapangan sepak bola dekat rumahnya di Bandung pekan lalu.
Ya, pemegang rekor Asia Tenggara lari 100 meter asal Solo itu baru pindah “profesi”. Dia kini tengah mengawali karir profesionalnya sebagai pemain sepak bola. Tak ayal, keputusannya pindah haluan tersebut cukup mengejutkan. Tidak hanya bagi kalangan para atlet, tapi juga orang-orang yang selama ini mengenalnya sebagai pelari spesialis jarak pendek tersebut.
Sebagaimana diketahui, prestasi tertinggi yang dicatat Suryo selama menjadi pelari adalah rekor lari 100 meter dalam SEA Games 2009 di Laos. Catatan waktu yang dibukukan Suryo kala itu: 10,17 detik. Sampai sekarang belum ada yang menggusur rekor itu.
Namun, cerita di atas lintasan atletik tersebut kini mesti dikubur sementara. Sebab, tahun ini Suryo memutuskan untuk menjadi pemain sepak bola secara serius. Bukti keseriusan itu ditunjukkan setelah dia menandatangani kontrak sebagai pemain sepak bola di klub Persikab Kabupaten Bandung pada Februari lalu. Bahkan, dia kini menyongsong debutnya sebagai pemain bola yang berlaga di Divisi Utama PT Liga Indonesia musim ini.
Suryo diikat kontrak selama semusim dengan bayaran yang lumayan tinggi. Semula Persikab bermaksud mengontrak Suryo sebagai pelatih fisik. Namun, saat ada seleksi pemain, pria 30 tahun itu tertarik untuk mengikuti. Di luar dugaan, dia diterima sebagai salah seorang penggawa Persikab.
Manajemen Persikab menilai kecepatan lari Suryo bisa dimanfaatkan untuk kepentingan di lapangan bola. Karena itu, mereka tidak segan-segan untuk memberikan nomor punggung 7 untuk Suryo. ” Saya ingin bisa menjadi pilihan reguler sekaligus bisa melatih di sana,” ucapnya.
Keputusan Suryo meninggalkan dunia atletik dan masuk ke jagat profesional sepak bola memang sempat diragukan banyak orang. Namun, dia bergeming. Dia ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa menjadi pesepak bola profesional.
Meski begitu, Suryo tidak mau disebut telah meninggalkan atletik. Dia masih senang berkecimpung dalam olahraga individu itu. Yang dilakoni di sepak bola itu, kata dia, hanyalah untuk sementara karena kontraknya dengan Persikab habis pada November nanti. Setelah itu, Suryo belum memikirkan apakah akan melanjutkan karir di sepak bola atau balik kucing ke atletik yang membesarkan namanya.
“Kesempatan saya sekarang di sepak bola. Kalau setahun ke depan saya diberi kesempatan di atletik lagi, ya saya akan kembali. Apalagi saya mempunyai kewajiban untuk ikut memajukan klub ini,” tutur peraih empat emas di SEA Games edisi 2007 dan 2009 tersebut.
Apakah pernah merasa prestasinya dilupakan” Suryo mengaku tidak berpikir ke arah sana. Dia tetap merasa menjadi juara Indonesia, memberikan prestasinya untuk Indonesia, dan tidak peduli apakah orang masih ingat dirinya atau tidak.
“Semua ada masanya. Sekarang masa saya untuk meniti karir kepelatihan,” tegasnya.
Meski belum tampil dalam kompetisi karena Divisi Utama baru bergulir pada April nanti, Suryo menilai yang dikejar di depan akan berbeda. Jika di atletik mengejar catatan waktu, di sepak bola dirinya memburu gol dan tampil reguler.
Lelaki kelahiran Solo, 18 Oktober 1983, itu sebenarnya sudah terbiasa dengan iklim persaingan di sepak bola. Sebab, sebelum menjadi atlet lari nasional, Suryo sempat menggeluti sepak bola. Sejak SD hingga kelas II SMA dia tergabung di klub STER Solo. Bahkan, dia sempat tampil dalam ajang Arseto Cup. Namun, garis kesuksesan, rupanya, tidak berada di lintasan bola. Sebab, saat mengikuti seleksi lari tingkat SMA, Suryo terpilih menjadi anggota tim ateltik untuk pekan olahraga pelajar daerah (popda).
Dari situ, karir Suyo sebagai pelari dimulai. Bakat dan prestasinya terlihat di kejurnas dan akhirnya masuk tim pelatnas. Kepercayaan tersebut tidak disia-siakan Suryo. Berkat latihan yang keras, dia akhirnya mampu meraih medali emas pada SEA Games 2007 di nomor 100 dan 200 meter. Pada 2009, dia mempertajam rekornya, dari 10,25 detik yang dicatat pada 2007 menjadi 10,17 detik. Itulah rekor Suryo yang bertahan sampai sekarang.
Deretan keberhasilan di atletik tersebut, bagi Suryo, cukup mengingatkan bahwa dirinya kelak harus kembali ke dunia atletik. Dia juga ingin mencetak pelari-pelari andal yang kelak mampu mengalahkan dirinya.
“Dasar saya dulu sepak bola, kemudian masuk atletik dan dapat prestasi. Jadi, keterlibatan saya di sepak bola ini hanya sementara. Suatu saat saya kembali ke atletik,” ujar PNS (pegawai negeri sipil) di kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) tersebut.
Nah, sebelum bergabung ke Persikab, Suryo sempat beberapa kali tampil bersama tim sepak bola amatir di Jakarta. Dia juga ikut main dalam turnamen-turnamen kecil. Bahkan, tidak jarang dia dibon tim amatir lain untuk tampil dalam turnamen tertentu.
Dari situ, Suryo merasa kemampuan sepak bolanya kembali terasah. Karena itu, dia nekat menerima tawaran Persikab. “Ini seperti cita-cita kecil saya yang tercapai. Karena itu, saya senang,” terangnya.
Dalam perjalanannya, Suryo mesti mengurus alih status dari pemain amatir ke pemain profesional. “Tapi, urusannya tidak sesulit yang dibayangkan. Begitu klub saya mendaftarkan, saya langsung diterima dan resmi bisa tampil di liga mulai musim ini,” tutur pemilik rumah makan khas Solo di Jakarta tersebut.
Sebagai PNS, Suryo juga harus mengurus izin ke Kemenpora. Untungnya, meski jabatan fungsionalnya di PNS adalah pelatih atletik, dia mendapat izin untuk menjadi pelatih fisik di tim sepak bola.
“Seperti Triyaningsih (pelari jarak jauh, Red), dia juga PNS Kemenpora. Tapi, tugasnya hanya latihan. Saya PNS Kemenpora, tugasnya ngelatih. Karena itu, kalau ditugasi melatih oleh Kemenpora, saya selalu siap,” tuturnya.
Meski dasarnya pelatih atletik, Suryo mengaku bisa melatih fisik di cabang olahraga apa saja. Saat ini dia sedang belajar melatih sepak bola.
“Seperti Pak Paulus (Pesurnay). Dia bisa menjadi pelatih fisik di atletik, bulu tangkis, tenis lapangan, sampai basket. Jadi, sebagai pelatih, saya tak terbatas di atletik saja,” ungkapnya.
Suryo menargetkan bisa tampil reguler pada musim pertamanya di Persikab. Sebagai pelatih fisik, dia mempunyai misi khusus. Yakni, menjadikan Persikab sebagai klub Divisi Utama yang memaksimalkan sport science. Tidak hanya dari sisi latihan, tapi juga dalam peningkatan performa pemain.
“Saya akan berusaha membuat gerakan pemain lebih lincah, lebih bugar, lebih cepat recovery, dan mendapatkan asupan gizi yang cukup. Agar Persikab bisa bersaing di papan atas Divisi Utama,” tegas juara kompetisi atletik Oceania tersebut.
Suryo merasa, dengan melatih di Persikab, dirinya bisa menambah wawasan dan pengetahuan di dunia olahraga. Apalagi dirinya saat ini sedang menyelesaikan tesis tentang manajemen olahraga di program S-2 Jurusan Manajemen Olahraga Universitas Negeri Jakarta. (*/c5/ari)
sumber
tinggal kita liat aja gimana aksinya di lapangan hijau nanti.