Spesies Burung Baru Di Indonesia (temuan dari tahun 2008-2012)

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
Spesies Burung Baru Di Indonesia (temuan dari tahun 2008-2012)

ndoetniest

28-02-2014 08:32

Spesies Burung Baru Di Indonesia (temuan dari tahun 2008-2012)

Terima kasih buat Agan dan aganwati yang sudi mampir di thread saya buat sekadar melihat, mencaci dan memberi masukan atas informasi yang saya share dimari.

Tahukan Agan-Aganwati akan jumlah spesies burung yang ada di Indonesia saat ini berjumlah 1.598 (Sumber = Daftar Burung Indonesia No. 2 (DBI 2) pada 2007) tetapi pada kurun waktu 2008-2012 ada perubahan di DBI 2 menjadi 1.606 Jenis (karena ada tambahan 8 Spesies baru) di antara delapan temuan baru tersebut, kehadiran kacamata togian Zosterops somadikartai menjadi yang paling spektakuler. Burung endemik asal Kepulauan Togian itu merupakan jenis baru yang tidak dikenal sebelumnya oleh dunia sain (new bird). Temuan dua ornitolog putra bangsa, Mochamad Indrawan dan Sunarto, ini, dibantu oleh taksonom Amerika bernama Pamella Rasmussen. Satu lagi torehan tinta emas dalam sejarah perkembangan dunia ornitologi Indonesia.
Selain kacamata togian, tujuh jenis yang lain merupakan jenis tambahan (new list). Tiga jenis berasal dari kelompok burung pantai (shorebird/wader), dua jenis burung laut (seabird), serta masing-masing satu jenis dari kelompok burung pemangsa (raptor) dan burung petengger (passerine). Jenis-jenis yang ditemukan oleh para pengamat burung maupun ornitolog ini sebelumnya tidak tercatat kehadirannya di kawasan Nusantara

Berikut Daftar Spesies Baru Berdasarkan Tahun Publikasinya.

Kacamata togian Zosterops somadikartai Togian Whiteeye

Spoiler for Artikelnya:

Kacamata togian dijumpai pertama kali pada 23 dan 27 Agustus 1996. Saat itu, Indrawan dan Sunarto tengah melakukan survei lapangan di beberapa tempat di Kep. Togian, Teluk Tomini, Sulawesi Tengah. Bagi mereka, kacamata tersebut tampak berbeda dengan jenis kacamata yang lain. Burung tersebut berdahi hitam, tidak mempunyai lingkar mata putih dan memiliki karakteristik suara yang berbeda dari kacamata lain.
Setelah perjumpaan pertama itu, observasi panjang selama 7 tahun dilakukan guna mengumpulkan data selengkap-lengkapnya. Hingga pada 2003, spesimen dan suara burung ini berhasil dikoleksi, yang kemudian dikirim kepada Rasmussen, taksonom asal Michigan State University, Amerika Serikat, guna dipelajari dan dibandingkan dengan spesimen kacamata yang lain.
Setelah mendapat kepastian bahwa burung kacamata ini belum pernah dikenal sebelumnya, pada 17 April 2006 para penemunya mengirimkan publikasi ilmiahnya ke The Wilson Jurnal of Ornithology. Salah satu jurnal terkemuka dunia itu kemudian menerbitkannya pada Maret 2008 dan dengan itu mengukuhkan kehadiran kacamata togian sebagai jenis baru.
Nama ‘somadikartai’ yang disematkan pada burung ini merupakan sebentuk penghargaan kepada Soekarja Somadikarta. Ahli taksonomi burung yang akrab disapa Pak Soma itu merupakan taksonom burung Indonesia paling senior dan terkemuka.
Secara keseluruhan, bila dihitung dari semenjak ditemukan pertama kali pada 1996, dibutuhkan waktu sekitar 12 tahun hingga akhirnya kacamata temuan anak bangsa ini mendapat pengukuhan. Sebuah kerja panjang yang membanggakan
Sumber:
Indrawan, M., P. C. Rasmussen & Sunarto. 2008. A new White-eye (Zosterops) from the Togian Islands, Sulawesi, Indonesia. The Wilson Journal of Ornithology 120(1): 1-9.

Spoiler for Penampakannya:

Gagang-bayam belang Himantopus himantopus Black-winged Stilt

Spoiler for Artikelnya:

Di Indonesia, catatan burung berkaki jenjang ini awalnya hanya berasal dari catatan singkat seorang pengamat burung bernama Christian Goenner. Ia menjumpai dua di antara 48 ekor gagang-bayam timur Himantopus leucocephalusdi dekat Desa Tanjung Haur, Danau Jempang, Kalimantan Timur, dalam pengamatannya antara 16-20 Oktober 2004. Perjumpaan tersebut termuat dalam majalah BirdingASIA 3 (2005) yang kemudian menjadi acuan untuk masuk dalam ceklis burung Borneo (2008) dan panduan lapangan Birds of Borneo (2009). Namun demikian DBI 2–yang sebenarnya terbit lebih awal dari dua rujukan tersebut–tidak memasukkan catatan Goenner.
Setelah Goenner, dua perjumpaan di Sumatera akhirnya semakin memastikan keberadaan si kaki jenjang tersebut di Indonesia. Agus Nurza menjumpai seekor anakan di Desa Jeulingke, Syiah Kuala, Banda Aceh (Nanggro Aceh Darussalam) pada 21 Oktober 2007. Kemudian, Hasri Abdillah menjumpai 10 ekor individu dewasa beserta anakannya tengah mencari makan bersama sekelompok gagang-bayam timur. Perjumpaan di Desa Bagan Serdang, Pantai Labu, Deli Serdang, Sumatera Utara, itu terjadi pada 14 Januari 2009.
Sumber:
Iqbal, M., H. Abdillah & A. Nurza. 2010. Black-winged Stilt Himantopus himantopus himantopus, a new shorebird for Indonesia. Wader Study Group Bull. 117(1): 63–65.
Catatan: Setelah perjumpaan-perjumpaan tersebut, catatan kehadiran gagang-bayam belang di Sumatera semakin sering tercatat, terutama di Sumatera Utara.

Spoiler for Penampakannya:

[B]Anthus hodgsoniOlive-backed Pipit

Spoiler for Artikelnya:

Dalam suatu survey singkat pada 21-27 November 2007, seekor burung yang teridentifikasi sebagai Anthus hodgsoni teramati mencari makan di sebuah jalur hutan di Pegunungan Menyapa, Kalimantan Timur. Para ornitolog yang melakukan survey tersebut menemukannya di ketinggian sekitar 650 m dpl.
Sebenarnya, di kawasan Kalimantan yang masuk wilayah Malaysia dan Brunei Darussalam (Borneo), telah terdapat beberapa catatan untuk jenis ini. Meski demikian, status burung ini masih dianggap sebagai pengunjung musim dingin yang jarang.
Sumber:
Brickle, N. W., J. A. Eaton & F. A. Rheindt. 2010. A rapid bird survey of the Menyapa Mountains, East kalimantan, Indonesia. Forktail 26: 31-41.

Spoiler for Penampakannya:

[B]Calidris bairdiiBaird’s Sandpiper

Spoiler for Artikelnya:

Pada 18 Agustus 1993, sejenis kedidi berukuran kecil teramati di pantai Pulau Jefman, dekat Sorong di Papua Barat. Kombinasi ukuran dan bentuk paruh secara keseluruhan, sayap yang panjang serta tidak adanya warna putih pada tunggir menegaskan identifikasi burung ini sebagai Calidris bairdii. Hasil pengamatan Nigel Redman tersebut menjadi catatan pertama kehadiran spesies ini untuk Papua, sekaligus Indonesia.
Sumber:
Redman, N. 2011. First Record of Baird’s Sandpiper Calidris bairdii for Indonesia. Kukila 15: 122-123.

Spoiler for Penampakannya:

[B]Kaki-rumbai merah Phalaropus fulicaria Red Phalarope

Spoiler for Artikelnya:

Satu ekor kaki-rumbai merah yang teramati pada 20 Apr 2008 di laguna Pantai Trisik, Kulon Progo, Yogyakarta, menjadi catatan pertama kehadiran jenis ini di wilayah Nusantara. Keberadaannya diketahui dari hasil pengamatan 7 orang anggota Kelompok Pengamat Burung Bionic Universitas Negeri Yogyakarta (KPB Bionic UNY) saat mengikuti kegiatan Monitoring Burung Pantai Indonesia (MoBuPI). Kepastian identifikasi diperoleh dari para ahli, yang memastikannya berdasar foto dokumentasi.
Selama kehadirannya di Pantai Trisik, burung tersebut sempat ditandai oleh tim Avian Influenza Indonesian Ornithologists’ Union (IdOU)-Yayasan Kutilang Indonesia (YKI) dengan cincin bernomor ID-LIPI-BGR 1A01301. Keberadaan burung yang diperkirakan masih remaja itu terakhir tercatat pada 11 Mei 2008, yakni 21 hari setelah perjumpaan pertama.
Sumber:
Taufiqurrahman, I., D. A. Sujatmiko & M. A. Utomo. 2011. First record of Red Phalarope Phalaropus fulicaria for Indonesia. Kukila 15: 106-108.

Spoiler for Penampakannya:

[B]Larus heugliniHeuglin’s Gull

Spoiler for Artikelnya:

Pada 30 Oktober 2008, sejenis camar teramati oleh Colin Trainor dan Imanuddin di muara Sungai Besar, P. Wetar, Maluku. Namun, saat itu mereka tidak dapat memastikan jenis camar tersebut. Berbekal foto-foto yang diperoleh, mereka mendapat kepastian dari para ahli bahwa jenis tesebut adalah Larus heuglini.
Camar ini terbilang cukup besar, berukuran sekitar 60 cm dengan kepala putih tanpa corak. Tubuh bagian atas berwarna gelap, bulu sayap primer abu-abu gelap. Kaki kuning pucat, paruh tebal dan pendek dengan perpaduan warna kuning dan bercak merah tua serta hitam.
Sebelumnya, Indonesia tercatat memiliki 5 jenis camar. Hanya satu jenis, yakni camar kepala-hitam Larus ridibundus, yang terdapat di kawasan Wallacea. Kehadiran Larus heuglini ini pun semakin menambah panjang daftar jenis camar di kawasan Wallacea, sekaligus Indonesia.
Sumber:
Trainor, C. R., Imanuddin & J. Walker. 2011. Heuglin’s Gull Larus heuglini on Wetar Island, Banda Sea: the first Indonesian record. Forktail 27: 95-96

Spoiler for Penampakannya:

[B]Alap-alap dahi-putih Microhierax latifronsWhite-fronted Falconet

Spoiler for Artikelnya:

[B]Sebelumnya keberadaan alap-alap dahi-putih hanya diketahui terbatas di Kalimantan bagian utara (Borneo). Lebih spesifiknya, kawasan Sabah yang merupakan wilayah Malaysia. Namun, perjumpaan Mohammad Irham dengan dua ekor jantan di Simenggaris, Nunukan, Kalimantan Timur, memastikan keberadaan burung ini di wilayah Indonesia.
Peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) itu menjumpai burung berstatus Near Treathened tersebut pada 1 Juni 2011. Enam tahun sebelumnya, yakni pada 24 Juni 2005, Erik Meijaard mencatat perjumpaan dengan lima ekor burung yang diduga sebagai alap-alap dahi-putih. Namun, meski ciri-ciri burung tersebut cukup terlihat, perjumpaan yang juga berasal dari area Nunukan itu masih dianggap kurang meyakinkan akibat pengamatan dilakukan dalam kondisi hari yang hampir gelap.
Sumber:
Irham, M., E. Meijaard & S. (Bas) van Balen. 2012. New information on the distribution of White-fronted Microhierax latifrons and Black-thighed Falconets M. fringillarius in Kalimantan, Indonesia. Forktail 28: 162-164.

Spoiler for Penampakannya:

Puffinus heinrothiHeinroth’s Shearwater

Spoiler for Artikelnya:

[B]Jenis penggunting-laut ini teramati oleh James Eaton, Rob Hutchinson dan beberapa pengamat lain saat pengarungan dari Labuan Bajo, Flores, ke P. Tanah Jampea di Sulawesi Selatan. Dalam pengamatan yang berlangsung pada sekitar akhir Oktober 2011 itu, mereka menjumpai dua ekor.
Distribusi utama dari burung berstatus Vulnerable tersebut ada di perairan di Kep. Bismarck hingga Kep. Solomon di timur Papua Nugini. Catatan perjumpaan dari perairan Laut Flores ini menjadi yang pertama untuk kawasan Wallacea, Indonesia, bahkan Asia.
Sumber:
Robson, C. 2012. From the field. BirdingASIA 18: 112-119.

Spoiler for Catatan Tambahan:

[B]Hutchinson kembali menemukan jenis burung ini pada awal Desember 2012 di perairan dekat P. Taliabu, Maluku. Sebagaimana yang diungkapnya dalam foto yang tertampil di situs Oriental Bird Images, banyaknya individu yang teramati menimbulkan pertanyaan akan arti penting kawasan perairan tersebut sebagai lokasi migrasi utama burung ini.

Spoiler for Penampakannya:

Catatan jenis-jenis baru yang ada didominasi oleh kehadiran burung yang masuk kategori migran, baik dari kelompok burung pantai maupun burung laut. Dengan semakin tingginya jumlah peneliti dan pengamat burung di Tanah Air, kegiatan pengamatan yang semakin intensif serta derasnya lalu-lintas pertukaran informasi di antara mereka, jumlah yang mencapai 1.606 jenis ini pun besar kemungkinan tidak akan bertahan lama. Kelak, bisa jadi Anda lah salah satu penyumbang bertambahnya jumlah jenis burung bagi negara kita.

DEMIKIAN AGAN-AGANWATI SEMOGA INFORMASI YANG SAYA SHARE BISA BERMANFAAT MINIMAL MENAMBAH PENGETAHUAN KITA

Diubah oleh ndoetniest 01-09-2015 08:34

4.2K

Kutip

Balasan

Guest

Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru

Urutan

Terbaru

Terlama

Guest

Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru

Komunitas Pilihan