- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
AGAN TAU GAK SIH TANGGAL 15 JANUARI ITU HARI APA?
TS
MNAUFALALISLAMI
AGAN TAU GAK SIH TANGGAL 15 JANUARI ITU HARI APA?
Spoiler for pertama:
Spoiler for KUNJUNGI:
budayakan dan memberi ya gan
SELAMAT HARI DARMA SAMUDRA
Masih banyak dari kita yang belum tahu peristiwa yang terjadi pada tanggal 15 Januari 1962, yang sampai saat ini diperingati sebagai “HARI DHARMA SAMUDRA”. Pertempuran yang terjadi saat itu di laut Aru merupakan salah satu dari sekian banyak pertempuran yang terjadi pasca Proklamasi Kemerdekaan, yang menjadi bukti nyata bahwa perjuangan belum berakhir walaupun kemerdekaan telah di proklamirkan. Perjuangan tetap ada dalam mempertahankan serta mengisi kemerdekaan
Spoiler for Sejarah singkat:
SEJARAH SINGKAT PERISTIWA PERISTIWA PERTEMPURAN LAUT
PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1945 BANGSA INDONESIA TELAH MENYATAKAN KEMERDEKAANYA. UNTUK MENEGAKKAN DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN ITU SELURUH BANGSA INDONESIA TELAH MELAKUKAN PERJUANGAN BERSENJATA DENGAN SEMBOYAN " MERDEKA ATAU MATI " DENGAN SEMANGAT " TAK MENGENAL MENYERAH" SERTA " PERCAYA KEPADA KEMAMPUAN SENDIRI
DALAM MASA PERJUANGAN BERSENJATA TNI AL TELAH MENGIRIMKAN EKSPEDISI EKSPEDISI LINTAS LAUT KELUAR JAWA DENGAN MAKSUD UNTUK MEWUJUDKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA . DARI SEKIAN BANYAK EKSPEDISI LINTAS LAUT ITU TERDAPAT PERISTIWA PERTEMPURAN LAUT YANG PENUH SEMANGAT HEROIK DAN PATRIOTIK ANTARA LAIN.
PERTEMPURAN LAUT DI SELAT BALI PADA TANGGA; 4 APRIL 1946 ANTARA KAPAL KAPAL PERAHU ROMBONGAN EKSPEDISI BALI PIMPINAN MARKADI DENGAN DUA BUAH KAPAL LCM BELANDA
PERTEMPURAN DI TELUK CIREBON PADA TANGGAL 5 JANUARI 1947 ANTARA KAPAL GAJAH MADA DIPIMPIN LETNAN SATU SAMADIKUN DENGAN KAPAL BELANDA HR,MS KORTENAER
PERTEMPURAN LAUT DI PERAIRAN PULAU PANIKIAN PADA TANGGAL 17 FEBRUARI 1947 ANTARA ROMBONGAN KAPAL EKSPEDISI SULAWESI PIMPINAN KAPTEN HASAN RALLA DAN LETNAN SATU A.A. RIVAI DENGAN PIHAK BELANDA
PERTEMPURAN LAUT DI PERAIRAN PULAU SAPUDI PADA TANGGA 13 APRIL 1947 ANTARA ROMBONGAN EKSPEDISI SULAWESI PIMPINAN KAPTEN HARYANTO DENGAN PIHAK BELANDA
DENGAN SEMANGAT " [B]PERCAYA KEPADA KEMAMPUAN SENDIRI" DISERTAI SIKAP " TAK KENAL MENYERAH " PARA PEMUDA PEJUANG KITA TELAH MENGADAKN PERLAWANAN TERHADAP KAPAL - KAPAL PATROLI BELANDA DENGAN SENJATA LENGKAP. MEREKA BERJUAN TANPA PAMRIH DEMI TEGAKNYA KEMERDEKAAN DAN TIGA PULUH ANGGOTA GUGUR SEBAGAI PATRIOT KUSUMA BANGSA.
SELANJUTNYA PADA TANGGAL 28 APRIL 1968 TELAH TERJADI PERTEMPURAN LAUT ANTARA R I HANGTUAH DAN KOMANDAN MAYOR (P) AYUB LAYA DENGAN SEBUAH PESAWAT TERBANG MUSUH YANG DIKEMUDIKAN PENERBANG ASING ALLAN POPE DI PERAIRAN BALIKPAPAN. PESAWAT MUSUH BERHASIL DITEMBAK JATUH , NAMUN RI HANGTUAH BESERTA DELAPAN BELAS ABK GUGUR DENGAN SEMANGAT YANG TAK KENAL LELAH
KEMUDIAN DALAM RANGKA MEREBUT IRIAN BARAT DARI TANGAN PENJAJAH BELANDA PADA TANGGAL 15 JANUARI 1962 TIGA KAPAL CEPAT TORPEDI RI MACAN TUTUL, RI MACAN KUMBANG, DAN RI HARIMAU MENGEMBAN TUGAS ILFILTRASI MENDARATKAN PASUKAN DI KAIMANA. KETIKA KETIGA KAPAL TERSEBUT BERADA DI POSISI 04 49 LS DAN 135 02 BT HALUAN 239 DUA PESAWAT TERBANG BELANDA JENIS NEPTUNE DAN FIREPLY MELAKUKAN PENGINTAIAN DIATASNYA. DARI RADAR KAPAL TERTANGKAPGAMBAR ADANYA DUA BUAH KAPAL MUSUH BERGERAK MENDEKAT DAN MENEMBAKKAN PELURU SUAR DAN DARI SILUET DAPAT DIKETAHUI DUA KAPAL TERSEBUT ADALAH JENIS DESTROYER HRMS UTRECHT DAN FREGAT HRMS EVERSTEN . SESAAT KEMUDIAN AIR LAUT SEBELAH MENYEBELAH MENANDA MUSUH TELAH MENEMBAKKAN PELURU TAJAM DISUSUL OLEH TEMBAKAN PELURU SUAR SEHINGGA KEADAAAN MENJADI TERANG BENDERANG
DALAM KEADAAN DEMIKIAN KOMODOR YOS SUDARSO YANG BERADA DI RI MACAN TUTUL MENGAMBIL ALIH PIMPINAN DAN SEGERA MEMERINTAHKAN TEMBAKAN BALASAN DAN MELAKUKAN MANUVER PERLAWANAN . TEMBAKAN MUSUH DIPUSATKAN DI RI MACAN TUTUL DAN DUA KAPAL LAINYA DISELAMATAKAN. TETAPI KARENA PERSENJATAAN TIDAK SEIMBANG RI MACAN TUTUL TENGGELAM, MELALUI RADIO TELEFONI KOMODOR YOS SUDARSO MENYAMPAIKAN PESAN TEMPURNYA " KOBARKAN SEMANGAT PERTEMPURAN" DAN GUGURLAH KOMODOR YOS SUDARSO, KAPTEN MEMET SASTRADIWIRYA, KAPTEN WIRATNO BESERTA DUA PULUH LIMA ABK KAPAL
SUMBER : GURU ANE
PADA TANGGAL 17 AGUSTUS 1945 BANGSA INDONESIA TELAH MENYATAKAN KEMERDEKAANYA. UNTUK MENEGAKKAN DAN MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN ITU SELURUH BANGSA INDONESIA TELAH MELAKUKAN PERJUANGAN BERSENJATA DENGAN SEMBOYAN " MERDEKA ATAU MATI " DENGAN SEMANGAT " TAK MENGENAL MENYERAH" SERTA " PERCAYA KEPADA KEMAMPUAN SENDIRI
DALAM MASA PERJUANGAN BERSENJATA TNI AL TELAH MENGIRIMKAN EKSPEDISI EKSPEDISI LINTAS LAUT KELUAR JAWA DENGAN MAKSUD UNTUK MEWUJUDKAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA . DARI SEKIAN BANYAK EKSPEDISI LINTAS LAUT ITU TERDAPAT PERISTIWA PERTEMPURAN LAUT YANG PENUH SEMANGAT HEROIK DAN PATRIOTIK ANTARA LAIN.
PERTEMPURAN LAUT DI SELAT BALI PADA TANGGA; 4 APRIL 1946 ANTARA KAPAL KAPAL PERAHU ROMBONGAN EKSPEDISI BALI PIMPINAN MARKADI DENGAN DUA BUAH KAPAL LCM BELANDA
PERTEMPURAN DI TELUK CIREBON PADA TANGGAL 5 JANUARI 1947 ANTARA KAPAL GAJAH MADA DIPIMPIN LETNAN SATU SAMADIKUN DENGAN KAPAL BELANDA HR,MS KORTENAER
PERTEMPURAN LAUT DI PERAIRAN PULAU PANIKIAN PADA TANGGAL 17 FEBRUARI 1947 ANTARA ROMBONGAN KAPAL EKSPEDISI SULAWESI PIMPINAN KAPTEN HASAN RALLA DAN LETNAN SATU A.A. RIVAI DENGAN PIHAK BELANDA
PERTEMPURAN LAUT DI PERAIRAN PULAU SAPUDI PADA TANGGA 13 APRIL 1947 ANTARA ROMBONGAN EKSPEDISI SULAWESI PIMPINAN KAPTEN HARYANTO DENGAN PIHAK BELANDA
DENGAN SEMANGAT " [B]PERCAYA KEPADA KEMAMPUAN SENDIRI" DISERTAI SIKAP " TAK KENAL MENYERAH " PARA PEMUDA PEJUANG KITA TELAH MENGADAKN PERLAWANAN TERHADAP KAPAL - KAPAL PATROLI BELANDA DENGAN SENJATA LENGKAP. MEREKA BERJUAN TANPA PAMRIH DEMI TEGAKNYA KEMERDEKAAN DAN TIGA PULUH ANGGOTA GUGUR SEBAGAI PATRIOT KUSUMA BANGSA.
SELANJUTNYA PADA TANGGAL 28 APRIL 1968 TELAH TERJADI PERTEMPURAN LAUT ANTARA R I HANGTUAH DAN KOMANDAN MAYOR (P) AYUB LAYA DENGAN SEBUAH PESAWAT TERBANG MUSUH YANG DIKEMUDIKAN PENERBANG ASING ALLAN POPE DI PERAIRAN BALIKPAPAN. PESAWAT MUSUH BERHASIL DITEMBAK JATUH , NAMUN RI HANGTUAH BESERTA DELAPAN BELAS ABK GUGUR DENGAN SEMANGAT YANG TAK KENAL LELAH
KEMUDIAN DALAM RANGKA MEREBUT IRIAN BARAT DARI TANGAN PENJAJAH BELANDA PADA TANGGAL 15 JANUARI 1962 TIGA KAPAL CEPAT TORPEDI RI MACAN TUTUL, RI MACAN KUMBANG, DAN RI HARIMAU MENGEMBAN TUGAS ILFILTRASI MENDARATKAN PASUKAN DI KAIMANA. KETIKA KETIGA KAPAL TERSEBUT BERADA DI POSISI 04 49 LS DAN 135 02 BT HALUAN 239 DUA PESAWAT TERBANG BELANDA JENIS NEPTUNE DAN FIREPLY MELAKUKAN PENGINTAIAN DIATASNYA. DARI RADAR KAPAL TERTANGKAPGAMBAR ADANYA DUA BUAH KAPAL MUSUH BERGERAK MENDEKAT DAN MENEMBAKKAN PELURU SUAR DAN DARI SILUET DAPAT DIKETAHUI DUA KAPAL TERSEBUT ADALAH JENIS DESTROYER HRMS UTRECHT DAN FREGAT HRMS EVERSTEN . SESAAT KEMUDIAN AIR LAUT SEBELAH MENYEBELAH MENANDA MUSUH TELAH MENEMBAKKAN PELURU TAJAM DISUSUL OLEH TEMBAKAN PELURU SUAR SEHINGGA KEADAAAN MENJADI TERANG BENDERANG
DALAM KEADAAN DEMIKIAN KOMODOR YOS SUDARSO YANG BERADA DI RI MACAN TUTUL MENGAMBIL ALIH PIMPINAN DAN SEGERA MEMERINTAHKAN TEMBAKAN BALASAN DAN MELAKUKAN MANUVER PERLAWANAN . TEMBAKAN MUSUH DIPUSATKAN DI RI MACAN TUTUL DAN DUA KAPAL LAINYA DISELAMATAKAN. TETAPI KARENA PERSENJATAAN TIDAK SEIMBANG RI MACAN TUTUL TENGGELAM, MELALUI RADIO TELEFONI KOMODOR YOS SUDARSO MENYAMPAIKAN PESAN TEMPURNYA " KOBARKAN SEMANGAT PERTEMPURAN" DAN GUGURLAH KOMODOR YOS SUDARSO, KAPTEN MEMET SASTRADIWIRYA, KAPTEN WIRATNO BESERTA DUA PULUH LIMA ABK KAPAL
SUMBER : GURU ANE
PERTEMPURAN LAUT ARU
Spoiler for LAUT ARU :
Pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962
Peristiwa “Pertempuran Laut Aru” yang terjadi 64 tahun silam merupakan dampak dan konfrontasi Indonesia – Belanda akibat sengketa Irian Barat atau yang kini kita kenal sebagai Propinsi Irian Jaya. Hal tersebut bermula dari keingkaran Pemerintah Kerajaan Belanda untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI, meskipun telah disepakati dalam Perjanjian Roem-Roijen 1949. Sehingga akhirnya Indonesia kemudian mengumandangkan Tri Komando Rakjat atau disingkat Trikora yang intinya menuntut pengembalian Irian Barat melalui berbagai cara, termasuk dengan cara pengerahan kekuatan militer.
Ini berarti perseteruan Indonesia-Belanda memasuki tahapan baru yaitu dari fase diplomasi menjadi konfrontasi di segala bidang. Guna melengkapi dan memodernisasi kekuatan militernya, Indonesia “memborong” sejumlah besar peralatan tempur dari berbagai negara, antara lain Uni Soviet, Republik Fedarasi Jerman (Jerman Barat), Italia dan Yugoslavia. Salah satu jenis peralatan militer yang didatangkan untuk memperkuat Jajaran Armada ALRI adalah kapal perang jenis MTB (Motor Torpedo Boat) Klas Jaguar dari Jerman Barat. Kapal perang jenis ini memiliki kemampuan untuk menembakkan torpedo anti kapal permukaan.
Guna melaksanakan operasi infiltrasi (penyusupan) yang bertujuan memasukkan sejumlah pasukan gerilya ke Bumi Cenderawasih tersebut, ALRI mengerahkan 4 kapal perang jenis MTB, yaitu Rl Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, Rl Harimau dan Rl Singa. Karena dipersiapkan untuk mengangkut pasukan, maka persenjataan utama andalan kapal perang jenis MTB ini yaitu torpedo, terpaksa “dikorbankan” alias dilucuti agar kapal memiliki ruang yang lebih besar. Hal ini berakibat fatal ketika mereka terpaksa harus berhadapan dengan kapal perang musuh.
Dari keempat MTB tersebut, ternyata hanya 3 yang mampu bergerak hingga memasuki perairan Irian Barat, karena RI Singa mengalami kerusakan mesin. Namun di perjalanan tepatnya di posisi 4,49 derajat selatan dan 135,2 derajat timur ketiga MTB ALRI tersebut dihadang 3 kapal perang AL. Kerajaan Belanda, yaitu Destroyer Klas Province Hr.Ms. Utrecht, Fregat Hr. Ms. Evertsen dan Korvet Hr.Ms. Kortenaer.
Sebelum dua pihak yang bermusuhan tersebut berpapasan, 2 pesawat intai maritim AL Belanda jenis Neptune dan Firefly telah lebih dahulu memergoki MTB ALRI dan selanjutnya mengirimkan berita ke kapal meraka. Akibatnya, terjadilah kontak senjata di tengah laut di Laut Aru. Menyadari bahwa kekuatan tidak seimbang, ketiga MTB ALRI bermaksud menghindar, namun ketiga musuhnya tidak membiarkan mereka lolos begitu saja. Guna melindungi dua kapal lainnya, Rl Matjan Tutul melakukan manuver bergerak maju secara lurus langsung menuju Hr.Ms Evertsen.
Manuver ini dipandang berbahaya, karena merupakan pertanda bahwa kapal berpeluncur terpedo akan meluncurkan terpedonya. Akibatnya, KRI Matjan Tutul dihujani tembakan gencar hingga akhirnya tenggelam. Sebagian awak RI Matjan Tutul gugur dan sebagian lagi ditawan oleh Belanda. Sementara itu, dua MTB ALRI lainnya berhasil melolos-kan diri dan tiba di pangkalannya dengan selamat
SUMBER
Peristiwa “Pertempuran Laut Aru” yang terjadi 64 tahun silam merupakan dampak dan konfrontasi Indonesia – Belanda akibat sengketa Irian Barat atau yang kini kita kenal sebagai Propinsi Irian Jaya. Hal tersebut bermula dari keingkaran Pemerintah Kerajaan Belanda untuk mengembalikan Irian Barat ke pangkuan NKRI, meskipun telah disepakati dalam Perjanjian Roem-Roijen 1949. Sehingga akhirnya Indonesia kemudian mengumandangkan Tri Komando Rakjat atau disingkat Trikora yang intinya menuntut pengembalian Irian Barat melalui berbagai cara, termasuk dengan cara pengerahan kekuatan militer.
Ini berarti perseteruan Indonesia-Belanda memasuki tahapan baru yaitu dari fase diplomasi menjadi konfrontasi di segala bidang. Guna melengkapi dan memodernisasi kekuatan militernya, Indonesia “memborong” sejumlah besar peralatan tempur dari berbagai negara, antara lain Uni Soviet, Republik Fedarasi Jerman (Jerman Barat), Italia dan Yugoslavia. Salah satu jenis peralatan militer yang didatangkan untuk memperkuat Jajaran Armada ALRI adalah kapal perang jenis MTB (Motor Torpedo Boat) Klas Jaguar dari Jerman Barat. Kapal perang jenis ini memiliki kemampuan untuk menembakkan torpedo anti kapal permukaan.
Guna melaksanakan operasi infiltrasi (penyusupan) yang bertujuan memasukkan sejumlah pasukan gerilya ke Bumi Cenderawasih tersebut, ALRI mengerahkan 4 kapal perang jenis MTB, yaitu Rl Matjan Tutul, RI Matjan Kumbang, Rl Harimau dan Rl Singa. Karena dipersiapkan untuk mengangkut pasukan, maka persenjataan utama andalan kapal perang jenis MTB ini yaitu torpedo, terpaksa “dikorbankan” alias dilucuti agar kapal memiliki ruang yang lebih besar. Hal ini berakibat fatal ketika mereka terpaksa harus berhadapan dengan kapal perang musuh.
Dari keempat MTB tersebut, ternyata hanya 3 yang mampu bergerak hingga memasuki perairan Irian Barat, karena RI Singa mengalami kerusakan mesin. Namun di perjalanan tepatnya di posisi 4,49 derajat selatan dan 135,2 derajat timur ketiga MTB ALRI tersebut dihadang 3 kapal perang AL. Kerajaan Belanda, yaitu Destroyer Klas Province Hr.Ms. Utrecht, Fregat Hr. Ms. Evertsen dan Korvet Hr.Ms. Kortenaer.
Sebelum dua pihak yang bermusuhan tersebut berpapasan, 2 pesawat intai maritim AL Belanda jenis Neptune dan Firefly telah lebih dahulu memergoki MTB ALRI dan selanjutnya mengirimkan berita ke kapal meraka. Akibatnya, terjadilah kontak senjata di tengah laut di Laut Aru. Menyadari bahwa kekuatan tidak seimbang, ketiga MTB ALRI bermaksud menghindar, namun ketiga musuhnya tidak membiarkan mereka lolos begitu saja. Guna melindungi dua kapal lainnya, Rl Matjan Tutul melakukan manuver bergerak maju secara lurus langsung menuju Hr.Ms Evertsen.
Manuver ini dipandang berbahaya, karena merupakan pertanda bahwa kapal berpeluncur terpedo akan meluncurkan terpedonya. Akibatnya, KRI Matjan Tutul dihujani tembakan gencar hingga akhirnya tenggelam. Sebagian awak RI Matjan Tutul gugur dan sebagian lagi ditawan oleh Belanda. Sementara itu, dua MTB ALRI lainnya berhasil melolos-kan diri dan tiba di pangkalannya dengan selamat
SUMBER
Spoiler for MAKNA HARI DARMA SAMUDRA:
Makna Hari Darma Samudera
Meskipun tanggal 15 Januari merupakan hari terjadinya Peristiwa Pertempuran Laut Aru, namun sesungguhnya tanggal tersebut juga mewakili sejumlah pertempuran laut lainnya yang pernah dilakukan oleh para pahlawan TNI AL. Jauh sebelum terjadinya Peristiwa Aru, beberapa pertempuran laut yang pernah terjadi antara lain Pertempuran Laut Cirebon (1947) dan Pertempuran Teluk Sibolga (1947).
Bahkan jika menarik jauh kebelakang, yaitu sejak jaman sebelum kemerdekaan Indonesia, juga pernah terjadi sejumlah pertempuran laut, seperti Pertempuran Laut Malaka (1511) antara armada Pati Unus dengan Portugis, Pertempuran Laut Sunda Kelapa (1512) antara armada Fata-hillah dengan Portugis dan banyak lagi.
demikian dapat dikatakan bahwa tanggal 15 Januari merupakan “jiwa atau semangat” pengorbanan dari seluruh pejuang bahari yang telah berjuang mempertahankan kedaulatan negeri ini dari masa ke masa. Inilah makna sejati dari Hari Darma Samudera. Memang di era millenium yang serba modern dan canggih ini, kiranya sulit terjadi sebuah pertempuran laut sebagaimana pernah dialami di masa silam. Saat ini, dua kekuatan angkatan laut mustahil saat bertempur akan berada pada posisi saling berhadap-hadapan. Bahkan mungkin dua kekuatan saling menghancurkan dan jarak yang sangat jauh, karena menggunakan teknologi radar dan satelit.
Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari berbagai pertempuran laut yang pernah terjadi di Indonesia. Hikmah tersebut tidak semata mengenai pertempuran laut dan semangat rela berkorban dari para pelaku sejarah, melainkan lebih dari itu yaitu menyangkut eksistensi dan kedaulatan sebuah negara. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebuah pertempuran atau insiden bersenjata dapat terjadi karena salah satu pihak melakukan pelanggaran wilayah secara ilegal atau paksa. Se-bagai contoh, bagaimana AL Korea Selatan menenggelamkan beberepa kapal selam mini dan kapal permukaan milik Korea Utara yang diduga melakukan kegiatan infiltrasi atau spionase disekitar perairan teritorial dari pantai Korea Sela-tan.
Atau bagaimana insiden senjata antara kapal patroli AL Republik Rakyat Cina dengan kapal patroli AL Filipina terjadi, di perairan Kepulauan Spratley yang diklaim sebagai wilayah masing-masing pihak. Di Indonesia sendiri, walaupun insiden senjata atau penembakan tidak terjadi, namun ketegangan sampai terjadi ketika sejumlah kapal perang dari pesawat militer AL Kerajaan Malaysia melakukan aksi pelanggaran wilayah di perairan Ambalat, Laut Sulawesi. Saat itu sejumlah kapal perang dan satuan udara TNI AL disertai pemusatan pasukan segera digelar di perairan kaya minyak tersebut.
Tindakan tegas TNI AL ini dilandasi bahwa apa yang terjadi di Ambalat, dan mungkin juga di daerah-daerah lain, sudah menyangkut masalah bagaimana mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI. Bahkan untuk “membuktikan” kepada Malaysia akan keseriusan Indonesia dalam mempertahankan Ambalat, Presiden Rl Susilo Bambang Yudhoyono pun hadir langsung di kawasan yang hingga masih menjadi sengketa.
Selain itu, sejumlah kapal perang TNI AL juga secara aktif mengusir dan mencegat setiap kapal Malaysia yang nekad mendekat. Sepintas tindakan tersebut memang terbukti efektif, karena kemudian Malaysia menarik mundur kapal dan pesawatnya, serta bersedia hadir di meja perundingan. Namun di balik semua itu, ada permasalahan yang akan selalu berpotensi terjadi aksi pencaplokan sebagian wilayah NKRI oleh negara-negara tetangga, yaitu masalah batas laut. Indonesia terkesan tidak serius dengan untuk menyelesaikan persoalan batas laut dengan negara tetangga.
Bahkan lebih lanjut, Sobar Sutisna, Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakor-surtanal), menambahkan bahwa hal tersebut juga tidak ada suatu pressure dari pihak terkait di Indonesia (Kompas,13 Maret 2007, hal. 6).
Ironisnya, permasalahan semacam ini tidak hanya terjadi di perairan Ambalat, namun juga di wilayah-wilayah perbatasan lainnya, seperti Selat Malaka, Selat Singapura, perairan Kepulauan Natuna dan banyak lagi.
Sejumlah “pekerjaan rumah (PR)” menyangkut batas laut teritorial NKRI telah menanti pemerintah Indonesia dan juga TNI AL selaku kekuatan pertahanan negara di laut. Hal ini masih ditambah dengan belum diakuinya secara internasional wilayah terluar perairan Indonesia yang disebut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Jika, permasalahan batas laut teritorial yang menjadi wilayah kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, masih tetap tidak dipandang sebagai persoalan serius, maka janganlah heran jika kelak ada lagi kasus semacam sengketa Ambalat atau aneksasi.
Bagi TNI AL, barangkali apa yang pernah diperjuangkan oleh para pejuang bahari di masa lalu dalam mempertahankan kedaulatan negerinya, dapat menjadi cerminan untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kekuatan unsur-unsurnya agar dapat mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Selain itu, TNI AL juga diharapkan dapat menjadi semacam kekuatan pressure bagi pemerintah untuk lebih tegas dalam menyelesaikan permasalahan batas laut teritorial, agar tidak ada lagi wilayah NKRI yang”hilang” atau “dijarah” oleh negara lain.
SUMBER
Meskipun tanggal 15 Januari merupakan hari terjadinya Peristiwa Pertempuran Laut Aru, namun sesungguhnya tanggal tersebut juga mewakili sejumlah pertempuran laut lainnya yang pernah dilakukan oleh para pahlawan TNI AL. Jauh sebelum terjadinya Peristiwa Aru, beberapa pertempuran laut yang pernah terjadi antara lain Pertempuran Laut Cirebon (1947) dan Pertempuran Teluk Sibolga (1947).
Bahkan jika menarik jauh kebelakang, yaitu sejak jaman sebelum kemerdekaan Indonesia, juga pernah terjadi sejumlah pertempuran laut, seperti Pertempuran Laut Malaka (1511) antara armada Pati Unus dengan Portugis, Pertempuran Laut Sunda Kelapa (1512) antara armada Fata-hillah dengan Portugis dan banyak lagi.
demikian dapat dikatakan bahwa tanggal 15 Januari merupakan “jiwa atau semangat” pengorbanan dari seluruh pejuang bahari yang telah berjuang mempertahankan kedaulatan negeri ini dari masa ke masa. Inilah makna sejati dari Hari Darma Samudera. Memang di era millenium yang serba modern dan canggih ini, kiranya sulit terjadi sebuah pertempuran laut sebagaimana pernah dialami di masa silam. Saat ini, dua kekuatan angkatan laut mustahil saat bertempur akan berada pada posisi saling berhadap-hadapan. Bahkan mungkin dua kekuatan saling menghancurkan dan jarak yang sangat jauh, karena menggunakan teknologi radar dan satelit.
Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari berbagai pertempuran laut yang pernah terjadi di Indonesia. Hikmah tersebut tidak semata mengenai pertempuran laut dan semangat rela berkorban dari para pelaku sejarah, melainkan lebih dari itu yaitu menyangkut eksistensi dan kedaulatan sebuah negara. Tidak dapat dipungkiri, bahwa sebuah pertempuran atau insiden bersenjata dapat terjadi karena salah satu pihak melakukan pelanggaran wilayah secara ilegal atau paksa. Se-bagai contoh, bagaimana AL Korea Selatan menenggelamkan beberepa kapal selam mini dan kapal permukaan milik Korea Utara yang diduga melakukan kegiatan infiltrasi atau spionase disekitar perairan teritorial dari pantai Korea Sela-tan.
Atau bagaimana insiden senjata antara kapal patroli AL Republik Rakyat Cina dengan kapal patroli AL Filipina terjadi, di perairan Kepulauan Spratley yang diklaim sebagai wilayah masing-masing pihak. Di Indonesia sendiri, walaupun insiden senjata atau penembakan tidak terjadi, namun ketegangan sampai terjadi ketika sejumlah kapal perang dari pesawat militer AL Kerajaan Malaysia melakukan aksi pelanggaran wilayah di perairan Ambalat, Laut Sulawesi. Saat itu sejumlah kapal perang dan satuan udara TNI AL disertai pemusatan pasukan segera digelar di perairan kaya minyak tersebut.
Tindakan tegas TNI AL ini dilandasi bahwa apa yang terjadi di Ambalat, dan mungkin juga di daerah-daerah lain, sudah menyangkut masalah bagaimana mempertahankan kedaulatan dan keutuhan NKRI. Bahkan untuk “membuktikan” kepada Malaysia akan keseriusan Indonesia dalam mempertahankan Ambalat, Presiden Rl Susilo Bambang Yudhoyono pun hadir langsung di kawasan yang hingga masih menjadi sengketa.
Selain itu, sejumlah kapal perang TNI AL juga secara aktif mengusir dan mencegat setiap kapal Malaysia yang nekad mendekat. Sepintas tindakan tersebut memang terbukti efektif, karena kemudian Malaysia menarik mundur kapal dan pesawatnya, serta bersedia hadir di meja perundingan. Namun di balik semua itu, ada permasalahan yang akan selalu berpotensi terjadi aksi pencaplokan sebagian wilayah NKRI oleh negara-negara tetangga, yaitu masalah batas laut. Indonesia terkesan tidak serius dengan untuk menyelesaikan persoalan batas laut dengan negara tetangga.
Bahkan lebih lanjut, Sobar Sutisna, Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakor-surtanal), menambahkan bahwa hal tersebut juga tidak ada suatu pressure dari pihak terkait di Indonesia (Kompas,13 Maret 2007, hal. 6).
Ironisnya, permasalahan semacam ini tidak hanya terjadi di perairan Ambalat, namun juga di wilayah-wilayah perbatasan lainnya, seperti Selat Malaka, Selat Singapura, perairan Kepulauan Natuna dan banyak lagi.
Sejumlah “pekerjaan rumah (PR)” menyangkut batas laut teritorial NKRI telah menanti pemerintah Indonesia dan juga TNI AL selaku kekuatan pertahanan negara di laut. Hal ini masih ditambah dengan belum diakuinya secara internasional wilayah terluar perairan Indonesia yang disebut Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI). Jika, permasalahan batas laut teritorial yang menjadi wilayah kedaulatan Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, masih tetap tidak dipandang sebagai persoalan serius, maka janganlah heran jika kelak ada lagi kasus semacam sengketa Ambalat atau aneksasi.
Bagi TNI AL, barangkali apa yang pernah diperjuangkan oleh para pejuang bahari di masa lalu dalam mempertahankan kedaulatan negerinya, dapat menjadi cerminan untuk lebih meningkatkan kemampuan dan kekuatan unsur-unsurnya agar dapat mempertahankan kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Selain itu, TNI AL juga diharapkan dapat menjadi semacam kekuatan pressure bagi pemerintah untuk lebih tegas dalam menyelesaikan permasalahan batas laut teritorial, agar tidak ada lagi wilayah NKRI yang”hilang” atau “dijarah” oleh negara lain.
SUMBER
Spoiler for GALERI:
RI MACAN TUTUL
KOMODOR YOS SUDARSO
ALLAN POPE
hrms ultrecht
Neptune airplane
FREGAT HRMS EVERSTEN
Spoiler for TERIMA KASIH:
KEPADA SEMUA YANG TELAH MEMBACA , SEKIAN DARI SAYA ,jika ada yang salah saya mohon maaf
Spoiler for alangkah baiknya:
alangkahnya senangnya jika saya diberi dan
JALESVEVA JAYAMAHE
0
4.9K
Kutip
32
Balasan
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan