Jurnal Pharmacology menerbitkan sebuah makalah baru berjudul ‘Cannabis Finds Its Way into Treatment of Crohn’s Disease’ dimana dalam makalah tersebut para peneliti menyatakan bahwa, "Dengan berpegangan pada sejarah panjang penggunaan ganja untuk pengobatan dan satu dekade penelitian menggunakan hewan percobaan, kini hasil riset menunjukkan bahwa ganja dapat mengatasi masalah pada pasien dengan penyakit Crohn's.” Penelitian ini diterbitkan tahun 2014, tapi sebelumnya tahun 2013 sudah ada penelitian kecil mengenai pengobatan penyakit Crohn dengan menggunakan ganja medis tanpa efek samping.

Crohn’s Disease atau dalam bahasa Indonesia disebut Penyakit Crohn’s adalah sebuah penyakit di mana terjadi inflamasi (peradangan) pada saluran cerna sehingga mempengaruhi saluran cerna. Penyakit Crohn’s ini menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada saluran pencernaan dan paling umum mempengaruhi ileum (bagian dari usus kecil), namun, pennyakit ini dapat pula terjadi pada seluruh saluran pencernaan dari mulut samapi ke anus.

Walaupun dikatakan dalam beberapa literatur bahwa Crohn’s Disease merupakan penyakit yang dapat diderita seumur hidup dan tidak jelas sebabnya, namun terdapat berbagai macam metode penanganan dan terapi yang efektif bagi kebanyakan orang dalam mengendalikan gejala yang mereka rasakan.

Schicho R.A dan Storr M. dari Institute of Institute of Experimental and Clinical Pharmacology di Medical University of Graz, Austria menyimpulkan bahwa penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa ganja memiliki manfaat klinis pada pasien dengan penyakit Crohn.

Para peneliti tidak tahu pasti apa penyebabnya, tapi semua bukti menunjuk bahwa molekul yang ada pada ganja mempengaruhi sel-sel di usus dan otak untuk menghentikan peradangan dan mengurangi rasa sakit dan mual. Pada pasien dengan penyakit Crohn, ganja dapat mengatasi rasa nyeri, mual, muntah, anemia dan arthritis pada tingkat sel (Farmakologi).

Sekarang semakin banyak dokter yang menyarankan untuk mengadakan percobaan yang lebih besar untuk mengkonfirmasikan hasil ini yang bisa membuka jalan untuk mengobati IBD dimasa yang akan datang. (IG)