gunawanbuncitAvatar border
TS
gunawanbuncit
Tenggelamnya Aquarius Mahakam
Tenggelamnya Aquarius Mahakam
Setelah buka selama 26 tahun, toko musik legendaris ini ditutup untuk selamanya. emoticon-Berduka (S)
Oleh: Wendi Putranto



Jakarta - Ketika sebagian besar warga Ibukota pada hari itu tampak bersuka cita melepas kepergian 2013, suasana duka cita dan haru yang mendalam justru menggantung di toko musik Aquarius Mahakam, Blok M, Jakarta Selatan, hanya beberapa jam menjelang malam pergantian tahun.

Setelah beroperasi selama 26 tahun lamanya sejak 1987, toko legendaris yang menjadi salah satu ikon kejayaan industri musik Indonesia di masa lalu dan berjasa besar menyuplai segala jenis musik populer bagi masyarakat luas itu akhirnya terpaksa ditutup untuk selamanya.

Lagu “I Can Not Believe It’s True” dari Phil Collins terus menerus bergema di dalam toko menemani puluhan pelanggan yang hilir mudik berbelanja CD dan DVD untuk terakhir kalinya. Tak sedikit orang tua yang terlihat membawa pula balita, mungkin untuk meninggalkan sedikit memori tentang toko tersebut kepada anak-anak mereka. Sebagian besar rak CD memang sudah kosong melompong setelah diborong para pelanggan sebelumnya. Maklum, diskon yang ditawarkan sangat menggiurkan: hingga 70%.

Menurut pengakuan Johannes Soerjoko, pemilik kerajaan bisnis musik Aquarius Musikindo kepada XposeIndonesia.com, setiap bulannya sejak dua tahun yang lalu Aquarius Mahakam ”meruginya beragam, antara Rp 40 juta atau lebih.”

Penjualan rekaman musik yang terus menerus anjlok menjadi alasan utama bagi Ook, panggilan akrabnya, untuk menutup gerai musik terakhir miliknya tersebut. Sebelumnya secara berturut-turut ia telah menutup pula toko serupa di Jalan Soetomo (Surabaya), Dago (Bandung) dan Pondok Indah (Jakarta).

”Sehari sebelum terbang ke Australia Pak Ook masih sempat datang menengok toko dan menghibur hati para karyawan. Beliau pastinya sedih tapi sepertinya disembunyikan, biar bagaimanapun juga Aquarius Mahakam ini kan seperti anak tertua dan yang terakhir masih hidup,” ujar Alyauw, 58 tahun, manajer toko Aquarius Mahakam yang telah bekerja sejak 1982, kala toko itu masih berlokasi di Aldiron Plaza.

Alyauw juga sempat bercerita ada pelanggan setia yang membawakan 15 kardus nasi padang bagi seluruh karyawan begitu mendengar toko ini mau ditutup, ”Ia sedih banget katanya.”

Ketika ditanya Rolling Stone mengenai penyebab utama tutupnya Aquarius Mahakam, Alyauw dengan bijak menyatakan bukan karena pembajakan musik. Ia lebih setuju perubahan pola konsumsi musik masyarakat dan perkembangan teknologi digital menjadi alasan orang tidak lagi berbelanja CD atau kaset. Apalagi menurutnya saat ini stasiun televisi sudah banyak.

”Dulu zaman stasiun TV baru ada TVRI, orang banyak menghibur diri dengan membeli kaset dan mendengarkan musik. Sekarang tidak begitu lagi. Hiburan sudah beraneka ragam, stasiun TV sudah banyak, belum lagi sibuk main ponsel,” jelas Alyauw.

Sementara bagi pelanggan bernama Djorghy Ibrahim, 38 tahun, yang saat ditemui sedang memborong setumpuk CD, Aquarius Mahakam dulu adalah tujuan utamanya berbelanja kaset selepas pulang sekolah, juga ketika ”cabut” sekolah.

Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam lamanya hanya untuk memantau rilisan terbaru atau menjajal dengar CD melalui headphone yang tersedia di sana. Djorghy bahkan mengaku mengikuti perkembangan toko Aquarius sejak masih berada di Aldiron Plaza. ”Kalau nggak salah dulu karena di sana kebakaran kemudian mereka memindahkan tokonya ke Jalan Mahakam.”

Lain halnya dengan cerita Denny Zahuri, 39 tahun, drummer Grausig, grup death metal Jakarta. ”Idaman anak metal dulu kalo albumnya bisa dipajang di rak kaset Aquarius Mahakam. Dulu cuma bisa berandai-andai kaset band sendiri bisa dipajang di sana, tapi ternyata tahun 1999 jadi kenyataan saat album band gue dirilis label Independen terus dipajang di sana juga. Bangga banget rasanya, album itu bisa berdampingan dengan band-band luar negeri,” ujarnya.

Menurut Denny, Aquarius Mahakam juga berjasa memperluas keragaman selera bermusiknya. Dimulai pada 1987 saat ia duduk di bangku SMP, membeli kaset The Beatles volume 1 – 5 di sana hingga pada 1989 sewaktu membeli kaset yang mengubah hidupnya untuk selamanya, Somewhere In Time dari Iron Maiden. ”Gue ingat juga beli EP-nya Pas band, 4 Through The Sap, yang versi indie di sana. Waktu itu album itu memang cuma dijual disana,” kenangnya lagi.

Setelah Aquarius Mahakam ditutup, Alyauw mengaku belum tahu bangunan itu akan digunakan untuk berbisnis apa, namun ia mengaku sangat salut kepada Pak Ook.

”Sudah ada beberapa pihak yang mau menyewa tempat ini menjadi restoran tapi ditolak olehnya. Pernah dulu papan iklan di luar itu mau disewa oleh per-usahaan ponsel dengan harga 10 kali lipat, ditolak juga. Idealisme Pak Ook itu di musik. Dia tetap ingin mendukung musik Indonesia, entah bagaimanapun caranya nanti,” pungkas Alyauw terharu.

SUMBER
0
4K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan