- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kajian proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya
TS
musyaffaazka
Kajian proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya
Quote:
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dan negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-5 di dunia memiliki kepadatan dan tingkat aktivitas tertinggi di Pulau Jawa, utamanya di dua kota terbesar Pulau Jawa, Jakarta dan Surabaya. Sebagai pusat aktivitas ekonomi, pemerintahan, perdagangan, dan jasa, Jakarta dan Surabaya memiliki jumlah penduduk yang sangat besar, masing-masing 10.187.595 jiwa (November 2011) dan 2.765.487 jiwa (2010).
Dengan jumlah penduduk sebesar itu dan ditambah dengan statusnya sebagai pusat aktivitas ekonomi, pemerintahan, perdagangan dan jasa, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan ingin meningkatkan mobilitas baik orang maupun barang antara 2 kota tersebut -Jakarta dan Surabaya- dengan melakukan pembangunan sistem jalur ganda (double track) kereta api lintas Pantura (Pantai Utara) antara Jakarta-Surabaya yang dapat mempersingkat waktu tempuh kereta yang tadinya memakan waktu 10-12 jam perjalanan menjadi hanya 8,5 jam. Tidak cukup sampai di situ, Pemerintah juga mengajukan rencana untuk membangun mega proyek bernilai ratusan triliunan rupiah berupa moda transportasi massal kereta api super cepat Jakarta-Surabaya.
Menurut rencana, kereta api super cepat “Agro Cahaya” Jakarta-Surabaya yang mirip dengan kereta Shinkansen di Jepang, kecepatannya akan mencapai maksimal 300 km/jam sehingga jarak antara Jakarta-Surabaya yang sejauh 685 km nantinya akan ditempuh hanya dengan 2 jam 53 menit. Mega proyek perkeretaapian ini, menurut perhitungan akan menelan dana fantastis, sebesar U$ 14,3 Milyar atau Rp 130 Triliun hanya untuk biaya konstruksi, sedangkan jika biaya pembebasan lahan disertakan, biaya akan membengkak hingga mencapai U$ 20 Milyar (Rp 180 Triliun). Nantinya proyek ini direncanakan akan menggunakan skema Public-Private Partnership atau kerja sama pemerintah dengan swasta. Jadi pemerintah Indonesia turut andil dalam pembiayaannya, bekerja sama dengan pihak swasta, dalam hal ini Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan Transport Consultant (JTC) dimana dana tersebut dibayar angsur selama 40 tahun.
Minim Lahan
Menindaklanjuti hajat besar pemerintah tersebut, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mulai melakukan upaya-upaya pembebasan lahan. Jika mega proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya benar-benar direalisasikan, dipastikan PT KAI akan menghadapi masalah yang cukup pelik, yaitu keharusan mengeluarkan biaya pembebasan lahan yang jauh lebih besar, dari pembangunan rel double track karena pembangunan rel ganda telah menghabiskan lahan milik PT KAI sehingga pembangunan jalur kereta super cepat Jakarta-Surabaya akan menggunakan lahan milik warga dengan jalur lebih selatan dari jalur kereta biasa dan alotnya negosiasi dengan warga yang tinggal di sekitar jalur kereta sekarang yang enggan dipindahkan.
Masalah lain yang ada dalam pembangunan kereta super cepat Jakarta-Surabaya adalah nantinya PT KAI sebagai pengelola kereta super cepat Jakarta-Surabaya akan bersaing langsung dengan Low-Cost Airliner/maskapai penerbangan murah Jakarta-Surabaya. Sehingga nantinya, PT KAI harus benar-benar cermat dalam penentuan tarif kereta api super cepat Jakarta-Surabaya agar dapat bersaing dengan maskapai penerbangan murah karena jika tarif kereta api super cepat Jakarta-Surabaya terlalu tinggi, masyarakat akan enggan dan lebih memilih menggunakan pesawat terbang. Padahal pengguna jasa transportasi udara di Bandara Djuanda Surabaya, sekitar 42% dari total sekitar 500.000 penumpang bertujuan ke Jakarta. Jumlah ini cukup besar sehingga harusnya PT KAI bisa memanfaatkan ini sebagai peluang.
Tidak cukup sampai di situ, pelaksanaan proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya juga dapat tertunda karena pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk mendahulukan pengerjaan mega proyek kereta api super cepat lainnya, kali ini menghubungkan Jakarta-Bandung yang berjarak 144 km dengan waktu tempuh 45 menit yang diperkirakan menelan biaya hingga U$ 6,5 Milyar (Rp 56 Triliun). Proyek ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan karena dengan jarak yang lebih pendek, maka pengerjaan proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung akan lebih mudah dan lebih realistis dibanding proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya.
Tetapi, dilihat dari perkiraan dampak pada daerah sekitarnya, proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya memiliki nilai tambah dibandingkan proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung. Kota Surabaya memroyeksikan dirinya sebagai calon megapolitan seperti kota Jakarta sehingga pembangunan proyek ini akan membuat kota-kota di sekitarnya seperti Sidoarjo dan Malang akan tumbuh menjadi kota-kota satelit yang maju, layaknya Tangerang, Depok, Bekasi, dan Bogor. Surabaya juga memroyeksikan dirinya sebagai kota industri besar. Dari kereta api yang beroperasi sekarang, load-factor Jakarta-Surabaya lebih tinggi daripada Jakarta-Bandung sehingga selayaknya Pemerintah lebih mengutamakan pembangunan kereta api super cepat Jakarta-Surabaya dibanding proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung.
Persiapkan Langkah Strategis
Seperti halnya setiap kebijakan pembangunan, realisasinya tidak serta merta menjadi baik hanya berdasarkan segi tujuan. Terutama melihat kebutuhan PT KAI untuk mengusahakan adanya lahan dari tanah yang bukan milik perusahaan tersebut, akan dibutuhkan pendekatan yang cerdas dan populis agar pembangunan proyek ini dapat berjalan sesuai jadwal.
Kereta Api merupakan sebuah moda transportasi yang sangat efisien dibandingkan mobil, bus, atau bahkan pesawat dari segi jumlah, lahan, serta konsumsi bahan bakar. Namun sayang, pemerintah belum serius mengembangkan moda transportasi yang satu ini, setidaknya hingga sekarang. Harapannya kereta api terus dapat dikembangkan sebagai moda transportasi jarak jauh utama dan jangkauannya pun diperluas dan dipermudah, semisal “Ring-Railroad” se-Pulau Jawa, maka tentu kereta akan menjadi sarana transportasi yang diperhitungkan. Maskapai penerbangan pun seharusnya tidak perlu khawatir karena bagaimana pun pesawat terbang masih diperlukan, alasan utamanya karena memang ada tempat yang tidak bisa dijangkau oleh kereta semata
Dengan jumlah penduduk sebesar itu dan ditambah dengan statusnya sebagai pusat aktivitas ekonomi, pemerintahan, perdagangan dan jasa, Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan ingin meningkatkan mobilitas baik orang maupun barang antara 2 kota tersebut -Jakarta dan Surabaya- dengan melakukan pembangunan sistem jalur ganda (double track) kereta api lintas Pantura (Pantai Utara) antara Jakarta-Surabaya yang dapat mempersingkat waktu tempuh kereta yang tadinya memakan waktu 10-12 jam perjalanan menjadi hanya 8,5 jam. Tidak cukup sampai di situ, Pemerintah juga mengajukan rencana untuk membangun mega proyek bernilai ratusan triliunan rupiah berupa moda transportasi massal kereta api super cepat Jakarta-Surabaya.
Menurut rencana, kereta api super cepat “Agro Cahaya” Jakarta-Surabaya yang mirip dengan kereta Shinkansen di Jepang, kecepatannya akan mencapai maksimal 300 km/jam sehingga jarak antara Jakarta-Surabaya yang sejauh 685 km nantinya akan ditempuh hanya dengan 2 jam 53 menit. Mega proyek perkeretaapian ini, menurut perhitungan akan menelan dana fantastis, sebesar U$ 14,3 Milyar atau Rp 130 Triliun hanya untuk biaya konstruksi, sedangkan jika biaya pembebasan lahan disertakan, biaya akan membengkak hingga mencapai U$ 20 Milyar (Rp 180 Triliun). Nantinya proyek ini direncanakan akan menggunakan skema Public-Private Partnership atau kerja sama pemerintah dengan swasta. Jadi pemerintah Indonesia turut andil dalam pembiayaannya, bekerja sama dengan pihak swasta, dalam hal ini Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan Transport Consultant (JTC) dimana dana tersebut dibayar angsur selama 40 tahun.
Minim Lahan
Menindaklanjuti hajat besar pemerintah tersebut, PT Kereta Api Indonesia (PT KAI) mulai melakukan upaya-upaya pembebasan lahan. Jika mega proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya benar-benar direalisasikan, dipastikan PT KAI akan menghadapi masalah yang cukup pelik, yaitu keharusan mengeluarkan biaya pembebasan lahan yang jauh lebih besar, dari pembangunan rel double track karena pembangunan rel ganda telah menghabiskan lahan milik PT KAI sehingga pembangunan jalur kereta super cepat Jakarta-Surabaya akan menggunakan lahan milik warga dengan jalur lebih selatan dari jalur kereta biasa dan alotnya negosiasi dengan warga yang tinggal di sekitar jalur kereta sekarang yang enggan dipindahkan.
Masalah lain yang ada dalam pembangunan kereta super cepat Jakarta-Surabaya adalah nantinya PT KAI sebagai pengelola kereta super cepat Jakarta-Surabaya akan bersaing langsung dengan Low-Cost Airliner/maskapai penerbangan murah Jakarta-Surabaya. Sehingga nantinya, PT KAI harus benar-benar cermat dalam penentuan tarif kereta api super cepat Jakarta-Surabaya agar dapat bersaing dengan maskapai penerbangan murah karena jika tarif kereta api super cepat Jakarta-Surabaya terlalu tinggi, masyarakat akan enggan dan lebih memilih menggunakan pesawat terbang. Padahal pengguna jasa transportasi udara di Bandara Djuanda Surabaya, sekitar 42% dari total sekitar 500.000 penumpang bertujuan ke Jakarta. Jumlah ini cukup besar sehingga harusnya PT KAI bisa memanfaatkan ini sebagai peluang.
Tidak cukup sampai di situ, pelaksanaan proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya juga dapat tertunda karena pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk mendahulukan pengerjaan mega proyek kereta api super cepat lainnya, kali ini menghubungkan Jakarta-Bandung yang berjarak 144 km dengan waktu tempuh 45 menit yang diperkirakan menelan biaya hingga U$ 6,5 Milyar (Rp 56 Triliun). Proyek ini mendapatkan perhatian serius dari pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan karena dengan jarak yang lebih pendek, maka pengerjaan proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung akan lebih mudah dan lebih realistis dibanding proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya.
Tetapi, dilihat dari perkiraan dampak pada daerah sekitarnya, proyek kereta api super cepat Jakarta-Surabaya memiliki nilai tambah dibandingkan proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung. Kota Surabaya memroyeksikan dirinya sebagai calon megapolitan seperti kota Jakarta sehingga pembangunan proyek ini akan membuat kota-kota di sekitarnya seperti Sidoarjo dan Malang akan tumbuh menjadi kota-kota satelit yang maju, layaknya Tangerang, Depok, Bekasi, dan Bogor. Surabaya juga memroyeksikan dirinya sebagai kota industri besar. Dari kereta api yang beroperasi sekarang, load-factor Jakarta-Surabaya lebih tinggi daripada Jakarta-Bandung sehingga selayaknya Pemerintah lebih mengutamakan pembangunan kereta api super cepat Jakarta-Surabaya dibanding proyek kereta api super cepat Jakarta-Bandung.
Persiapkan Langkah Strategis
Seperti halnya setiap kebijakan pembangunan, realisasinya tidak serta merta menjadi baik hanya berdasarkan segi tujuan. Terutama melihat kebutuhan PT KAI untuk mengusahakan adanya lahan dari tanah yang bukan milik perusahaan tersebut, akan dibutuhkan pendekatan yang cerdas dan populis agar pembangunan proyek ini dapat berjalan sesuai jadwal.
Kereta Api merupakan sebuah moda transportasi yang sangat efisien dibandingkan mobil, bus, atau bahkan pesawat dari segi jumlah, lahan, serta konsumsi bahan bakar. Namun sayang, pemerintah belum serius mengembangkan moda transportasi yang satu ini, setidaknya hingga sekarang. Harapannya kereta api terus dapat dikembangkan sebagai moda transportasi jarak jauh utama dan jangkauannya pun diperluas dan dipermudah, semisal “Ring-Railroad” se-Pulau Jawa, maka tentu kereta akan menjadi sarana transportasi yang diperhitungkan. Maskapai penerbangan pun seharusnya tidak perlu khawatir karena bagaimana pun pesawat terbang masih diperlukan, alasan utamanya karena memang ada tempat yang tidak bisa dijangkau oleh kereta semata
0
2.8K
Kutip
13
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan