- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
ternyta Raja Bahasa Itu ada di daerah ane gan
TS
Justape
ternyta Raja Bahasa Itu ada di daerah ane gan



[QUOTE][CENTER]EKSISTENSI SANG RAJA BAHASA DIGERBANG SUMATERA

Prolog History
Dahulu kala di pedalaman daerah Lampung, dikenal seorang tokoh adat bernama Sangaji Mailahi yang mempunyai adik angkat bernama Putri Bulan. Pada suatu pertemuan antar kelompok/Buay yang di ikuti oleh wakil dari empat Buay untuk membentuk satu adat, terjadi keributan tak kala wakil dari ke-empat Buay merasa tertarik melihat pesona dari Putri Bulan, sehingga untuk menengahi keributan yang terjadi itu maka Sangaji Mailahipun memutuskan untuk menjadikan Putri Bulan sebagai adik angkat dari masing-masing wakil dari empat Buay tersebut. Sehingga tak ayal dikemudian hari Sangaji Mailahi dikenal juga sebagai Rajabasa ( Raja Bahasa ) dan disematkan sebagai Ratu Adil oleh masyarakatnya. Dan pertemuan dari ke-empat Buay yang dimediatori oleh Sangaji Mailahi dikemudian hari menjadi adat Pepadun Sai Batin yang berarti Musyawarah mufakat untuk bersama dan bersatu. ( Pepadun= Musyawarah/Mufakat,Sai Batin = Bersatu/bersama ).

Nama Rajabasa di daerah Lampung sendiri disematkan diberbagai objek, selain disematkan dinama suatu Desa dan Terminal Induk Ibukota Lampung, di wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang nota benenya merupakan gerbang pintu masuk yang menghubungkan ujung pulau Sumatera dengan ujung Pulau Jawa_dimana Selat sunda merupakan mediatornya_terdapat sebuah Gunung yang berdiri kokoh, berbusana hutan tropis yang masih alami dengan kehidupan ragam vegetasi flora dan fauna sebagai simbiosis mutualismenya dan keragaman suku masyarakat yang hidup disekelilingnya sebagai pemanfaat sekaligus penjaga. Gunung tersebut bernamakan Gunung Rajabasa dengan tinggi1.281 MDPL.

Sebagai kawasan lindung, Gunung Rajabasa selain memiliki kekayaan akan ragam vegetasi flora dan fauna rimba nya, juga mengeluarkan banyak hasil bumi yang bermanfaat bagi kehidupan masyarkat disekitarnya, beberapa diantaranya adalah sumber mata air bersih yang mengalir diberbagai sungai,sumber air belerang yang masyarakat sekitar menyebutnya sebagai Way Belerang (Way = air ) sering dijadikan sarana pengobatan baik oleh warga lokal maupun dari luar daerah, bahkan akhir-akhir ini setelah melalui penelitian, Gunung Rajabasa menyimpan potensi energi panas bumi yang belakangan ini menjadi prokontra dalam hal rencana pengelolaan dan pemanfaatannya antara masyarakat adat dengan pihak perusahaan yang ingin mengelolanya. Terlepas dari pro-kontramasalah tersebut, terlihat dan terasa nyata sekali fungsi masyarakat sebagai pemanfaat dan penjaga ( katalisator ) dari eksistensi Gunung Rajabasa.
Keberadaan Gunung Rajabasa sendiri secara langsung melingkupi empat Kecamatan dengan kurang lebih puluhan desa yang mengitarinya di wilayah Lampung Selatan. Adapun ragam suku dari masyarakat desa yang tinggal di sana pun hidup rukun berdampingan dalam hal pengelolaan dan pemanfaatan jasa lingkungan yang dihasilkan dari eksistensi Gunung Rajabasa. secara garis besar ragam suku yang tinggal disana diantaranya ialah suku asli Lampung, Suku Sunda, Suku Jawa dan Suku Minang. Keragaman suku di sekitar desa yang mengelilingi Gunung Rajabasa akan bisa kita ketahui dan rasakan secara nyata apabila kita mau mengunjungi dan berinteraksi langsung ke desa-desa tersebut, seperti desa Kuripan Kecamatan Penengahan dimana didesa ini dihuni mayoritas masyarakat suku Lampung asli dan merupakan tempat lahirnya tokoh pahlawan pejuang gagah berani rakyat Lampung masa penjajahan Belanda, yaitu Radin Intan dan keturunannya. Bahkan keraton (rumah) semasa beliau berjuang didesa Kuripan masih terjaga bangunannya dan menjadi salah satu peninggalan cagar budaya yang ditetapkan secara resmi oleh pemerintah. Selain itu ada juga desa Way Kalam dan Merambung Kecamatan Penengahan yang letaknya cukup tinggi dikaki pinggang Gunung Rajabasa dimana mayoritas masyarakatnya bersuku Sunda Banten dan sebagian bersuku Minang, mereka hidup rukun bersinergis satu sama lainnya dan akultrasi budaya serta bahasa sebagai konsekuensi hidup berdampingan pun sudah terjadi sejak lama misal dalam penguasaan bahasa (orang minang lancar berbahasa Sunda atau sebaliknya) dan dalam bentuk perkimpoian. Di kedua desa ini pun memiliki obyek wisata alam yang indah nan asri, yaitu air terjun way kalam yang airnya sangat bersih, jernih dan dingin namun akses untuk menuju kelokasi cukup mendebarkan dengan terlebih dahulu menuruni jalanan lembah curam cukup dalam dan memutar. Di Kecamatan Kalianda, ada desa bernama Sumu rKumbang yang letaknya sekitar lima kilometer dari pusat kota Kalianda dan berada di kaki gunung Rajabasa. Mayoritas masyarakat didesa Sumur Kumbang bersuku Jawa Serang atau populer disingkat Jaseng. Selain terdapatnya objek wisata pemandian Way Belerang, dari desa inilah biasanya para pendaki gunung memulai perjalanan kakinya dalam menembus ladang perkebunan dan belantara rimba hutan Rajabasa dalam menggapai puncak dan danau (kawah) Gunung Rajabasa. Jalur yang dimulai dari desa Sumur Kumbang dikenal sebagai jalur populer dikalangan pendaki gunung yang pernah menapakkan jejak kakinya di belantara raya Gunung Rajabasa, walaupun sebenarnya terdapat jalur-jalur lainnya seperti jalur Merambung, jalur Pematang dan jalur Pesisir. Dengan terlebih dahulu melewati empat pos pendakian yang cukup membuat dada naik turun maka sang pendakipu akan dapat sampai dipuncak Gunung Rajabasa jika melewati jalur Sumur Kumbang.



Selain menyimpan ragam keindahan lingkungan, Gunung Rajabasa pun menyimpan ragam misteri sebagai salah satu kearifan lokal dari cerita masyarakat disekitarnya. Sebut saja misteri "Batu Cukup" yang terletak di areal danau (kawah mati) Gunung Rajabasa, dimana letak danau tersebut tak jauh dari puncak Gunung Rajabasa. menurut cerita yang berkembang dikalangan masyarakat lokal dan pendaki yang pernah membuktikan kesana, dibatu tersebut yang jika dilihat secara kasat mata, luasnya sekitar 2 x 2 meter dan yang membuat unik karena batu tersebut bisa diduduki oleh jumlah orang melebihi kapasitas maksimal luasannya sehingga tak heran masyarakat menyebutnya sebagai Batu Cukup. Selain itu juga masyarakat percaya apabila seseorang yang berniat kurang baik/jahat ketika mendaki Guung Rajabasa akan mengalami fenomena seperti tersesat di kampung yang hilang dimana perbedaan waktu antara kampung hilang dengan waktu di dunia manusia cukup signifikan, yaitu satu hari waktu didunia manusia sama dengan satu bulan waktu di kampung hilang. Adapun kalau beruntung tidak tersesat, pendaki yang berniat dan berperilaku kurang baik ketika sampai di danau tidak akan menjumpai air yang menggenangi danau tersebut walaupun saat itu adalah musim penghujan. Hal tersebut sudah beberapa kali pernah dibuktikan oleh para pendaki lokal maupun luar daerah, dimana salah satunya penulis pernah membuktikannya ketika melakukan pendakian perdana ke Gunung Rajabasa via jalur Merambung semasa penulis masih siswa SMA. Sepanjang kurang lebih 12 kali pendakian, penulis hanya mendapati sekali saja yaitu pada saat pendakian perdana, genangan air yang banyak menutupi sebagian besar danau yang berukuran kurang lebih dua kali ukuran sepakbola,selebihnya tidak pernah lagi ( mungkin karena sudah tidak polos lagi penulisnya pada saat pendakian selanjutnya..hehehe
) dan untuk mengetahui cerita pendaki yang pernah membuktikan ke unikan Batu Cukup bisa mengakses http://wisata.kompasiana.com/jalan-j...sa-45270.html. Selain Batu Cukup ,diareal danau juga terdapat juga batu Al-Qur'an dimana batu ini bentuknya menyerupai penyangga Al-Qur'an. Namun penulis percaya bahwa dari kearifan lokal itulah yang dijadikan sebagai senjata dan tameng oleh masyarakat lokal dalam fungsinya sebagai penjaga kelestarian lingkungan Gunung Rajabasa akan potensi dampak ulah jahil segelintir manusia yang disadari maupun kurang disadari akan menyebabkan kerusakan lingkungan dan etika berkehidupan.
Sebagai Raja Bahasa ( Ratu Adil ) yang jika dikaitkan terhadap kisah sejarah masa lampau tentang asal-usul nama Rajabasa yang menengahi 4 kelompok Buay dalam Musyawarah Mufakat dalam pencapaian adat Lampung, maka Gunung Rajabasapun memiliki kebijaksanaan yang adil dan merata dalam berbagi bahasa cintanya ( manfaatnya) kepada masyarakat 4 suku di 4 kecamatan diwilayah gerbang Sumatera, bahkan pos pendakian digunung inipun memiliki 4 pos seperti pencitraan dari suku sila ke-4 Pancasila yang berbunyi "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan", bukankah kebudayaan Nasional Nusantara bersumber dari ragam khasanah kebudayaan daerah-daerah diIndonesia, maka tak berlebihan apabila Gunung Rajabasa penulis sebut sebagai Raja Bahasa penjaga Gerbang Sumatera di willayah Nusantara.

Penulis : TS
[B][color=red][FONT="Impact"][size="3"][CENTER]Sumber Pic : Google dan kulkas TS

Diubah oleh Justape 18-03-2014 00:40
0
9.1K
5
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan