sapiperah1234Avatar border
TS
sapiperah1234
KOPI KOPI KOPI.... YANG SUKA MINUM KOPI MASUK KE SINI... :D
Gue adalah seorang penggila kopi. Rasanya, gue nggak bisa memulai hari gue tanpa kopi. Dibenak kalian pasti mikirnya, paling kopi sachet yang udah dicampur gula, krimer,ataupun susu. Tapi, kalian salah. Kopi yang gue minum adalah kopi hitam pekat sebanyak 6 sachet dalam 1 mug *HAHAHAHA*

Nggak ada ceritanya buat gue minum kopi sachet model begituan kecuali emang lagi kepingin banget. Sisanya ya itu yang gue minum. Atau gue racik sendiri dengan susu full cream dan yang jelas resep buatan gue ini lebih enak daripada kopi sachet itu emoticon-Ngakak.

Nah, kenapa sih ngomongin kopi? Emang ada apa sih dengan benda hitam kecil nan seksi ini? Jadi, banyak banget kan yang bilang, “Minum kopi nggak baik untuk kesehatan!” atau apalah ya. Makanya gue mau mengupas tuntas soal kopi.
Hubungan kopi dengan kesehatan terutama mengenai masalah jantung. Nggak bisa dipungkiri bahwa kaitan kopi dengan jantung teramat sangat erat. Memang ada apa di dalam kopi sehingga punya kaitan erat dengan jantung? Jawabannya adalah kafein.

Ya, kafein ini bekerja dengan mengaktivasi saraf simpatis. Saraf simpatis bekerja pada saat tubuh dalam keadaan stress baik fisik maupun emosional. Maksudnya apa? Misal, kita sedang berolahraga, maka kita sebenarnya memberikan stress atau tekanan pada tubuh. Sehingga, tubuh akan mengaktivasi saraf simpatis.
Efeknya apa saja bila saraf simpatis teraktivasi?
1. Jantung berdetak lebih cepat dan kontraksi/daya semprotnya meningkat.
2. Pembuluh darah kita akan menyempit memberi kan kesempatan pada darah untuk lebih cepat terdistribusi ke seluruh tubuh
3. Laju pernapasan akan meningkat sehingga kita tampak terengah-engah.
4. Metabolisme tubuh meningkat sehingga tersedia energy dalam jumlah yang banyak dengan segera.
5. Kerja sistem pencernaan dan kemih di lambatkan à Pasti nanya deh, kenapa kalo lagi stress missal mau ujian kok saya jadi sering BAB? Ya, balik lagi, tubuh tiap orang berbeda dan unik, maka nggak semua orang yang teraktivasi saraf simpatisnya harus nggak bisa pipis atau BAB. Hipotesis lainnya mungkin karena kontraksi otot meningkat tapi belum nemu di referensi manapun sih.

Ternyata, kafein ini punya efek siap siaga makanya kita suka melek kalo abis minum kopi. Kenapa sih emang? Jawabannya adalah karena kafein menempati reseptor A1 sehingga menghambat adenosine untuk berikatan dengan reseptornya untuk menimbulkan efek tidur.

Adenosin adalah faktor tidur saraf yang berasal dari adenosine trifosfat (ATP). ATP adalah satuan energi yang digunakan manusia untuk melakukan berbagai aktivitas. Analoginya adalah, kalau kamu mau sebuah energi untuk bisa ngedipin mata ke cewek/cowok kece di sebelah maka kamu harus kasih uang ke tubuh berupa ATP untuk bisa melakukan hal tersebut.

ATP ini dihasilkan saat keadaan bangun oleh sel saraf dan sel glia yang aktif secara metabolik sehingga konsentrasi adenosine akan terus bertambah saat kita bangun. Makanya, kalau kamu aktivitas seharian lama-lama kamu juga merasa ngantuk kan ujung-ujungnya?

Nanti kadar adenosine akan berkurang seiring kita tidur, diduga adenosine digunakan sebagai bahan mentah untuk mengisi ulang cadangan energinya yang terbatas,

Selain efek di atas ternyata kopi juga berperan sebagai diuretic alami. Ini semua karena kafein mencegah reabsorpsi Natrium di daerah tubulus ginjal. Kerja absorpsi natrium ini berbarengan dengan diserapnya air dari tubulus ke pembuluh darah karena efek osmosis. Kalau natrium tidak bisa diabsorpsi maka air akan tertahan di tubulus dan mengumpul disana memaksa ginjal untuk mengeluarkan air tersebut lewat jalan pipis.

Ini nih, yang penting, hubungan kafein dengan kardiovaskular. Walau kafein menyebabkan pembuluh darah menyempit dan akhirnya meningkatkan tekanan darah tapi nyatanya hal ini nggak menyebabkan hipertensi lho! Diduga karena adanya zat antioksidan alami di kopi sehingga efek ini tidak terjadi.

Memang sih minum kopi ada bahayanya buat jantung. Alasan utamanya adalah munculnya focus ektopik di jantung dan menyebabkan aritmia. Fokus ektopik adalah sebuah lokasi di jantung yang seharusnya tidak bisa mencetuskan impuls listrik jantung. Karena sebenarnya jantung sudah punya pemacu alami yang kerjanya satu arah dan dalam suatu rangkaian. Fokus ektopik ini yang menimbulkan gangguan irama jantung. Gangguan irama jantung bisa mengancam nyawa terutama bila terjadi di daerah ventrikel khususnya ventrikel kiri. Sebab, dari ventrikel kiri lah darah diedarkan ke seluruh jantung. Jadi bisa dibayangkan kalau fungsinya terganggu, maka darah bisa-bisa tidak dapat dialirkan ke seluruh tubuh.

Tapi, ada sebuha penilitian yang mengungkapkan bahwa pria dibawah 55 tahun yang meminum kopi 28 cangkir per minggu akan meningkatkan risiko kematian akibat berbagai sebab secara signifikan sebanyak 56% disbanding dengan yang tidak meminum kopi sama sekali. Sedangkan untuk yang wanita sebanyak 113%.

Kesimpulan yang bisa diambil adalah tidak ada hubungannya antara risiko kematian akibat jantung dengan konsumsi kopi. Tapi, perlu diketahui juga bahwa penyebab kematian non-kardiovaskular ini juga masih diragukan mekanismenya dan peneliti masih menduga bahwa hasil itu hanya sebuah asosiasi semata dan mungkin bukan kopi yang menyebabkan itu semua. Karena faktanya orang yang minum kopi rata-rata disertai dengan hidangan pendamping ataupun rokok.
Tapi, ya balik lagi memang segala hal yang berlebihan itu gak baik. Jadi, be moderate about coffee. Gue sendiri dalam tahap mengurangi dosis kopi nih (huhuhu) dan itu susah lho. Oke sekian dari gue. Semoga bermanfaat guys! Kalo ada yang salah let me know ya emoticon-Wink


Referensi:

1. Jurnal Medscape diakses tanggal 19 Agustus 2013.

2. Bonow, et.al. 2012. Braunwald's Heart Disease: A Textbook of Cardiovascular Disease 9th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders

3. Tortora, Gerard J dan Derrickson, Bryan. 2009. Principles of Anatomy and physiology 12th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons,Inc.

4. Sherwood, Lauralee. 2010. Human Physiology: From Cells to Systems 7th Edition. Belmont: Brooks/Cole, Cengage Learning.

5. Lüllmann, Heinz et. al. 2000. Color Atlas of Pharmacology 2nd Edition. New York: Thieme.

nona212Avatar border
nona212 memberi reputasi
1
2.2K
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan