MovieHolic101Avatar border
TS
MovieHolic101
Untitled [Definetly not a true story]
Lagi nyoba nulis, nih. Mohon diminta kritik dan saran ya. emoticon-Malu (S)

-----


“Tidak apa-apa. Ini bukan salahmu.” Jam weker menyebalkan itu akhirnya berbunyi, tandanya untuk mematikannya agar aku bisa beroleh ketenangan beberapa menit lagi di tempat tidurku. Seakan matahari tak ingin menunggu lebih lama lagi, sinarnya menampar diriku yang tertidur pulas. Saat itu juga kuusahakan untuk bangun.

Mimpi apa barusan? Terkesan aneh, tapi melekat di hati. Ia memang tidak percaya takhayul, tapi rasanya mimpi itu berarti sesuatu. Orang itu memang tidak pernah dia lihat, tapi rasanya John ingin menangis mendengar suara lirihnya, “Tak apa-apa. Ini bukan salahmu.”

John McGavery, orang yang kelihatannya berantakan, sembrono, padahal sebenarnya tidak bisa dikatakan seperti itu. Memang penampilan bisa menipu, tapi percayalah, dia orang yang baik. “Ah, hari Senin lagi ya?”, keluhnya. Memang bukan masalah hari Senin yang ia keluhkan, hanya saja ia memang suka mengeluh. Walaupun maksudnya tidak seperti itu, tetapi ia memang suka mengeluh.
***


Dia lebih suka makan-makanan sisa untuk sarapannya daripada membuat sendiri. Jadi, selalu ia siapkan sisa makanan kemarin malam untuk dihangatkan lagi di oven microwave. Hitung-hitung penghematan. Bajunya pun jarang ia setrika. Ia hanya ambil jika perlu baju tersebut, toh ia tak punya setrika.

Kota Imperium, menunjukkan tahun 2050, masih seperti yang kelihatannya. Megah, hebat, sempurna. Jika seseorang mendambakan surga dunia, ini adalah kota yang masih tersisa di muka bumi ini. Sisa dari dunia ini, aku yakin kau tidak ingin tahu, karena mereka juga merahasiakannya. Mungkin untuk kebaikan kita, mungkin tidak.

Semua yang kau bayangkan ada di kota ini. Kau ingin pelayan yang siap siaga 24 jam, kota ini punya. Kota ini juga ramah dengan keluarga yang baru menikah. Kau akan disediakan banyak cara untuk menikmati waktu-waktu berkualitas. Bagi para bujangan, banyak pula cara untuk bersenang-senang di kota ini. Mulai yang paling halus seperti pergi ke bar, atau mau menyewa prostitusi, semua bisa. Satu hal yang pasti dari kota ini adalah kekuatannya menarik orang-orang kaya. Bukannya menyelesaikan masalah dengan uang terkutuknya, mereka malah mencoba mencari pelarian dari dunia yang membusuk ini.

Namun seperti bongkahan es di Antartika(Yang sudah mencair di jaman ini, tentunya), yang terlihat adalah yang terkecil. Semua kota, semua hal, pasti punya bongkahan es di dasar lautnya sendiri. Kau, aku, kita semua. Hanya saja kota Imperium ini yang paling hina. Salah satunya kita lihat di sisi bawah kota. Perbedaanya tidak seperti bumi dan langit, jauh lebih parah. Tidak akan kulanjutkan.

Kita kembali ke John. Ke tempat kumpul biasanya, ia dan teman-temannya menghabiskan hidup yang datar ini. “Jadi bagaimana kencanmu kemarin?”, tanya Tania, wanita teman dekat John sejak kecil. Tidak terlalu cantik, namun wajahnya menenangkan hati. Mereka aslinya dijodohkan oleh kedua orang tuanya, namun entah kemana mereka menghilang dari muka bumi. Dan berakhirlah mereka dengan perjodohan yang tidak pernah dilaksanakan, berujung pada persahabatan yang lama. Dengan nada pasti John membalas, “Tentu saja gagal.”, “HAHAHAHA!”, mereka semua tertawa. Kelihatannya mereka senang sekali, namun mungkin karena hanya itu yang bisa membuat mereka tertawa di sini.

“Dasar bodoh. Pasti tidak mengikuti saranku, ya?”
“Justru aku telah mengikuti saranmu. Aku malah berakhir begini.”

“Memangnya kau disuruh apa sama dia?”, laki-laki sengak ini entah darimana. Gayanya memang begitu, tapi mereka semua sudah paham. “Kemarin aku disarankan untuk memberi wanita itu bros ini. Ternyata ia tidak suka. Kenapa kau bertanya, Jimmy?”

“Aku juga disuruh melakukan hal yang sama.”
“Tunggu dulu. Kita sedang membicarakan gadis yang sama, kan?”
“Janet dari perbatasan. Ia biasanya suka kesini, entah kenapa. Aku tahu dia dari perbatasan, tapi tetap saja aku terpikat padanya. Toh tak ada salahnya mencoba.”
“Iya, tak ada salahnya mencoba. Tapi salah kita adalah menuruti orang ini.”

Mereka berdua dengan sekejap menatap Tania. Tampaknya wanita berambut panjang itu berhasil mengelabuhi kedua orang yang sedang dimabuk cinta itu. Jimmy dan John memang sedang menggandrungi wanita yang sama. Dengan rayuan-rayuannya yang hebat, Jimmy pikir bisa memikat gadis itu. Iya, mungkin bisa. Hanya saja bros sial itu yang menghalanginya, pikirnya.
“Lain kali jangan turuti kata Tania lagi. Tak bisa dipercaya.”, kata Jimmy kesal.
“Tidak. Aku akan menjauhinya saja.”

Muka Tania berubah sedih, namun karena ia tak tahu bahwa John sedang bercanda. “Hei, jangan sedih.” Sembari mendekati wajahnya, ternyata Tania bergurau lagi. Ia menutuk kepala lelaki yang lebih besar dari miliknya itu, dan kabur. “Ah, wanita itu susah ditebak, ya?”. Yang lainnya mengangguk.

Sembari mengherankan hal tersebut, seorang lelaki dengan tampang misterius datang. “Hei. Ngomong-ngomong, aku dapat pekerjaan baru. Bayarannya lumayan. Kalian mau ikut?” Anna Keymore, lelaki – iya, lelaki – yang suka menyendiri. Tak ada yang tahu apa motivasinya dengan kita sampai ia menawarkan pekerjaan pertamanya dulu dengan mereka. Ada yang bilang ia pernah makan daging manusia, ada yang bilang itu salah paham. Mereka tidak peduli selama pekerjaan yang ia tawarkan bayarannya mahal. “Dimana itu, kawan?”, sok akrabnya Jimmy memang susah ditahan. “Di dekat tempat biasa. Kita harus datang jam 10 malam nanti.”

“Tapi kau belum menjelaskan detilnya.”
“Diam saja, tengik. Kau mau ikut, datang jam 10 nanti.”

Ya, memang agak kasar, tapi itu cara bicaranya. Mereka juga sudah paham. “Dan John, kau bisa ajak “pacarmu” itu kalau kau mau.” John tampak tersipu, tapi dia bisa menyembunyikannya. Dia memang hebat dalam menyembunyikan perasaan. “Sudah, aku mau pergi dulu. Kalian juga siap-siap. Kita akan digaji lebih jika pekerjaannya bersih.”
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
616
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan