julianiraniAvatar border
TS
julianirani
Belajar dari MESIR:Negara Rusak Jika Militer Berkuasa. Dukungan Purnawirawan Terbelah
Negara Rusak Jika Militer Berkuasa
Jumat, 28 Maret 2014 | 08:55 WIB

INILAHCOM, Jakarta – Rezim militer Mesir telah menjerumuskan negara itu ke dalam kubangan kotoran sejarah yang memalukan. Pengadilan macam apa yang memvonis mati 529 orang hanya dalam dua hari sidang?

Pengadilan semu itu bahkan sampai membuat malu Amerika Serikat, patron militer Mesir yang selama ini selalu menutup mata dan memalingkan muka dari fakta. Bagaimana mungkin AS masih bisa mengenakan topeng sebagai negara penjaga hak-hak asasi manusia, bila fakta pelecehan hak asasi manusia yang dengan telanjang ditamparkan Mesir ke muka dia itu tak dicelanya?

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Marie Harf, mengaku terkejut atas keputusan itu. “Mustahil ratusan orang (bisa) diadili sesuai dengan standar-standar internasional hanya dalam dua hari,” kata Harf, sebagaimana dikutip Voice of America. Ia menyatakan, hal itu tak masuk akal. Ujung-ujungnya, ia mengancam persoalan itu akan memengaruhi bantuan AS kepada Mesir.

Sementara Juru Bicara Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pilay, kontan mengecam pengadilan tersebut sebagai pengadilan ‘kejar setoran’. Sementara sejawatnya, Rupert Colville, menunjuk keganjilan pengadilan tersebut. “Tidak pernah terjadi dalam sejarah, begitu banyak orang dijatuhi hukuman dalam satu waktu. Putusan massal untuk hukuman mati, setelah pengadilan yang dipenuhi penyimpangan prosedur, jelas melanggar hukum internasional tentang hak-hak asasi manusia,” kata Colville.

Colville yakin, tak mungkin pengadilan yang memproses hokum 529 dalam dua hari mampu berbuat adil. Hukuman massal sendiri dinilainya aneh terjadi di alam modern ini. Hukum yang diakui akal sehat selalu memerinci kesalahan orang per orang,

Yang paling membuat Mesir seharusnya malu adalah tuduhan berkaitan dengan keberadaan para tertuduh sebagai anggota Ikhwanul Muslimin. “Keanggotaan dalam kelompok politik, atau partisipasi dalam demonstrasi tentu saja tidak memenuhi ambang kejahatan yang dianggap sangat serius,” kata Colville.

Apa yang dilakukan Mesir nyaris setali tiga uang dengan yang pernah terjadi di Indonesia untuk urusan PKI. Bedanya, pengadilan anggota PKI terjadi pada milennium lalu, di zaman ketika jejak ban mobil masih diendus para bocah yang jengah terkagum. Itu pun harus diakui masih saja menjadi noda memalukan dalam sejarah bangsa.

Warga Mesir--bahkan yang paling anti-Ikhwanul Muslimin pun, sudah seharusnya was-was. Pelan namun pasti, negara itu kian menjadi anomali. Lihat saja, betapa negeri itu kian busuk, ganjil dan kian tak konsisten dengan akal sehat gara-gara segelintir orang yang loba akan kuasa.

Pada 30 Juni 2013, oposisi mendemo presiden terpilih lewat demokrasi, Abdullah Mursi. Tiga hari kemudian, tepatnya 3 Juli, militer di bawah Jenderal Abdul Fattah Sisi mengudeta Mursi, membekukan Konstitusi Negara, dan membubarkan Majelis Syuro.

Lalu, karena masih malu-malu militer menunjuk presiden boneka, memaksa presiden dan semua mengikuti peta jalan (khiritoh at toriq) yang mereka bikin ada. Selanjutnya, pada 22 Agustus Rezim mengeluarkan mantan tuannya, diktator dan pencoleng Husni Mubarak dari penjara.

Sebelumnya, selama dua bulan Mesir menjadi tanah yang memerah darah. Berbagai peristiwa pelanggaran hak asasi manusia paling mengerikan dalam sejarah terjadi di sana. Seolah ingin melampaui tiga mentor sebelumnya, Gamal Abdel-Naser, Anwar el-Sadat dan Mubarak sendiri, Jendral Sisi--yang namanya terdengar genit laiknya ABG itu, membantai para pendukung Mursi yang tengah berdemonstrasi. Hanya berdemonstrasi. Lebih dari 3.000 jiwa melayang. Amerika saat itu masih diam menutup mata dan telinga.

Negara itu diam karena secara prosedural Ikhwanul Muslimin dan Mursi menang dalam prosesi demokrasi. Sebagaimana Indonesia, rejim militer korup pimpinan Mubarak terguling karena desakan rakyat dalam revolusi. Lalu setelah terpilih, Mursi melakukan hal yang pantas, mengembalikan militer ke barak, dengan tugas-tugas sebatas pertahanan Negara, tak lagi terlibat urusan politik. Keputusan politik yang tak hanya sah, namun digariskan demokrasi. Mesir juga membungkam pers dengan mengadili 20 wartawan Al-Jazeera yang mereka tuding membantu Ikhwan.

Maka, sungguh ganjil bila AS tetap diam ketika terjadi kudeta militer yang menggulingkan Mursi, pembubaran Majelis Syuro, pembekuan konstitusi, penunjukan presiden boneka, hingga pembebasan Mubarak. Sang Penjaga Demokrasi itu impoten dan munafik bila menyangkut kepentingan sendiri.

Tetapi sikap malu-malu gaya ABG itu sudah ditepis Sisi. Kamis lalu, Jendral Sisi mengundurkan diri dan siap menjadi calon presiden. “ Hari ini, saya berdiri untuk terakhir kali dengan mengenakan seragam militer,” kata Sisi, tulis Al-Jazeera, Kamis (27/3/2014). “Dengan rendah hati saya mencalonkan diri saya sebagai presiden Mesir.”

Pencalonan itu dipastikan akan memecah belah kelompok massa pendukungnya. Bahkan sebelum sang jendral jujur merindukan tahta presiden, perpecahan telah meruyak dalam tubuh kelompok Tamarud (Pemberontak), yang sejak awal mendukung militer menggulingkan Mursi.

“Kami ingin tentara menggulingkan Mursi, tidak mengambil alih kekuasaan itu sendiri", kata Mohamed Fauzi, pemimpin faksi sempalan yang menamakan dirinya Tamarud 2. "Militer itu untuk melindungi dan menjaga negara, bukan untuk memerintah,” kata dia, tegas.

Tampaknya masa depan Mesir di bawah Sisi pun belum akan cerah. Darah yang telah tumpah akan menumbuhkan dendam dan amarah. Sementara Sisi masih akan melakukan kekerasan itu, sesuai janjinya untuk membersihkan Mesir dari apa yang disebutnya ‘teroris’. Mesir ke depan, hanya tergambar sebagai negara tempat keperyaaan tua ‘darah dibayar darah, gigi dibayar gigi’ hidup sentosa. Otomatis proses ekonomi perlahan mati, dan rakyat pun menderita lagi.

Seorang teman berkata,”Kadang-kadang, untuk menunjukkan betapa jahatnya seorang manusia, si manusia dibuat terperosok sendiri dengan keputusan yang dibuatnya.” Saya menyepakati dia. Hukuman mati massal yang dijatuhkan kepada 529 aktivis Ikhwanul Muslimin jelas kekejaman yang belum tertandingi dalam sejarah. Justru karena ia membuatnya dalam pengadilan yang seolah-olah
[url]http://nasional.inilah..com/read/detail/2086937/rezim-militer-tarik-mesir-ke-tubir-jurang[/url]

Dukungan Purnawirawan Terbelah
Friday, 28 March 2014

JAKARTA (HN) – Salah satu kekuatan dukungan yang masih berperan dalam ajang Pemilu Presiden adalah kalangan purnawirawan baik TNI maupun Polri. Mulai mengerucutnya nama-nama calon presiden, dukungan mereka pun terbelah.

Hingga kini sedikitnya ada dua kelompok purnawirawan yang sudah terbuka mendukung tokoh yang digadang-gadang sebagai capres. Kelompok pertama yang dipimpin Jenderal TNI (purn) Luhut Panjaitan memberikan apresiasi kepada calon presiden Joko Widodo (Jokowi) yang diusung PDI-P. Kelompok kedua pimpinan Letjen (purn) Yunus Yosfiah menyatakan dukungan pencapresan Prabowo Subianto.

Pengamat Politik Universitas Gajah Mada (UGM) Ari Dwipayana mengatakan terbelahnya dukungan para purnawirawan itu merupakan hal biasa. “Mereka sudah menjadi warga negara biasa dan memiliki hak pilih,” katanya di Jakarta, Kamis (27/3).

Menurut dia, dukungan para jenderal purnawirawan memiliki kekuatan tersendiri bagi capres yang didukung. Hal ini bisa mempengruhi keputusan masyarakat untuk memilih capres. “Mereka juga bisa memberikan edukasi politik ke masyarakat,” ujarnya. Namun, Ari mengimbau kepada para purnawirawan untuk tidak membawa anggota TNI aktif dalam mendukung salah seorang capres.

Letjen (purn) Yunus Yosfiah menuturkan pemberian dukungan kepada Prabowo dilakukan mantan teman, anak buah, dan komandan saat Ketua Dewan Pembina Gerindra itu masih aktif. “Itu betul-betul panggilan kebersamaan dan kepedulian untuk memberikan sumbangan kepada seorang rekan kami untuk menjadi pemimpin nasional,” katanya.

Inisiatif dukungan ke Prabowo, kata dia, sudah lama dibicarakan para purnawirawan sejak Gerindra mulai berkampanye. Dia tak mempersoalkan jika ada dukungan purnawirawan lain ke capres lain karena hal itu merupakan kebebasan berpendapat. “Luhut juga anak buah saya. Dia orang baik. Pak Ryamizard juga orang baik. Kami tidak punya hak untuk menghakimi mereka,” katanya.

Letjen (purn) Suryo Prabowo menyebut dukungan terhadap Prabowo datang dari 80 purnawirawan perwira tinggi (pati), sekitar 300 perwira menengah (pamen), dan 400 bintara. “Saya bilang, ini tak mewakili seluruh purnawirawan. Kalau ini yang pejuang semua,” ujarnya.

Sedangkan Prabowo mengaku terharu dengan dukungan yang diberikan para purnawirawan itu. Dia berjanji memikul beban yang diberikan kepadanya. “Ini membesarkan niat saya untuk maju sebagai presiden,” katanya. Dia juga akan mendengarkan masukan-masukan para purnawirawan untuk tetap menegakkan UUD 1945 dan Pancasila.
http://www.harian-nasional.com/index...rawan-terbelah

Pengamat: Terjun ke Politik, Banyak Jenderal Bernyali Kecil
SENIN, 24 MARET 2014 | 15:18 WIB

Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto, mengangkat kedua tangannya diatas kuda menyapa para kader dan simaptisan saat hut ke 6 dan kampanye akbar Partai Gerindra di Gelora Bung Karno, Jakarta (23/03). TEMPO/Dasril Roszandi

TEMPO.CO, Jakarta - Pakar politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Ikrar Nusa Bhakti, mengatakan tak selalu politikus yang berlatar belakang militer lebih berani dibandingkan dari sipil. Menurut dia, banyak jenderal purnawirawan yang bernyali kecil. "Mereka kurang percaya diri ketika terjun di dunia politik," kata Ikrar ketika ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin, 24 Maret 2014.

Ikrar mencontohkan Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto yang bernyali kecil. Dia melihat Prabowo sering menggunakan topi bergambarkan bintang tiga ketika kampanye. Ketika kampanye di Gelora Bung Karno, Jakarta, Prabowo juga menggunakan baju bertuliskan siap berkuda seolah-olah melakukan inspeksi pasukan.

Ikrar juga mencontohkan Pramono Edhie Wibowo yang mengasosiasi sebagai anak jenderal, Sarwo Edhie Wibowo--yang merupakan mantan Komandan Staf Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat. "Apakah tanpa atribut militer mereka tak berani bersaing di dunia politik?" ujar Ikrar. Dia mengatakan kadang orang sipil lebih punya nyali ketika menghadapi pemilihan umum.

Partai Gerakan Indonesia Raya mengusung Letnan Jenderal Purnawirawan Prabowo Subianto sebagai calon presiden. Ketika kampanye Gerindra pada Ahad, 23 Maret 2014, Prabowo mengenakan keris dan menunggangi kuda saat memasuki lapangan Gelora Bung Karno.

Adapun Pramono Edhie Wibowo merupakan peserta konvensi penjaringan calon presiden oleh Partai Demokrat. Pensiunan jenderal bintang empat ini juga menjadi anggota Dewan Pembina Demokrat.
http://pemilu.tempo.co/read/news/201...Bernyali-Kecil


5 Jenderal yang Diisukan Ramaikan 'Perang Bintang' Pilpres'


Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 diprediksi akan diramaikan oleh sejumlah capres dari kalangan purnawirawan jenderal TNI. Pilpres 2014 diprediksi akan menjadi ajang 'perang bintang' lanjutan dari Pilpres 2009 lalu. Siapa saja para jenderal yang akan berlaga berebut kursi RI 1 atau RI 2?

1. Prabowo Subianto
Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto sudah dipastikan akan berlaga di Pilpres 2014. Meskipun deklarasi pencapresan yang dijadwalkan bulan Oktober ini ditunda, namun Prabowo masih memuncaki sejumlah survei capres yang digelar beragam lembaga survei. Pilpres 2014 adalah Pilpres kedua bagi Prabowo. Pada Pemilu 2009 lalu Prabowo mendampingi capres PDIP Megawati Soekarnoputri sebagai cawapresnya.
Prabowo yang bernama lengkap Prabowo Subianto Djojohadikusumo lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951. Saat ini Prabowo berusia 60 tahun. Pangkat terakhir Prabowo di TNI sebagai Letnan Jenderal (Purn). Prabowo adalah mantan Danjen Kopassus, pengusaha dan politisi.

Namun pencapresan Prabowo dihantui isu penjegalan oleh parpol besar. Sejumlah parpol yang tak ridho Prabowo 'nyapres' tengah menolak revisi UU Pilpres untuk memasang Presidential Threshold (PT) sebesar 25 persen suara sah nasional dan 20 persen kursi DPR untuk menghalangi pencapresan Prabowo. Gerindra saat ini mengajukan uji materi UU Pilpres ke MK.

2. Wiranto
Ketua Umum Partai Hanura Wiranto juga diisukan akan kembali berlaga di Pilpres 2014 baik sebagai capres maupun cawapres. Partai Hanura saat ini sedang mencari-cari kandidat cawapres untuk Wiranto, namun pencapresan Wiranto sangat tergantung kesuksesan Partai Hanura di Pileg 2014. Sebelum di Hanura, Wiranto adalah tokoh senior Partai Golkar. Di Pilpres 2009 lalu Wiranto mendampingi Jusuf Kalla sebagai cawapresnya. Wiranto dilahirkan di Yogyakarta pada 4 April 1947. Usia Wiranto saat ini 65 tahun. Wiranto adalah purnawirawan jenderal bintang empat di TNI. Jenderal (Purn) Wiranto pernah menjabat Panglima TNI periode 1998-1999.

3. Djoko Suyanto
Marsekal TNI (Purn.) Djoko Suyanto saat ini menjabat sebagai Menko Polhukam. Djoko yang disebut-sebut orang terdekat Presiden SBY ini sering disebut sebagai salah satu dari 10 capres yang sedang disiapkan SBY. Namun Djoko masih membantah. Djoko Suyanto lahir di Madiun, Jawa Timur, pada 2 Desember 1950. Usia Djoko saat ini 61 tahun. Sebelum menjadi Menko Polhukam, Djoko pernah menjabat Panglima Tentara Nasional Indonesia dari 13 Februari 2006 sampai 28 Desember 2007. Ia kemudian digantikan oleh Jenderal TNI Djoko Santoso. Djoko merupakan Panglima TNI pertama yang berasal dari kesatuan TNI-AU sepanjang sejarah Indonesia.

4. Endriartono Sutarto
Kabar majunya Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto ke Pilpres 2014 mencuat seiring masuknya Sutarto ke Partai Nasional Demokrat. Selama menjabat sebagai Panglima TNI, Endriartono dikenal tegas dan berintegritas. NasDem merekrut Endriartono, untuk memperkuat basis. Namun pencapresan Ednriartono sangat tergantung dua bos NasDem yakni Surya Paloh dan Harry Tanoesoedibjo. Endriartono Sutarto lahir Purworejo, Jawa Tengah, 29 April 1947. Usia Sutarto saat ini 65 tahun. Endriartono adalah mantan Panglima TNI periode 2002-2006, sebelum digantikan oleh Djoko Suyanto. Masa vakum Endriartono sejak pensiun dari Panglima TNI banyak diisi untuk berjuang bersama LSM antikorupsi untuk mendukung penguatan KPK.
Namun Endriartono pernah mendapat tempat khusus di depan Megawati Soekarnoputri. Dia dilantik oleh Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri pada tanggal 7 Juni 2002 sebagai Panglima TNI.

5. Pramono Edhie Wibowo
Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo saat ini adalah masih aktif menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). Pramono Edhie adalah adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Meskipun masih perwira aktif, namun Pramono Edhie termasuk yang santer diberitakan akan maju di Pilpres 2014. Pramono Edhie yang lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 5 Mei 1955 ini saat ini sudah berusia 57 tahun. Partai Demokrat menyebut Pramono Edhie sebagai salah satu capres potensial, hal ini diamini oleh sejumlah partai besar seperti Golkar. Peluang pencapresan Pramono dinilai terbuka, apalagi dia akan segera memasuki usia pensiun.

Namun dalam beberapa kesempatan Pramono Edhie selalu membantah berencana maju Pilpres 2014. Presiden SBY juga secara khusus telah menyampaikan tidak ada anggota keluarganya yang maju di Pilpers 2014. Namun di politik, menurut sejumlah elite PD, segala hal masih bisa terjadi.
http://www.kampanyeonline.com/politi...g-pilpres-2014

------------------------------

Bila Prabowo atau Wiranto atau Endiartono atau Pramono Edhie memimpin NKRI kelak, akan menjadikan rakyat dan negera Indonesia dipimpin Jenderal hampir 50 tahun lamanya. Bila Jokowi? Banyak sipil di struktur kekuasaanm, tetapi mantan jenderal-jenderal yang berlindung di balik ketiak Megawati akan bersiliweran menjadi 'shadow government' di negeri ini. Mau?


emoticon-Malu (S)
Diubah oleh julianirani 29-03-2014 02:21
0
2.3K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan