Uniquely Tana Toraja: Melihat Lebih Dekat Upacara Rambu Solo

Beranda
Komunitas
Food & Travel
Cerita Pejalan Domestik
Uniquely Tana Toraja: Melihat Lebih Dekat Upacara Rambu Solo

chrisvild

26-02-2014 16:45

Uniquely Tana Toraja: Melihat Lebih Dekat Upacara Rambu Solo

Halo agan-agan sekalian,

saya Mario dari [url=http://www.mariophotoworks.com.]www.mariophotoworks.com[/url] thread saya kali ini akan menceritakan perjalanan saya ke Tana Toraja untuk melihat upacara Rambu Solo atau upacara kematian khas Tana Toraja serta melihat uniknya kebudayaan Indonesia yang berada di Sulawesi Selatan. So check this out!

Sekapur Sirih

Perjalanan saya kali ini dimulai dengan rute Jakarta – Makassar – Rantepao dimana perjalanan panjang ini menghabiskan waktu sekitar 7-8 jam yang ditempuh dengan menggunakan minibus. Sangat jauh memang namun sepanjang perjalanan kita akan dihibur dengan pemandangan beraneka ragam, mulai dari laut biru di kota Pare-Pare, bukit cantik di area Bukit Nona, atau kerlap kerlip warna warni di dalam kota Rantepao.

Selamat Datang di Toraja

Tana Toraja terletak di Propinsi Sulawesi Selatan dan berjarak 300km dari Makassar ini terkenal sebagai salah satu tempat terbaik akan keunikan alam serta budayanya disamping Bali dan Jogjakarta. Toraja berasal dari kata “To Riaja” dalam bahasa bugis berarti “Orang Daerah Tinggi”. Suku Toraja meninggali daerah dataran tinggi dan pegunungan yang luas di bagian Utara Sulawesi Selatan. Toraja sangat terkenal dengan upacara kematiannya yang unik dan mengagumkan. Di Toraja ini tidak ada mayat yang dikubur di tanah melainkan dimakamkan di gua-gua maupun dinding tebing yang menjulang tinggi. Selain itu di Toraja juga terkenal akan keindahan rumah adat Tongkonan, tenunannya yang mendunia beserta kerajinan ukirannya yang penuh warna.

Uniknya Upacara Rambu Solo

Upacara Adat Rambu Solo adalah upacara adat kematian masyarakat Tana Toraja untuk menghormati dan mengantarkan arwah orang yang meninggal dunia menuju alam roh, yaitu kembali kepada keabadian bersama para leluhur mereka di sebuah tempat peristirahatan yang disebut Puya. Puncak acara ini disebut Upacara Rante serta acara lain seperti Adu Kerbau, Adu Kaki dan lain-lain dimana upacara ini dapat berlangsung sampai dengan 10 hari lamanya. Upacara Rambu Solo paling banyak diadakan umumnya di bulan Desember bersamaan dengan pulangnya keluarga dari perantauan untuk merayakan Natal bersama keluarga. Mayoritas warga Toraja beragama Kristen dan Katolik.

Upacara Adat Rambu Solo sering juga disebut upacara penyempurnaan kematian, karena orang yang meninggal baru dianggap benar-benar meninggal setelah seluruh prosesi upacara ini lengkapi. Jika belum, maka orang yang meninggal tersebut hanya dianggap sebagai orang “sakit” atau “lemah”, sehingga ia tetap diperlakukan seperti halnya orang hidup, yaitu dibaringkan di tempat tidur dan diberi hidangan makanan dan minuman, bahkan selalu diajak berbicara. Kemeriahan upacara Rambu Solo ditentukan oleh status sosial keluarga yang meninggal, diukur dari jumlah hewan yang dikorbankan. Semakin banyak kerbau disembelih, semakin tinggi status sosialnya.

Puncak dari upacara Rambu Solo disebut dengan upacara Rante yang dilaksanakan di sebuah “lapangan khusus”. Dalam upacara Rante ini terdapat beberapa rangkaian ritual , seperti proses pembungkusan jenazah (ma‘tudan, mebalun), pembubuhan ornamen dari benang emas dan perak pada peti jenazah (ma‘roto), penurunan jenazah ke lumbung untuk disemayamkan (ma‘popengkalo alang), dan proses pengusungan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir (ma‘palao).
Rangkaian Upacara ini , juga terdapat berbagai atrakasi budaya yang dipertontonkan, di antaranya: Adu kerbau (mappasilaga tedong), kerbau-kerbau yang akan dikorbankan diadu terlebih dahulu sebelum disembelih; dan Adu kaki (sisemba).