Kaskus

Entertainment

denyhputraAvatar border
TS
denyhputra
Motret Model Seksi Hingga Nude: Pertempuran Moral, Seni & Teknis
Motret Model Seksi Hingga Nude: Pertempuran Moral, Seni & Teknis

Jakarta - Pria itu hanya termangu. Keringat dingin keluar dari pelipis. Tatapan matanya bingung. Ekpresi wajahnya flat, datar dan tanpa ekpresi. Sampai-sampai, kamera yang sudah siap di tangan dibiarkan nganggur.

Padahal, di depannya tergolek model perempuan seksi tanpa busana. Model tersebut membusungkan dada dan memamerkan bokongnya. Plus leher, punggung, pinggul, kaki, betis dan semuanya terlihat sempurna dalam sorot lampu studio. Model profesional itu tidak canggung.

"Maaf, saya nggak bisa (motret yang beginian)," ucap pria itu kepada temannya pada sebuah sesi foto privat di sebuah studio di Jakarta Selatan.

Pengalaman tersebut biasa dialami oleh siapa saja terutama para pemula yang hendak memotret model seksi. Ada pertempuran moral boleh tidaknya memotret model seksi hingga telanjang.

Apakah nantinya bakal menjepret dengan hati, ataukah hanya bisikan kenakalan dan hasrat lelaki saat mengeksplore tubuh perempuan?

Barangkali, pertanyaan dan konflik batin itu yang membuat pria tersebut memilih diam dan tidak memencet shutter.

Motret Model Seksi Hingga Nude: Pertempuran Moral, Seni & Teknis

Jadi, bukan masalah menyembunyikan hasil jepretannya setelah sesi foto selesai. Melainkan bagaimana berdamai dengan konflik batin yang tengah bergemuruh.

Kalaupun pertempuran moral dan nilai telah dilampaui, bukan berarti tantangan selesai. Masalah yang biasa datang yakni bagaimana melihat perempuan seksi tersebut.

Apakah sebagai karya seni seperti model-model telanjang zaman Renaisance, ataukah justru sebaliknya hanya sebatas subjek cabul dan seronok.

Mau tidak mau, cara pandang ini banyak dipengaruhi oleh norma, referensi, literatur dan interaksi lingkungan si fotografer. Kalau referensinya lukisan yang bercitarasa seni tinggi abad Renaisseance, kemungkinan menghadapi model dengan persepsi cabul bisa dihindari.

Sehingga saat eksekusi, fotografer tetap berpegang pada konsep cerita, gesture, bahasa mata, tata lampu dan kaidah fotografi pada umumnya.

Bahkan menjadi suatu tantangan tersendiri karena memotret tubuh polos, tentu jauh lebih sulit daripada memotret tubuh berbusana. Sebab, warna baju, kostum, wardrobe dan properti yang menarik sudah menolong dan membuat nilai tersendiri untuk sebuah foto.

Sehingga secara teknis, memotret model seksi hingga telanjang tetap membutuhkan skill tersendiri. Juga cita rasa seni yang di atas rata-rata supaya hasilnya tidak seronok dan cabul. Berikut tips singkatnya:

1. Pastikan sudah tidak ada konflik batin dan pertentangan moral saat hendak memotret cewek seksi. Kalau sudah siap mental, maka memotret perempuan seksi, topless atau two piece menjadi semakin tanpa beban.

2. Bicarakan baik-baik dengan model, foto yang dihasilkan akan dipergunakan untuk apa saja. Kalau perlu menyiapkan model release (kontrak kerja) supaya hasil foto tidak dipergunakan di luar kesepakatan.

3. Bawalah contekan gaya sebanyak-banyaknya untuk model. Jangan sampai mati gaya saat eksekusi. Referensi bisa diperoleh dari mana saja, bisa di-print atau di-save di smartphone.

3. Saat menjepret, tetaplah fokus pada konsep dan cerita serta tidak lepas kendali untuk persoalan teknis seperti angle, komposisi dan lighting. Ora usah kesusu (jangan terburu-buru).

4. Simpanlah hasil jepretan dengan baik-baik. Jangan sampai jatuh ke pihak tak bertanggungjawab dan dimanfaatkan untuk sesuatu yang bisa melanggar hukum.
0
11.8K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan