- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Sosialisasi Pemilu, Apa Sudah Menyentuh Rakyat?
TS
flueto
Sosialisasi Pemilu, Apa Sudah Menyentuh Rakyat?
Quote:
Jakarta - Menjelang Pemilu 2014 banyak ormas
berupaya mengajak masyarakat untuk ikut dalam
menyampaikan hak suaranya, hal ini disampaikan baik
melalui temu ramah maupun lewat spanduk ajakan ikut
Pemilu 2014. Terkait kemungkinan terjadinya situasi
yang rawan dalam Pemilu 2014 ini disampaikan bahwa
hal tersebut kemungkinannya cukup kecil, mengingat
tingkat kepedulian masyarakat saat ini terhadap pemilu
sangat kurang, bahkan bisa dikatakan tidak peduli.
Seandainya ada kepedulian hanya di tingkat internal
parpol saja yang penuh dengan kepentingan.
Ketidakpedulian masyarakat terhadap pemilu dapat
dilihat dari beberapa pemilu maupun pilkada walikota
dan bupati. Penyebab hal itu terjadi bisa dikarenakan
oleh beberapa hal yaitu antara lain, tidak adanya caleg
yang menjadi pilihan, tidak dikenal atau tidak layak
untuk dipilih.
Manfaat pemilu secara nyata bagi masyarakat saat ini
tidak banyak merubah nasib atau kehidupannya.
Sosialisasi para calon yang salah, yaitu tidak
menyentuh atau memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat, hanya sebatas memajang foto atau
gambar dan membagi-bagikan barang dan sejumlah
uang supaya dipilih. Sering terjadi politik uang,
sehingga terbentuk sikap dalam masyarakat, mau
menyampaikan hak pilihnya apabila ada yang mau
membayar, kalau tidak mereka malas untuk datang ke
Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Selain itu dalam Pemilu juga masih terdapat
kecurangan dari penyelenggara di tingkat Panitia
Pemungutan Suara (PPS) atau Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) dan bahkan KPU itu sendiri. Dengan
situasi dan kondisi seperti sekarang ini, ajakan atau
sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan hak
suaranya dan datang ke TPS perlu dibuat metode yang
tidak hanya sekedar mengajak, tetapi memberikan
rangsangan agar keinginan masyarakat bisa timbul
seperti contoh dengan mengadakan acara 'lucky draw'
di TPS, melakukan undian berhadiah yaitu surat
undangan pemilih (C-6) diundi untuk mendapatkan
hadiah yang menarik, metode seperti ini bisa di
sosialisaikan mulai dari KPU sampai ke tingkat PPS,
sehingga bisa menekan angka golput.
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap Pemilu 2014
dan metode sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai
pihak terkait, sejauh ini masih belum merubah opini
dan animo masyarakat pemilu tidak memberikan
perubahan buat kehidupan masyarakat. Mendorong
pihak penyelenggara, peserta dan pemda serta tokoh
masyarakat untuk melakukan sosialisasi pentingnya
pemilu 2014 dengan metode yang lebih menarik dan
realistis.
Gagasan agar Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengeluarkan fatwa haram terhadap 'Money Politik'
merupakan salah satu upaya meminimalisir potensi
pelanggaran yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
sosialisasi/kampanye para caleg dan parpol. Dalam
kaitan sosialisasi tebatas yang dilakukan oleh para
caleg maupun parpol, perlu adanya keterlibatan MUI
yang diharapkan dapat memberikan dorongan moral,
dengan memberi fatwa tentang keharaman politik uang,
karena baik yang memberi dan menerima sama-sama
merusak karakter bangsa.
Caleg peserta Pemilu yang melakukan pelanggaran
juga harusnya ditindak tegas oleh Penyelenggara
Pemilu. Masyarakat juga wajib berpartisipasi
menyukseskan Pemilu Legislatif 9 April 2014, sebab
hasil Pemilu dapat mempengaruhi nasib bangsa
Indonesia lima tahun ke depan. Masyarakat diminta
untuk tidak golput namun justru memilih pemimpin yang
cerdas berkualitas.
penyebaran informasi teknis pencoblosan di tempat
pemungutan suara (TPS) ke tengah masyarakat,
sehingga diharapkan masyarakat memiliki semangat
datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.
Program yang dijalankan oleh KPU untuk
meningkatkan partisipasi pemilih sudah bagus yaitu
adanya Relawan Demokrasi (Relasi), namun faktanya
kegiatan Relasi hingga saat ini belum berjalan dengan
baik dan tidak menyentuh ke seluruh lapisan
masyarakat terutama petani, padahal mereka memiliki
keinginan memilih cukup tinggi.
Sangat disayangkan apabila keinginan memilih
masyarakat tidak dibarengi dengan pengetahuan teknis
pencoblosan di TPS, sehingga bisa saja mereka
melakukan kesalahan dalam pencoblosan surat suara
dan suara mereka dianggap tidak sah. Dalam
sosialsasi Pemilu Legislatif 2014 akan menekankan
tentang pentingnya pemilu bagi masyarakat, dan fokus
sosialisasi agar bisa meminimalisasi money politic.
Sosialisasi meminimalisasi money politic dalam Pemilu
2014 telah ditekankan kepada relawan demokrasi.
Dalam sosialisasi sasarannya di lima kelompok
masyarakat, dengan memfokuskan masalah money
politic tersebut, dengan menyadarkan bagaimana
pentingnya pemilu bagi keberlangsungan demokrasi
dan bangsa.
Relawan Demokrasi yang dibentuk oleh KPU terbagi
menjadi 5 segmen yaitu segmen pemilih pemula,
segmen kelompok agama, segmen kelompok
perempuan, segmen penyandang disabilitas dan
segmen kelompok pinggiran/marginal. Sejauh ini,
mereka telah melakukan tupoksinya mensosialisasikan
pemilu ke masing-masing segmen untuk menekan
angka golput.
Diharapkan sosialisasi yang gencar bisa membuat
Pemilu 2014 di seluruh Indonesia, baik secara kualitas
dan kuantitas. Selain itu, meminta penyelenggara
pemilu lebih intensif mensosialisasikan pemilu kepada
para pemilih pemula, karena masih ada yang belum
paham apa arti sebuah suara yang akan diberikan
dalam pemilu.
Marilah untuk bergandengan tangan membangun dan
mensukseskan semua kegiatan pemerintah. Salah
satunya bergandengan tangan mensukseskan Pemilu.
Mensuskseskan Pemilu berarti masyarakat aktif
mendatangi TPS-TPS untuk memberikan suaranya dan tidak golput. Masyarakat harus turut serta menjaga ketertiban dan keamanan menjelang dan setelahpelaksanaan Pemilu 2014. Pesan penulis, INGAT 9April 2014, jadilah pemilih yang cerdas, bangunlah Negeri ini dengan sikap politik yang bijak dan cerdas tanpa anarkis.
[Url]m.detik.com/news/read/2014/03/03/152756/2513805/103/sosialisasi-pemilu-apa-sudah-menyentuh-rakyat[/url]
berupaya mengajak masyarakat untuk ikut dalam
menyampaikan hak suaranya, hal ini disampaikan baik
melalui temu ramah maupun lewat spanduk ajakan ikut
Pemilu 2014. Terkait kemungkinan terjadinya situasi
yang rawan dalam Pemilu 2014 ini disampaikan bahwa
hal tersebut kemungkinannya cukup kecil, mengingat
tingkat kepedulian masyarakat saat ini terhadap pemilu
sangat kurang, bahkan bisa dikatakan tidak peduli.
Seandainya ada kepedulian hanya di tingkat internal
parpol saja yang penuh dengan kepentingan.
Ketidakpedulian masyarakat terhadap pemilu dapat
dilihat dari beberapa pemilu maupun pilkada walikota
dan bupati. Penyebab hal itu terjadi bisa dikarenakan
oleh beberapa hal yaitu antara lain, tidak adanya caleg
yang menjadi pilihan, tidak dikenal atau tidak layak
untuk dipilih.
Manfaat pemilu secara nyata bagi masyarakat saat ini
tidak banyak merubah nasib atau kehidupannya.
Sosialisasi para calon yang salah, yaitu tidak
menyentuh atau memberikan pendidikan politik kepada
masyarakat, hanya sebatas memajang foto atau
gambar dan membagi-bagikan barang dan sejumlah
uang supaya dipilih. Sering terjadi politik uang,
sehingga terbentuk sikap dalam masyarakat, mau
menyampaikan hak pilihnya apabila ada yang mau
membayar, kalau tidak mereka malas untuk datang ke
Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Selain itu dalam Pemilu juga masih terdapat
kecurangan dari penyelenggara di tingkat Panitia
Pemungutan Suara (PPS) atau Panitia Pemilihan
Kecamatan (PPK) dan bahkan KPU itu sendiri. Dengan
situasi dan kondisi seperti sekarang ini, ajakan atau
sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan hak
suaranya dan datang ke TPS perlu dibuat metode yang
tidak hanya sekedar mengajak, tetapi memberikan
rangsangan agar keinginan masyarakat bisa timbul
seperti contoh dengan mengadakan acara 'lucky draw'
di TPS, melakukan undian berhadiah yaitu surat
undangan pemilih (C-6) diundi untuk mendapatkan
hadiah yang menarik, metode seperti ini bisa di
sosialisaikan mulai dari KPU sampai ke tingkat PPS,
sehingga bisa menekan angka golput.
Tingkat kepedulian masyarakat terhadap Pemilu 2014
dan metode sosialisasi yang dilakukan oleh berbagai
pihak terkait, sejauh ini masih belum merubah opini
dan animo masyarakat pemilu tidak memberikan
perubahan buat kehidupan masyarakat. Mendorong
pihak penyelenggara, peserta dan pemda serta tokoh
masyarakat untuk melakukan sosialisasi pentingnya
pemilu 2014 dengan metode yang lebih menarik dan
realistis.
Gagasan agar Majelis Ulama Indonesia (MUI)
mengeluarkan fatwa haram terhadap 'Money Politik'
merupakan salah satu upaya meminimalisir potensi
pelanggaran yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
sosialisasi/kampanye para caleg dan parpol. Dalam
kaitan sosialisasi tebatas yang dilakukan oleh para
caleg maupun parpol, perlu adanya keterlibatan MUI
yang diharapkan dapat memberikan dorongan moral,
dengan memberi fatwa tentang keharaman politik uang,
karena baik yang memberi dan menerima sama-sama
merusak karakter bangsa.
Caleg peserta Pemilu yang melakukan pelanggaran
juga harusnya ditindak tegas oleh Penyelenggara
Pemilu. Masyarakat juga wajib berpartisipasi
menyukseskan Pemilu Legislatif 9 April 2014, sebab
hasil Pemilu dapat mempengaruhi nasib bangsa
Indonesia lima tahun ke depan. Masyarakat diminta
untuk tidak golput namun justru memilih pemimpin yang
cerdas berkualitas.
penyebaran informasi teknis pencoblosan di tempat
pemungutan suara (TPS) ke tengah masyarakat,
sehingga diharapkan masyarakat memiliki semangat
datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya.
Program yang dijalankan oleh KPU untuk
meningkatkan partisipasi pemilih sudah bagus yaitu
adanya Relawan Demokrasi (Relasi), namun faktanya
kegiatan Relasi hingga saat ini belum berjalan dengan
baik dan tidak menyentuh ke seluruh lapisan
masyarakat terutama petani, padahal mereka memiliki
keinginan memilih cukup tinggi.
Sangat disayangkan apabila keinginan memilih
masyarakat tidak dibarengi dengan pengetahuan teknis
pencoblosan di TPS, sehingga bisa saja mereka
melakukan kesalahan dalam pencoblosan surat suara
dan suara mereka dianggap tidak sah. Dalam
sosialsasi Pemilu Legislatif 2014 akan menekankan
tentang pentingnya pemilu bagi masyarakat, dan fokus
sosialisasi agar bisa meminimalisasi money politic.
Sosialisasi meminimalisasi money politic dalam Pemilu
2014 telah ditekankan kepada relawan demokrasi.
Dalam sosialisasi sasarannya di lima kelompok
masyarakat, dengan memfokuskan masalah money
politic tersebut, dengan menyadarkan bagaimana
pentingnya pemilu bagi keberlangsungan demokrasi
dan bangsa.
Relawan Demokrasi yang dibentuk oleh KPU terbagi
menjadi 5 segmen yaitu segmen pemilih pemula,
segmen kelompok agama, segmen kelompok
perempuan, segmen penyandang disabilitas dan
segmen kelompok pinggiran/marginal. Sejauh ini,
mereka telah melakukan tupoksinya mensosialisasikan
pemilu ke masing-masing segmen untuk menekan
angka golput.
Diharapkan sosialisasi yang gencar bisa membuat
Pemilu 2014 di seluruh Indonesia, baik secara kualitas
dan kuantitas. Selain itu, meminta penyelenggara
pemilu lebih intensif mensosialisasikan pemilu kepada
para pemilih pemula, karena masih ada yang belum
paham apa arti sebuah suara yang akan diberikan
dalam pemilu.
Marilah untuk bergandengan tangan membangun dan
mensukseskan semua kegiatan pemerintah. Salah
satunya bergandengan tangan mensukseskan Pemilu.
Mensuskseskan Pemilu berarti masyarakat aktif
mendatangi TPS-TPS untuk memberikan suaranya dan tidak golput. Masyarakat harus turut serta menjaga ketertiban dan keamanan menjelang dan setelahpelaksanaan Pemilu 2014. Pesan penulis, INGAT 9April 2014, jadilah pemilih yang cerdas, bangunlah Negeri ini dengan sikap politik yang bijak dan cerdas tanpa anarkis.
[Url]m.detik.com/news/read/2014/03/03/152756/2513805/103/sosialisasi-pemilu-apa-sudah-menyentuh-rakyat[/url]
Sebetulnya gak perlu sosialisasi gini.
Cukup partai politik berhenti bersandiwara, lebih membuka mata akan kebutuhan rakyat serta berhenti korupsi,
Niscaya pas pencoblosan pasti ramenya kayag pembagian nasi kotak untuk panastak dan projo.
0
1K
Kutip
6
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan