Permisi agan-agan. Selamat datang di thread ane. Ini thread pertama ane, mohon maaf ya kalo masih banyak kurangnya.
Ane jadi mau bahas soal Jakarta di tahun 90an setelah browsing dari mbah google. Ane tadi nemu artikel yang lumayan menarik. Ane kopasin di sini ya.
Quote:
Jakarta 90an. Tidak ada social media, tidak ada sarana buat mengomel atau memamerkan aktivitas apa yang sedang dilakukan oleh diri sendiri. Bangunan-bangunan tinggi sudah mulai dibangun, namun tak sebanyak sekarang. Tidak begitu sumpek. Lahan-lahan hijau pun masih luas merentang, tidak digusur demi perluasan jalan atau kepentingan jalur Transjakarta. Jakarta masih melegakan dan memberi nafas untuk para penduduknya. Mall pun tak saling berkompetisi saking banyaknya seperti sekarang. Lalu apa saja sebenarnya yang paling dirindukan dari Jakarta pada tahun 90an?
Banyak yang bilang Jakarta sekarang tak layak lagi menjadi pusat liburan apalagi untuk tempat mengistirahatkan diri. Saat weekend datang, banyak yang kemudian melarikan diri ke luar kota atau Bandung sebagai tempat terdekat yang dianggap masih sebagai kota yang lebih santai ketimbang Jakarta. Jakarta sekarang dinilai terlalu sumpek, padat dan melelahkan. Seakan-akan berkembang sebagai ibukota dan sentral dari segala perkembangan bisnis dan ekonomi, maka Jakarta pun identik dengan kota yang tak pernah tidur. Selalu sibuk. Kota yang identik dengan mengejar waktu dan dikejar waktu.
Meski sebenarnya kegagahan Jakarta sebagai simbol metropolitan sendiri sudah lama dikukuhkan jauh sebelum era 90an, namun kita membahas era 90an karena untuk banyak generasi era inilah yang selalu lebih banyak dirindukan ketimbang era-era lainnya (Sebenarnya tidak saja menyoal tentang kota Jakarta, kebanyakan orang selalu bernostalgia dan memiliki memori paling dikenang pada era 90an baik dalam segi musik, gaya berpakaian atau gaya hidup).
Di era 90an, Jakarta masih punya banyak tanah kosong dan hutan kota. Pada daerah pasar Kebayoran Lama misalnya, daerahnya masih kecil dan jalannya juga tidak terlalu padat. Banjir pun hanya menggenangi daerah-daerah tertentu. Macet hanya menjelang di waktu-waktu tertentu, kini bila anda tak segera bersiap, semenjak pagi pun macet sudah dengan ramah menyapa anda.
Soal bioskop, Jakarta di era 90an pun tak hanya didominasi satu raksasa perusahaan bioskop saja. Ada banyak bioskop lokal dengan kanvas-kanvas yang dilukis menyerupai poster film. Tidak ada teknik digital, tidak ada kecanggihan IMAX, mungkin profesi pengantar rol film pun masih banyak ada.
Untuk hiburan ke mall pun memang tak sebanyak sekarang dimana di dalam satu daerah kita bisa menemui satu atau dua mall dengan letak berdekatan. Mengingat hiburan di jaman itu yang sangat terbatas, Jakarta di era 90an adalah Jakarta yang sedang berkembang namun juga Jakarta yang belum terlalu mewah. Masih sederhana.
Ah, tapi tentu mengingat Jakarta di era 90an tak akan ada habisnya. Meski seringkali kita terlibat love and hate relationship, pada akhirnya kita akan kembali menghadapi Jakarta, menikmati macet, sibuk dan suasana sumpeknya. Mungkin kita membenci, namun juga rindu dan terbiasa di saat yang sama.
Kalau Anda sendiri, apa yang paling Anda rindukan dari kota Jakarta pada memori tahun 90an?
Kalo yang ane kangenin dari tahun 90an itu acara anak-anak pas hari minggu. Soalnya jujur aja meskipun ane udah selesai kuliah, tapi ane masih tetep suka nonton kartun.
Tambahan saran dari agan-agan supaya nambahin foto.
Spoiler for foto jakarta 90 an:
Bus tingkat. Sekarang udah diperbaharui lagi jadi Bus Tingkat Pariwisata
Taksi President yang melegenda
Daerah Sudirman tahun 1993-1994
SCBD tahun 1993-1994
Semanggi (belom ada Plasa Semanggi nya gan )
Gedung Indosat tahun 1989-1990
Simpang Cawang 1990-an
Gedung Kosgoro tahun 1992
Mangga Dua tahun 1991. Mall Mangga Dua belum dibangun
Plasa Indonesia tahun 1992