Sebuah berita di METRO TV menjelang pukul 2 siang, Kamis 24 Januari 2013 menarik untuk disimak. Seolah menjawab polemik di beberapa waktu lalu atas pewajiban Sekolah Katolik di sebuah daerah agar mengajarkan pelajaran agama Islam bagi sebagian muridnya yang beragama Islam.

METRO TV menyampaikan berita bahwa SMA Muhammadiyah Ende di pulau Flores Nusa Tenggara Timur menyediakan guru agama Katolik bagi murid-muridnya yang sebagian besar memang beragama Katolik. SMA Muhammadiyah Ende mempunyai murid 350 orang, dimana hanya 83 orang diantaranya beragama Islam.

Mengapa murid-murid yang beragama Katolik memilih SMA Muhammadiyah? Seorang murid bernama Carolina antara lain memberikan alasan biaya murah, mutunya bagus dan dekat dari rumah. Seorang murid lain, Andi Wahid, mengatakan mereka hidup rukun di SMA Muhammadiyah Ende, bila ada orangtua murid yang beragama Katolik meninggal, semua murid turut bersedih -mungkin maksudnya mereka berkunjung ke rumah duka-, sebuah hal biasa juga dilakukan masyarakat Jakarta dan kota lainnya.

Menurut info yang saya kutip dari sebuah blog Sobat Kita yang ditulis Wawan Rusmawan, ia mengutip berita Kompas.com 11 Agustus 2009, ternyata di Serui, Teluk Cenderawasih, Papua dan di Putussibau Kalimantan Barat, SMP dan SMA Muhammadiyah juga menyediakan guru agama Kristen atau Katolik bagi murid-muridnya yang beragama Kristen/Katolik, selain itu murid-murid wanita yang non Muslim juga tak diwajibkan mengenakan jilbab -tentu saja-.

Salut bagi Muhammadiyah, selain mendidik murid-murid Muslim di kota Ende, Serui dan Putussibau, demi hubungan kemanusiaan lembaga pendidikan ini juga tidak berkeberatan menyediakan guru agama Katolik/Kristen bagi murid-muridnya yang non Muslim di ketiga kota tersebut. Mungkin kebijakan ini juga diterapkan di kota lain, saya tidak tahu persis, hanya secara umum pernah dengar Muhammadiyah menyediakan guru agama Kristen bagi murid-muridnya yang menganut agama tersebut.
sumber