yg gw tau tentang Rizal Ramli ada dua.
Rizal Ramli lahir 10 Desember 1953. Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat dimana mantan Presiden Soekarno, mantan Perdana Menteri Djuanda dan mantan Presiden Habibie kuliah. Pernah kuliah di Sophia University, Tokyo, Jepang (1975), dan mendapatkan gelar Master of Art (1982) dan Ph.D dalam bidang Ekonomi dari Boston University, Boston, Amerika (1990).
Salah satu pemimpin Gerakan Anti Kebodohan (1997) yang memperjuangkan kesempatan bersekolah untuk tujuh juta anak umur 7 – 12 tahun dan wajib belajar enam tahun. Rizal Ramli juga adalah salah satu pimpinan Gerakan Mahasiswa 1997/1998 yang memperjuangkan Indonesia yang lebih demokratis agar pemerintah otoriter Jenderal Soeharto diakhiri. Ratusan pimpinan mahasiswa ditangkap dan puluhan pimpinan mahasiswa di seluruh Indonesia diadili. Rizal Ramli di tahan di penjara militer Bandung selama 5 bulan, diadili dan dihukum satu tahun di penjara Sukamiskin, Bandung, di mana Soekarno pernah ditahan oleh pemerintahan kolonial Belanda.
Karir di pemerintahan dimulai saat Presiden Abdurrahman Wahid mengangkat pendiri sekaligus chairman "ECONIT Advisory Group" ini menjadi Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) pada April 2000. Setelah itu, berturut-turut berbagai jabatan dipercayakan ke atas pundak Rizal Ramli, antara lain sebagai Menteri Koordinator Perekonomian (Agustus 2000-Juni 2001) dan Menteri Keuangan (Juni-Juli 2001).
Rizal Ramli yang pernah menjadi penasehat ekonomi Fraksi ABRI (1992-1998), juga menjabat Ketua Komite Kebijakan Sektor Keuangan (KKSK) dan Ketua Tim Keppres 133 untuk renegosiasi listrik swasta. Dengan masa jabatan yang relatif pendek, sekitar 15 bulan, Rizal Ramli melakukan sejumlah langkah terobosan dengan cepat dan efektif untuk mereformasi Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam waktu enam bulan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi menjadi 4,8 %, di atas target semula yang hanya 2-3 %. Defisit anggaran juga ditekan menjadi hanya -3,2 % dari GDP, lebih rendah dari target semula yaitu -4,8 %. Bahkan pada September 2000, Standard & Poor's menaikkan rating rupiah dari C ke B- dengan outlook stable. Terakhir dia tercatat menjadi wakil pemerintah pada PT Semen Gresik Tbk sebagai Presiden Komisaris (September 2006 – Juni 2008).
Rizal Ramli adalah salah satu pendiri dari Tim Indonesia Bangkit (2002), dan pendiri dari Komite Bangkit Indonesia (2007). Saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Penyantun Universitas Bung Karno. Menteri kepercayaan Gus Dur ini, yang dipanggil “Gus Romli” dikalangan nadhiyin, dikenal memiliki keberpihakan yang sangat jelas pada rakyat dan kepentingan nasional.
Total ekspor Indonesia pada 2000 mencapai US$62 miliar, atau naik 27% dari ekspor Indonesia pada tahun 1999. Kapasitas terpasang di sektor industri, meningkat dari sekitar 50-60% pada akhir 1999 menjadi 70-80% pada akhir 2000. Demikian juga sektor konstruksi yang stagnan selama 2 tahun terakhir, mulai bangkit dengan pertumbuhan sebesar 8,3%. Penjualan eceran juga naik 17%. Dalam waktu yang sangat pendek tersebut, Rizal Ramli dengan dibantu Tim Ekonomi lainnya, melakukan renegosiasi Letter of Intent (LoI) dengan IMF, mendapatkan pinjaman dari CGI sebesar US$ 4,8 miliar dan hibah sebesar US$ 530 juta. Nilai hibah (grant) tersebut merupakan nilai tertinggi selama hubungan Indonesia dengan CGI.
Sebagai Menkeu, Doktor ekonomi dari Boston University dan mantan aktivis ini melakukan revisi APBN 2001. Revisi APBN yang biasanya bisa memakan waktu berbulan-bulan, pada masa Rizal Ramli hanya berlangsung empat hari. Pembahasan berlangsung sejak Jumat malam hingga Minggu dini hari. Tepatnya, 13 -16 Juni 2001, tercepat dalam sejarah modern Indonesia.
Hanya setahun sebagai Kepala Bulog, Rizal Ramli melakukan reformasi dan pembenahan organisasi serta keuangan Bulog agar lebih transparan dan accountable. Dia memberikan tekanan pada pelaksanaan fungsi Bulog sebagai stabilitator harga beras dan peningkatan pendapatan petani. Selama menjadi Kepala Bulog, terjadi penghematan dan peningkatan efisiensi biaya operasi Bulog yang sangat signifikan sehingga Bulog menghasilkan surplus yang cukup besar.
Terobosan penting lain yang dilakukannya adalah saat merestrukturisasi Bulog secara besar-besaran. Pejabat dari daerah ”basah” dimutasikan ke daerah ”kering”, demikian pula sebaliknya. Mutasi strategis itu, dengan cepat mengubah corporate culture dari Bulog. System accounting khusus Bulog dirubah menjadi Generally Accepted Accounting Practices, sehingga sama dengan praktek accounting di lembaga negara lain. Rizal Ramli juga menghapuskan sistem dana off-budget dan mengubahnya menjadi on-budget, sehingga lebih accountable, transparan dan bisa diaudit. Dengan menghapuskan sistem dana off-budget, Rizal Ramli memulai penerapan disiplin anggaran dan pengelolaan keuangan yang transparan.
Pada Mei 2001, sebagai Menko Perekonomian, laki-laki yang juga mantan dosen ekonomi Program Magister Manajemen Fakultas Pasca Sarjana UI ini mendorong penghapusan cross-ownership dan cross-management antara PT T elkom dan PT Indosat. Langkah ini dimaksudkan untuk meningkatkan kompetisi dan mendorong kedua operator telekomunikasi nasional tersebut menjadi full service operators. Banyak kalangan, baik domestik maupun internasional, menilai kebijakan yang ditempuh Rizal Ramli tersebut sebagai langkah yang tepat dan kredibel. Lewat terobosannya tersebut, negara berhasil memperoleh tambahan penerimaan Rp4,2 trilliun tanpa menjual selembar pun saham Telkom atau Indosat.
Langkah-langkah terobosan juga dilakukan dalam renegosiasi listrik swasta yang sarat KKN sehingga tarif listrik dapat diturunkan dari US$ 7-9 cent menjadi hanya sekitar US$ 4 cent dan beban utang PLN turun sebesar US$ 35 miliar. Di samping itu, sebagai Ketua KKSK, Rizal Ramli melakukan restrukturisasi utang dalam maupun luar negeri ratusan perusahaan yang dikelola BPPN. Pada Oktober 2000, KKSK mulai merestrukturisasi utang dari 14.000 UKM yang memiliki nilai pinjaman < Rp. 5 miliar. Rizal Ramli memutuskan, UKM bisa memperoleh potongan pokok dan bunga atas pinjamannya hingga 50% jika mereka mau melunasi pinjamannya sekaligus.
Masih untuk pengusaha kecil, pada November 2000 dia menuntaskan restrukturisasi dan penjualan kredit-kredit di bawah Rp 5 miliar kepada pihak ketiga dengan total nilai Rp. 871 miliar yang terdiri dari 92.252 debitur.
sumber:
http://rizalramli.org/CV_Rizal_Ramli_i.pdf